Deviden Payout Ratio Kebijakan Deviden

6 d. Kebijakan deviden yang fleksibel Perusahaan menetapkan deviden payout ratio besarnya tiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila keuntungan tinggi maka besarnya deviden yang dibagikan relatif tinggi, dan sebaliknya jika tingkat keuntungan rendah maka besarnya deviden yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungan.

2.1.2 Deviden Payout Ratio

Menurut Gitman 2003 dalam Rosdini 2009:8, DPR merupakan perbandingan antara Dividend Per Share DPS dengan Earning Per Share EPS, yang berarti bahwa perusahaan hanya dapat membagikan deviden yang semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan deviden yang semakin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Menurut Gitosudarmo 2000:232 Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara deviden yang dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk prosentase. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio akan menguntungkan para investor, tetapi dari pihak perusahaan yang memperlemah internal financial, karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya, Dividend Payout Ratio 7 semakin kecil akan merugikan para pemegang saham investor, tetapi internal financial perusahaan akan semakin kuat. Besar kecilnya Dividend Payout Ratio, dipengaruhi oleh faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi utang tingkat ekspansi yang direncanakan, faktor pengawasan, ketentuan – ketentuan dari pemerintah, dan pajak kekayaan dari pemegang saham. Berikut ini adalah rumus DPR yaitu : DPR = EPS DPS DPS = Dividend Per Share deviden per lembar saham EPS = Earning Per Share laba per lembar saham Rosdini, 2009:8

2.2 Free Cash Flow

Arus kas bersih adalah kas actual yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu tahun tertentu. Perusahaan yang menghasilkan arus kas tinggi tidak berarti jumlah kas yang dilaporkan di neraca juga tinggi. Arus kas dapat dipergunakan dalam berbagai cara. Misalnya, arus kas digunakan untuk membayar deviden, meningkatkan persediaan, membayar hutang, menginvestasikan dalam aktiva tetap, mengurangi utang, atau membeli kembali saham biasa. Sedangkan Jensen 1986 dalam Hambali 2009:4 mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value NPV positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Free cash flow ini lah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan