menjadi motif seseorang dalam melakukan tingkah laku tertentu. Hal tersebut yang menyebabkan individu menjadi pribadi yang unik dengan kekhasannya
masing-masing. 4.
A persons transitory tendencies Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang
bersifat sementara. Perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh kondisi serta melihat kedudukannya, dimana dapat berubah sesuai dengan kondisi dan
kedudukannya yang relatif bersifat sementara tersebut. 5.
The process of perceiving and interpreting a situasion Setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga hal ini
mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut. Interpretasi serta persepsi seseorang pada situasi tertentu yang beragam
menimbulkan kesan yang beragam pula. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan penafsiran dalam memandang situasi sosial.
Seperti yang telah diuraikan di atas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam interaksi sosial sperti situasi sosial tertentu, norma-norma
yang berlaku dalam kelompok, tujuan kepribadian masing-masing individu, kecenderungan individu pada situasi tertentu, interpretasi individu dalam
menafsirkan situasi.
2.2.5 Faktor-faktor yang mendasari Interaksi Sosial
Menurut Gerungan 2004: 58 interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendasari di antaranya:
1. Faktor Imitasi
Menurut Gabriel Tarde dalam Gerungan, 2004: 58 imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Melalui cara imitasi, pandangan dan tingkah
laku seseorang mewujudkan sikap, ide dan adat istiadat dari keseluruhan kelompok masyarakat dan dengan demikian pula seseorang itu dapat lebih
melebarkan dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang lain. Lebih lanjut Santosa 2004: 13 berpendapat atas dasar uraian timbulnya
teori imitasi dari Gabriel Tarde yang mengungkapkan, bahwa imitasi berasal dari kata imitation yang berarti peniruan. Hal ini disebabkan karena manusia pada
dasarnya individualistis. Namun dipihak lain manusia mempunyai kesanggupan untuk meniru sehingga di dalam masyarakat terdapat kehidupan sosial. Menurut
Santosa 2004: 13, dalam proses imitasi tersebut individu sering memperoleh invention
. Artinya, individu dapat menemukan sesuatu yang baru, yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Walaupun demikian, G Tarde mengakui bahwa
proses penemuan baru invention tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil individu, sedangkan sebagian besar individu hanyalah mengimitasi saja.
Ditambahkan juga menurut Ahmadi 2007: 58 bahwa faktor imitasi memegang peranan penting misalnya pada tingkah laku tertentu, yaitu cara
memberi hormat, berterima kasih, memberi isyarat tertentu, cara berpakaian, adat istiadat dan konvensi lainnya.
Penjelasan tersebut mengandung maksud bahwa terjadi proses peniruan antara individu yang satu dengan yang lain melalui hubungan-hubungan sosial.
2. Faktor Sugesti
Gerungan 2004: 60 merumuskan sugesti sebagai suatu proses dimana seseorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman
tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Ditambahkan menurut Ahmadi 2007: 59 bahwa yang dimaksud dengan sugesti adalah pengaruh psikis,
baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik.
Dijelaskan oleh Santosa 2004: 17, istilah sugesti yang awal mula dikenalkan oleh Gustave le Bon dimana istilah itu berasal dari kata latin suggere
yang berarti mempengaruhi. Timbulnya aliran Psikoanalisis yang memperkembangkan istilah sugesti ini, sehingga sugesti diartikan sebagai suatu
proses ketika seseorang individu memperoleh pandangan, sikap dan tingkah laku individu tanpa dikritik terlebih dahulu.
3. Faktor Identifikasi
Ahmadi dalam Hudaniah dan Dayakisni Tri, 2003: 130 menjelaskan yang dimaksud dengan identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi
identik sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Selain itu Santosa 2004: 19 berpandangan atas dasar teori Sigmund Freud, bahwa
identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik sama dengan individu lain. Sejak manusia memiliki kesadaran akan egonya, identifikasi merupakan alat
yang penting bagi dirinya untuk saling berhubungan dengan yang lain. Setelah beberapa penjelasan di atas, maka identifikasi memiliki maksud
sebagai proses untuk menyamakan dirinya dengan individu lain. Jadi dengan kata
lain, identifikasi sebagai alat untuk sosialisasi individu dalam kehidupan sehari- hari.
4. Faktor Simpati
Menjelaskan simpati sebagai bentuk interaksi yang melibatkan adanya ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Simpati timbul tidak berdasarkan
pada pertimbangan yang logis dan rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan Hudaniah dan Dayakisni Tri, 2003: 131.
Ditambahkan oleh Santosa 2004: 19, istilah simpati dikenalkan oleh Mac Dougall dan berasal dari adanya self interest yang ada pada masing-masing
individu dan dicerminkan dalam bentuk tingkah laku. Istilah simpati berasal dari bahasa latin sympathia yang berarti turut merasakan. Dari beberapa definisi di
atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa simpati pada dasarnya suatu proses tertarinya seseorang individu kepada individu lainnya dalam suatu suasanan atau
situasi sosial. Beberapa faktor yang telah diungkapkan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa interaksi sosial sebagai kelangsungan yang kompleks salaing mempengaruhi atau saling mengubah tingkah laku antar manusia didasari oleh
faktor-faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati yang masing-masing sendiri atau dalam gabungan bersama dengan yang lain mempunyai peranannya.
2.2.6 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial