85
b. Metode pengukuran penggunaan energi di organ ambing
Untuk mendapatkan besarnya penggunaan oksigen di kelenjar ambing terkait proses pembentukan susu, maka dilakukan pengukuran
secara tak langsung penggunaan oksigen di ambing. Besarnya laju aliran darah ke ambing dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Blood Flow Meter atau dapat pula dengan menggunakan rumus berdassarkan indicator yang diamati phe, nitrogen atau tyr. Cant et al.
1993 melakukan pengukuran laju alir darah ke ambing berdasarkan prinsip Fick dengan rumus sebagai berikut:
LAD
m
= FYb X 0,965 + FYf FY a-vm
FY
b
= phe-tyr di protein susu FY
f
= phe-tyr di susu bebas protein FY
a-v
= phe-tyr di arteri dan vena mamaria LAD
m
= Laju alir darah ke mamari
Data laju alir adarh ke mamari dikalikan selisih konsentrasi oksigen atau nutrien lain di arteri dan vena mamaria merupakan
jumlah oksigen nutrien yang digunakan di ambing, jika angka tersebut dikalikan dengan nilai setara kalor maka akan didapatkan
besaran penggunaan energi di ambing. Penggunaan O
2
di ambing = LAD
m
X [O
2 arteri-vena mamaria
.
86
Gambar 26. Data laju alir darah di ambing kambing laktasi dengan alat blood flow meter dokumen D.A. Astuti, 1998
Gambar 26 menjelaskan tentang laju alir darah di ambing kambing laktasi yang diukur dengan menggunakan alat blood flow
meter. Pengukuran dilakukan selama 24 jam dan dihasilkan data aliran darah yang berfluktuasi. Pada percobaan ini pakan diberikan secara ad
libitum sehingga tampak bahwa setiap saat terjadi sintesa susu yang digambarkan dengan aliran darah yang membawa nutrien ke ambing
selalu aktif. Hasil penelitian pengukuran penggunaan energi pada kambing
peranakan etawah yang diberi limbah tempe dan aplikasinya pada tingkat peternak seperti yang dilaporkan Astuti et al. 2002.
87
Tabel 23. Laju alir darah mamari, status nutrien di darah dan serapan nutrien di ambing kambing PE laktasi yang diberi limbah
tempe
Parameter Kontrol Limbah tempe Limbah tempe
segar fermente
Laju alir darah mamari mlmin 333
502 333
Glukosa mg - Arteri
55 60
79 - Vena Ambing
38 42
55 Penggunaan Glukosa mgmin
51 35
72 Trigliserida mg
- Arteri 27
33 35
- Vena Ambing 17
18 17
Penggunaan Trigliserida mgmin 33 30
54 Protein mg
- Arteri 12
12 13,50
- Vena Ambing 9
8 9,50
Penggunaan protein mgmin 6,6
20 13,20
Asetat mM - Arteri
5,07 4,43
6,96 - Vena Ambing
4,97 4,36
6,81 Penggunaan Asetat mMmin
33,30 35,14
49,95 PO2 mmHg
- Arteri 82
86 91
- Vena Ambing 33
41 31
Penggunaan O2 PPm mlmin PPm = penggunaan panas di ambing dengan mengalikan nilai setara kalori
Energi asal susu
Besaran energi dalam bentuk produk dapat dihitung dari hasil analisis produk terkait. Pada produk susu, energi dapat dihitung dari
hasil analisis lemak, total protein dan laktosa susu. Untuk menghitung energi asal susu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu susu segar di
Freezed drying dan cara kedua dengan perhitungan menggunakan nilai setara kalori.
88
Energi asal Susu = Energi Protein + Energi Lemak + Energi Laktosa
Nilai setara kalori untuk 1 gram protein susu adalah 23,85 KJ, untuk 1 gram lemak susu sebesar 38,5KJ dan untuk 1 gram laktosa susu
sebesar 16,74 KJ Johnson, 1999.
Tabel 24. Jumlah dan komposisi susu kambing PE laktasi
Parameter Kontrol limbah tempe Limbah tempe
segar fermented
Produksi susu mlh 1075
700 1545
Total protein susu gh 51,46
29,89 74,88
Total lemak susu gh 42,88
29,05 63,30
Total laktosa susu gh 37,52
27,30 63,30
Energi asal protein KJ 1213
715 1785
Energi asal lemak KJ 1222
1118 2437
Energi asal laktosa KJ 628
447 1059
Total energy asal susu KJ 3063
2281 5282
Sumber : Astuti et al 2002
89
D.7. Metode Pengukuran Komposisi Tubuh dengan Ruang Urea Urea Space
Pengukuran retensi energi berdasarkan komposisi tubuh telah banyak diaplikasikan pada ternak tropis, seperti pada domba, kambing,
kerbau, dan sapi bali Astuti, et al., 1998, Mahardika et al., 1997; Sukarini, et al., 2004. Penggunaan metode urea space telah banyak
membantu dalam menerjemahkan air tubuh menjadi lemak dan protein tubuh yang selanjutnya diinterpretasikan ke dalam nilai kalori untuk
setiap kontribusi protein dan lemak tubuh sehingga didapat total energi yang teretensi.
Untuk menentukan komposisi tubuh hewan adalah dengan cara disembelih dan selanjutnya dianalisis kandungan protein, lemak,
glikogen dan airnya. Namun untuk hewan dengan ukuran besar hal ini sulit dilakukan. Cara lain untuk mengestimasikan komposisi tubuh
adalah dengan cara mengukur kandungan air tubuh dengan metoda Tritiated water space, antipyrine space, N-acetyl-4-aminoantipyrine
space dan urea space Panaretto and Till, 1963. Kelebihan dari cara- cara yang terakhir ini adalah hewan masih hidup sehingga masih dapat
digunakan lagi untuk pengamatan berikutnya, tidak memerlukan biaya mahal karena harus menggerus seluruh tubuh dan tidak menyalahi
animal welfare. Teknik urea space US yang dilakukan pada ternak ruminansia telah mengalami pengembangan metoda Rule et al., 1986.
Prinsip kerjanya US yaitu urea sebagai perunut dapat bersifat seperti air yang dapat masuk kesegala penjuru sel tubuh, sehingga jumlah
urea yang beredar dalam tubuh sama dengan air tubuh. Ada korelasi antara kandungan air tubuh dengan lemak dan protein tubuh
Panaretto, 1963.
90
Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu ternak ditimbang kg dalam keadaan puasa untuk menentukan dosis
pemberian urea. Larutan urea 20 disiapkan untuk masing-masing ternak diinjeksikan sebanyak 0,65 mg setiap bobot badan metabolik
BB kg
0,75
. Penyuntikan larutan urea melalui vena jugularis kiri selama kurang lebih 1 menit. Setelah kurang lebih 12
– 18 menit, sample darah diambil dari sisi vena jugularis kanan. Darah disentrifuse
4000 g selama 10 menit untuk mendapatkan plasmanya. Plasma darah dianalisis kandungan ureanya dengan metoda KIT menggunakan
spektrofotometer
.
RUMUS :
dosis urea yang disuntikan mg Urea Spase
= -------------------------------------------- U
12
– U mg X10X BB kg
Air tubuh =
59,1 + 0,22 X US – 0,04 BB
Protein tubuh Kg =
0,265 X Air tubuh liter – 0,47
Lemak tubuh =
98,0 – 1,32 X Air tubuh
Persamaan tersebut diambil dari hasil penelitian Bartle et al 1983, sedangkan rumus protein dan lemak tubuh berdasarkan hasil
Panaretto dan Till 1963 dan air tubuh berdasarkan rumus Rule et al 1986.
Tabel 25. adalah komposisi tubuh sapi potong peranakn ongole yang mendapat ektrak methanol lerak dalam bentuk pakan
blok Lerak Mineral Blok dengan dosis yang berbeda selama tiga bulan pemeliharaan.
91
Tabel 25. Performa sapi potong dan komposisi tubuh dengan metoda urea space
Parameter kontrol
Ekstrak lerak Ekstrak lerak
0,033 0,085
PBBH kgh 0,80
0,80 0,70
Air tubuh 50,72
50,56 51,17
Protein 13
13 13
Lemak 31
31 30
Protein tubuh kg 0,11
0,10 0,09
Lemak tubuh kg 0,25
0,24 0,20
Energi asal protein kJ 2,52
2,38 2,01
Energi asal lemak kJ 15,25
14,29 11,76
Retensi energi kJeh 17,77
16,67 13,78
Sumber: Astuti et al. 2009
Gambar 27. Sapi PO dengan LMB Gambar 28. Buah lerak
92
E. Pola Pemanfaatan Energi pada Ternak Ruminansia di Negara