8 mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben Ketaren 1986. Beberapa adsorben yang
dapat digunakan antara lain bentonit, arang, arang aktif, alumunium silika dan magnesium silika. Sedangkan chelasi adalah pengikatan ion dengan zat pengkelat seperti asam sitrat. Komposisi
beberapa adsorben dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Adsorben “Landau Raw Clay” dan “Florida Clay”
Komponen Kimia Jenis adsorben
Landau raw clay Florida clay 8
SiO
2
AL
2
O
3
Fe
2
O
3
CaO MgO
59,0 22,9
3,4 0,9
1,2 56,5
11,6 3,3
3,1 6,3
Sumber : Andersen dan William 1962 Bentonit adalah nama dagang untuk sejenis lempung yang mengandung mineral
montmorilonit pembangun struktur bentonit. Di Inggris nama bentonite ditunjukkan untuk sejenis lempung dari mineral montmorilonit-natrium, sedangkan dari jenis mineral
monmorilonit-kalsium disebut fuller earth lempung pembersih. Rumus kimia bentonit adalah MgCaO.Al
2
O
3
.5SiO
2
.nH
2
O, dengan nilai n sekitar 8. Bentonit berwarna dasar putih sedikit kecoklatan, kemerahan atau kehijauan tergantung dari jenis komposisi mineralnya. Selain itu
juga bersifat sangat lunak, ringan, mudah menyerap air dan dapat melakukan pertukaran ion Priatna 1982.
Apabila bentonit diberi asam dalam proses aktivasi, maka dalam ruang interlamelar pada struktur kristal terjadi penggantian ion K, Na, Ca dan ion H, sehingga pelepasan ion Al, Fe,
Mg dari kisi struktur. Akibatnya, sifat daya serap bertambah besar. Sifat penting yang berhubungan dengan bentonit yaitu komposisi dan jenis mineral yang dikandung, komposisi
kimia, sifat teknologi dan sifat pertukaran ion Endriana 2007. Efisensi penyerapan Ef dalam proses adsorpsi CPO dengan bentonit sebagai bleaching earth dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain yaitu ukuran partikel adsoben, tingkat keaktifan adsorben, perbandingan asam dengan adsorben, beban berat adsorben, pH proses adsorben, kecepatan pengadukan dan temperatur
adsorpsi serta waktu kontak Ketaren 1986.
2.3 MINYAK NABATI
Kotoran yang ada dalam minyak yang akan digunakan sebagai bahan bakar selain dapat merusak mesin juga mengakibatkan kualitas minyak yang dihasilkan kurang baik. Minyak yang
mengandung kotoran akan memiliki nilai viskositas yang rendah. Menurut Prihandana et al.
2006, viskositas yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mengurangi daya pembakaran
dan dapat menyebabkan konsumsi bahan bakar meningkat. Selain itu, viskositas kinematik berpengaruh terhadap atomisasi bahan bakar, kesempurnaan pembakaran, injeksi bahan bakar,
9 dan umum digunakan sebagai indikator kualitas bahan bakar selama penyimpanan. Selain
berpengaruh pada viskositas bahan bakar yang dihasilkan, proses pemurnian juga berpengaruh terhadap nilai bilangan asam lemak bebas, kandungan air dalam minyak, titik bakar, dan titik
didih minyak. Minyak biji kapas
Minyak biji kapas mengandung banyak asam palmitat, asam oleat dan asam linoleat, serta sebagian kecil asam miristat, asam stearat, asam arachidat, asam palmitoleat dan asam
miristoleat. Minyak kasar mengandung fosfatida, tetapi sesudah mengalami proses netralisasi dan pemucatan, kadar fosfatida akan menurun. Minyak kapas juga mengandung tokoferol
sebesar 0.1 – 0.14 , dan jika dimurnikan akan menurun menjadi 0.08 – 0.12 . Selain itu,
minyak biji kapas mengandung senyawa beracun yang disebut gossypol. Komponen ini akan bereaksi dengan alkali atau diserap oleh sabun dan terpisah pada proses netralissai. Proses
pemurnian pada pengolahan minyak biji kapas mampu menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak sehingga mampu meningkatkan titik asap, titik nyala, dan titik api berturut
– turut menjadi 221.1
– 232.2°C; 323.8 – 329.4°C dan 357.2 – 362.7°C Ketaren 1986. Minyak Nyamplung
Nyamplung Calophyllum inophyllum L merupakan tanaman yang banyak tumbuh di sepenjang pantai di seluruh Indonesia. Menurut Heyne 1987, inti biji mengandung air 3.3 dan
minyak 71.4 bila biji segar mengandung 55 minyak sedangkan biji yang benar-benar kering mengandung 70.5 minyak. Minyak yang berasal dari bijinya dapat dipakai sebagai
penerangan, pembuatan sabun, pelitur, minyak rambut, minyak urut dan obat Dephut 2008. Komposisi asam lemak minyak nyamplung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen asam lemak minyak nyamplung Komponen Minyak Nyamplung
Nilai persen Asam miristat
0,09 Asam palmitat
15,89 Asam stearat
12,30 Asam oleat
48,49 Asam linoleat
20,70 Asam lonolenat
0,27 Asam arachidat
0,94 Asam erukat
0,72 Sumber : Sudrajat 2007
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathiyah 2010 diketahui bahwa proses degumming hanya mampu menurunkan kadar asam lemak bebas ± 1 sedangkan proses
netralisasi lebih banyak berperan dalam penurunan kadar asam lemak bebas dan nilai viskositas pada pada minyak. Proses pemurnian minyak nyamplung mampu menghasilkan minyak dengan
karakterisai yang dapat dilihat pada Tabel 4.
10 Tabel 4. Karakteristik minyak nyamplung hasil pemurnian
Parameter uji Minyak kasar
Degumming Netralisasi
Rendemen -
95.34 61.84
FFA 24.56
23.68 0.63
Bil. asam 34.83
33.58 0.89
Bil. Penyabunan mg KOHgr
136.77 176.26
179.86 Kadar abu
0.265 0.083
0.055 Berat jenis gcm
3
0.93 0.92
0.93 Bilangan iod mg iodg oil
106.09 105.33
86.06 Bilangan Peroksida
meqkg 36.65
18.21 13.24
Viskositas cP pada 30°C 63
55.5 43.5
Sumber : Fathiyah 2010
Minyak Jarak Tanaman jarak Jatropha curcas L adalah tanaman semak yang tahan kekeringan dan
dapat tumbuh dengan cepat hingga mencapai 3-5 meter. Biji jarak pagar terdiri atas 75 persen biji dan 25 persen kulit Ketaren 1986. Komposisi kimia jarak pagar terdiri atas 54.59
minyak, 9.13 karbohidrat, 2.82 serat, 4.13 abu, 24.85 protein Achten et al. 2008. Minyak jarak mempunyai sifat sangat beracun di samping kandungan asam esensialnya yang
sangat rendah sehingga tidak dapat digunakan sebagai minyak pangan atau bahan pangan Ketaren 1986. Kandungan asam lemak minyak jarak pagar didominasi oleh asam palmitat,
asam oleat, dan asam linoleat Tabel 5. Tabel 5. Kandungan asam lemak pada minyak jarak pagar
Jenis Asam lemak Komposisi
Asam palmitat Asam palmitoleat
Asam stearat Asam oleat
Asam linoleat Asam arasidat
Asam gadoleat 14.1
0.5 6.8
38.6 36.0
0.2 3.6
Sumber :Janin dan Sharma 2010 Menurut Pahan 2008 minyak jarak pagar sebelum ditransesterifikasi terlebih dahulu
mengalami tahapan pemurnian meliputi degumming dan netralisasi. Degumming bertujuan menghilangkan gum yang terdapat pada minyak, sedangkan netralisasi bertujuan menghilangkan
11 asam lemak bebas sehingga minyak memenuhi syarat untuk reaksi transesterifikasi. Degumming
dilakukan dengan memanaskan minyak jarak sampai suhu 80°C kemudian ditambahkan air panas bersuhu 60°C dan dilakukan pengadukan. Air dipisahkan dari minyak menggunakan labu
pemisah. Setelah itu dilakukan pencucian menggunakan air hangat. Tahap ini diulang sampai air cucian bersifat netral.
Netralisasi minyak dilakukan dengan memanaskan minyak jarak hingga suhu 60°C, kemudian ditambahkan NaOH 20°Beaume sebanyak jumlah yang telah diperhitungkan.
Kebutuhan larutan NaOH untuk netralisasi dihitung sebagai berikut: larutan diaduk selama dua menit kemudian dipindahkan ke labu pemisah. Pada labu pemisah dituangkan air panas bersuhu
70°C sebanyak 5-10 volume minyak awal. Campuran didiamkan hingga minyak dan air dapat dipisahkan. Prosedur pencucian diulang beberapa kali hingga pH minyak sama dengan pH air.
Terakhir ditambahkan gel silika untuk menyerap sisa air. Proses pemurnian pada minyak jarak juga dapat menurunkan kadar risin dan risinin yang merupakan racun yang terdapat pada minyak
jarak Susilo 2006. Minyak kelapa sawit
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit palm kernel oil dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit
palm kenel meal atau pellet. Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 perikarp dan 20
buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kadar lemak yang terkandung dalam periskarp sekitar 34 –
40 ketaren 1986. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Rata – rata komposisi minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 6. Faktor – faktor yang
mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor
– faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining loss
, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan Ketaren 1986. Sifat fisiko kimia minyak sawit sebelum dan sesudah mengalami
proses pemurnian dapat dilihat pada Tabel7.
Tabel 6. Kandungan asam lemak pada minyak kelapa sawit Asam Lemak
Minyak Kelapa Sawit persen
Minyak Inti Sawit persen
Asam kaprilat Asam kaproat
Asam laurat Asam miristat
Asam palmitat Asam stearat
Asam oleat Asam linoleat
- -
- 1.1
– 2.5 40
– 46 3.6
– 4.7 39
– 45 7
– 11 3
– 4 3
– 7 46
– 52 14
– 17 6.5
– 9 1
– 2.5 13
– 19 0.5
– 2 Sumber : Eckey, S.W 1955
12 Tabel 7. Sifat minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah pemurnian
Sifat Minyak sawit
kasar Minyak sawit murni
Titik cair : awal akhir
21- 24 29.4
26 – 29
40.0 Bobot jenis 15°C
0.859 – 0.870
Indeks bias D 40°C 36.0
– 37.5 46 - 49
Bilangan pe nyabunan 224 - 249
196 - 206 Bilangan iod
14.5 – 19.0
46 - 52 Bilangan Reichert
Meissl 5.2
– 6.5 -
Bilangan Polenske 9.7
– 10.7 -
Bilangan Krichner 0.8
– 1.2 -
Bilangan Bartya 33
- Sumber : Krischenbauer 1960
13
III. METODOLOGI
3.1 BAHAN DAN ALAT
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati hasil pengepresan
biji tanaman bintaro Cerbera manghas L yang disebut minyak biji bintaro. Bahan kimia
yang digunakan adalah asam fosfat 20 sebanyak 0.2; 0.3; 0.5 vb, alkohol netral 95, akuades, larutan NaOH 0.1N; 0.3N; 0.5N, larutan KOH 0.1N, KOH alkohol 0.5N,
larutan HCl 0.5N, pereaksi Hanus, chloroform, asam asetat glasial, natrium tiosulfat 0.1N, KI jenuh, KI 15, indikator phenolpthlaein, dan indikator pati 0.1N. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat hot press, oven, neraca analitik, labu pemisah, tanur, termometer, cawan porselin, desikator, penangas air, kertas saring, pH meter,
aluminium foil, pendingin balik, magnetic stirrer, spektrofotometer, refraktometer, dan peralatan gelas untuk analisa.
3.2 METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan dibagi menjadi dua, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi proses
pengujian proksimat terhadap biji bintaro kering, proses ekstraksi minyak bintaro, dan karakterisasi minyak bintaro kasar yang dihasilkan dari proses pengepresan. Penelitian utama yaitu proses
pemurnian terhadap minyak biji bintaro yang meliputi proses de-gumming, netralisasi dan bleaching.
3.2.1 Penelitian Pendahuluan
Proses pertama yaitu pengujian proksimat terhadap biji bintaro hasil pengeringan meliputi kadar air, kadar lemak, kadar abu, kadar protein dan kadar karbohidrat. Metode yang
dilakukan untuk mengekstrak minyak dari biji bintaro adalah dengan metode pengepresan. Biji bintaro awalnya dikupas terlebih dahulu dari kulitnya, kemudian dilakukan pengeringan
selama dua hari menggunakan oven pada suhu 55 – 60°C untuk mengurangi kandungan air
sebelum dipres. Biji bintaro yang telah kering dipres menggunakan mesin hot pres hidrolik. Setelah minyak didapatkan, tahap selanjutnya adalah menganalisis sifat fisiko kimia minyak
bintaro meliputi kadar air, viskositas, densitas, bilangan asam dan asam lemak bebas, bilangan penyabunan, bilangan iod, bilangan peroksida, kejernihan dan kenampakan minyak
secara visual.
3.2.2 Penelitian Utama
Proses pemurnian minyak diawali dengan proses de-gumming. Pada tahap ini, minyak hasil ekstraksi ditimbang, kemudian minyak dipanaskan hingga suhu mencapai 70
– 75°C. Setelah itu, ditambahkan asam fosfat 20 sebanyak 0.2; 0.3; 0.5 vb dari berat
minyak. Kemudian dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan suhu yang dipertahankan. Setelah pengadukan selesai, minyak dimasukan ke dalam corong pemisah untuk memisahkan
minyak dengan gum. Minyak dicuci dengan air suhu 60°C hingga pH air buangan menjadi netral. Setelah proses de-gumming selesai, minyak diuji kadar asam lemak bebasnya. Kadar