KerajaanMataram Kuno Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
237
Ilmu Pengetahuan Sosial
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada pertengahan abad ke-8.Kerajaan inidiperintah oleh dua dinasti, yaitu dinasti Sanjaya yang beragama Hindu
dan dinasti Sailendra yang beragama Buddha.Kedua dinasti itu saling mengisi pemerintahan dan kadang-kadang memerintah bersama-sama.
Sumber sejarah kerajaan Mataram Kuno diperoleh dari prasasti peninggalannya. Prasasti tersebut diantaranya adalah prasasti Canggal,
prasasti Kalasan, prasasti Ligor, prasasti Nalanda, prasasti Klurak, dan prasasti Mantyasih.
Kehidupan politik kerajaan Mataram Kuno diwarnai dengan pemerintahan dua dinasti yang silih berganti.Berdasarkan prasasti Canggal, diketahui
Mataram Kuno mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, kemudian digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya.Raja Sanjaya memerintah
dengan bijaksana sehingga rakyat hidup aman dan tenteram. Hal ini terlihat dari prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya akan
padi dan emas.Setelah Raja Sanjaya, Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Panangkaran. Dalam Prasasti Kalasan disebutkan bahwa Rakai Panangkaran
telah memberikan hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha.Tanah
dan bangunan tersebut terletak di Kalasan.Hal ini menunjukkan bahwa Rakai Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha.
Sepeninggal Rakai Panangkaran, Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Satu pemerintahan dipimpin oleh keluarga Sanjaya yang menganut agama Hindu
berkuasa di daerah Jawa bagian selatan. Satu pemerintahan lagi dipimpin oleh keluarga Syailendra yang menganut agama Buddha berkuasa di daerah Jawa
bagian utara. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Adapun raja-raja yang berkuasa dari
keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda dan prasasti Klurak.
Perpecahan tersebut tidak berlangsung lama.Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya mengadakan perkawinan dengan Pramodhawardhani dari keluarga
Syailendra.Melalui perkawinan ini, Mataram Kuno dapat dipersatukan kembali.Pada masa pemerintahan Pikatan-Pramodhawardani, wilayah
Mataram berkembang luas, meliputi Jawa Tengah dan Timur.Sepeninggal Rakai Pikatan, Mataram Kuno diperintah oleh Dyah Balitung. Ia memerintah
pada tahun 898-911 M. Pada masa pemerintahannya, Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan.
238
Kelas VII SMPMTs
Raja-raja yang memerintah Mataram Kuno selanjutnya, yaitu Raja Daksa memerintah tahun 910–919 M, Raja Tulodong memerintah tahun 919–924
M, dan Sri Maharaja Rakai Wawa memerintah tahun 924 - 929 M. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa terjadi bencana meletusnya Gunung
Merapi yang memporak- porandakan daerah Jawa Tengah. Melihat situasi kerajaan yang tidak aman, Mpu Sindok sebagai pejabat dalam pemerintahan
Sri Maharaja Rakai Wawa memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur. Selain terjadinya bencana alam, perpindahan ini disebabkan oleh serangan-serangan
dari Sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan Mataram Kuno makin terdesak ke wilayah timur.
Kehidupan ekonomi masyarakat Mataram Kuno bersumber dari usaha pertanian karena letaknya di pedalaman.Selain pertanian, masyarakat Mataram
Kuno juga mengembangkan kehidupan maritim dengan memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.
Sumber:http:www.femina.co.idsupportimage.others01107imageBlog Gambar 4.33.
Salah satu candi di kompleks Candi Dieng
239
Ilmu Pengetahuan Sosial Sumber:http:wisatanesia.cowp-contentuploads201409candi-mendut.jpg
Gambar 4.34. Stupa Mendut
Dalam bidang kebudayaan, Mataram kuno banyak menghasilkan karya berupa candi dan stupa. Keluarga Sanjaya yang beragama Hindu meninggalkan
candi-candi seperti kompleks Candi Dieng, kompleks Candi Gedongsongo dan Candi Prambanan. Adapun keluarga Syailendra yang beragama Buddha
meninggalkan stupa seperti Borobudur, Mendut, dan Pawon.