94 korelasi 0,9489. Keeratan hubungan juga ditemukan antara jumlah anggota rumahtangga
X6 dengan banyaknya anggota rumahtangga berumur 15 tahun ke atas X7 dengan koefisien korelasi 0,7947. Antara umur kepala keluarga dengan tingkat pendapatan
rumahtangga memperlihatkan kecenderungan adanya hubungan yang lemah negatif. Selebihnya tidak menunjukkan adanya hubungan yang erat.
Hasil analisis ini juga mengindikasikan bahwa makin tua usia kepala keluarga, makin rendah tingkat pendidikan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa generasi tua
umumnya berpendidikan rendah. Hasil logis lainnya ialah bahwa makin luas lahan yang dikuasai dan diusahakan makin tinggi pula tingkat pendapatan rumahtangga.
b. Kabupaten Pontianak
Hasil analisis antar karakterisitk rumahtangga contoh di Pontianak juga menunjukkan bahwa hanya jumlah anggota rumahtangga X6 dan banyaknya anggota
rumahtangga yang berumur 15 tahun ke atas X7 yang memperlihatkan hubungan dengan diversifikasi usaha rumahtangga Y, meskipun hubungan tersebut tidak kuat.
Koefisien korelasi dari kedua hubungan tersebut masing-masing adalah 0,4652 dan 0,3425 Tabel 41. Makin banyak anggota rumahtangga family size dan makin banyak
anggotanya yang berumur 15 tahun ke atas makin beragam jenis usaha rumahtangga. Hubungan yang paling erat dengan koefisien korelasi 0,7999, di antara
karakteristik rumahtangga, adalah jumlah anggota rumahtangga X6 dan banyaknya anggota rumahtangga yang berumur 15 tahun ke atas X7. Hubungan erat lainnya
adalah antara luas lahan yang dikuasai X3 dan luas lahan yang diusahakan X4. Ditemukan kecenderungan adanya hubungan yang positif antara luas lahan diusahakan
X4 dan tingkat pendapatan rumahtangga X5. Di Pontianak, ditemukan hubungan negatif antara umur kepala keluarga X1 dan pendidikan kepala keluarga X2. Seperti
di Indramayu, keadaan ini mengindikasikan sulitnya generasi dulu sebelum Kemerdekaan untuk mengakses fasilitas pendidikan formal. Pada Tabel 40 disajikan
secara rinci nilai koefisien korelasi antara karakteristik rumahtangga dan diversifikasi usaha rumahtangga contoh di Pontianak.
95
Tabel 40. Koefisien Korelasi antara Karakteristik Rumahtangga dengan Diversifikasi Usaha Rumahtangga Contoh di Kabupaten Pontianak.
Karak- teristik
RT Umur
KK Pdidikkan
KK Penguasaan
Lahan P.usahaan
Lahan Pdpt
000 Jml
ART Usia
ART ≥15
Indeks Entropy
X1 X2 X3 X4 X5
X6 X7 Y X1
1.0000 X2
-0.4902
1.0000 X3
0.1023 0.0502
1.0000 X4
0.0612 -0.1027
0.7896
1.0000 X5
0.1301 -0.1012 0.4021
0.4503 1.0000
X6 -0.2010 0.1132 -0.0303
-0.1305 0.2121
1.0000 X7
0.0679 -0.0301 0.0501
-0.2145 0.1966
0.7999 1.0000
Y -0.2014 0.0997 -0.1998
-0.1043 0.2312
0.4597 0.4012 1.0000
Sumber: Hasil Analisis Data Primer. 2006.
Pada umumnya, ditemukan relasi yang tidak erat antara jumlah anggota keluarga yang terlibat dengan tingginya tingkat pendapatan. Demikian halnya dengan tingkat
penguasaan dan pengusahaan lahan, tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan. Dengan mencermati Tabel 40, diketahui bahwa analisis koefisien relasi dan indeks
Entropy pada petani contoh di Pontianak, seperti temuan di Indramayu, umumnya juga tidak ditemukan relasi yang erat antara jumlah anggota keluarga yang terlibat, tingkat
penguasaan dan pengusahaan lahan, tingkat pendidikan dengan tingginya tingkat pendapatan. Hal ini lebih disebabkan oleh pengaruh besarnya pendapatan dari suatu
jenis usaha rumahtangga yang dilakukan seorang anggota, misalnya dari usaha hortikultura dan peternakan sub-sektor on-farm, dan non-farm, seperti TKI, berdagang,
usaha rumahtangga tempe, tahu, anyaman dan lain-lain, atau buruh bila dibanding tingkat pendapatan yang diperoleh beberapa anggota keluarga lain yang relatif lebih
kecil pada waktu yang bersamaan. Penyebab lain adalah tingkat pendapatan seorang anggota keluarga pada suatu rumahtangga yang melakukan beberapa jenis pekerjaan
sekaligus, justru lebih tinggi dari pendapatan beberapa anggota keluarga dengan beberapa pekerjaan pada rumahtangga lain.
Dengan demikian, hasil analisis Indeks Entropy mengindikasikan bahwa tingginya tingkat diversifikasi sumber pendapatan diduga berhubungan tidak erat dengan
tingkat pendapatan rumahtangga. Hal tersebut lebih disebabkan oleh lebih besarnya nilai
96 pendapatan dari suatu usaha dibanding dengan dari berbagai usaha. Seperti halnya di
Indramayu, temuan lapang mengindikasikan adanya hubungan antara diversifikasi usaha rumahtangga dengan peningkatan pendapatan rumahtangga petani contoh. Hal ini juga
diduga dapat disebabkan keterbatasan data peubah pada karakteristik rumahtangga petani contoh sebagai variabel alat analisis. Pangsa pendapatan dan sektor pertanian
berkorelasi negatif dengan indeks diversifikasi, dan sebaliknya berkorelasi positif dengan pangsa pendapatan non-pertanian. Hal ini dapat diartikan bahwa
keanekaragaman sumber pendapatan yang ada dari diversifikasi usaha rumahtangga non- pertanian mampu meningkatkan pendapatan yang relatif tinggi, dengan tingkat
produktivitas yang relatif tinggi, sehingga diversifikasi sumber pendapatan rumahtangga lebih mengarah pada kegiatan non-farm.
Keberhasilan penanganan pengembangan diversifikasi usaha rumahtangga pertanian di Indramayu dan Pontianak, sangat ditentukan oleh konsistensi kebijakan, dan
program penanganannya dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Keberhasilan tersebut termasuk implementasinya di tingkat lokal pedesaan. Dengan demikian, perlu
pendekatan yang konsisten antara analisis kesempatan berusaha antar sektor pada tingkat agregat nasional dan propinsi dan analisis pola pengembangan diversifikasi usaha
rumahtangga pertanian pada tingkat lokal pedesaan. Potensi pengembangan diversifikasi usaha rumahtangga pertanian di pedesaan agar dapat diaktualisasikan
menjadi kesempatan kerja riil, membutuhkan investasi infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk mencapai target pertumbuhan produktivitas nasional.
Relasi Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran Rumahtangga Contoh a. Kabupaten Indramayu
Ditinjau dari tingkat pengeluaran yang mereka keluarkan, ternyata berbanding lurus dengan tingkat pendapatan yang mereka peroleh, dimana bila semakin besar
pendapatan, maka semakin besar pula pengeluaran yang mereka keluarkan, seperti yang disajikan pada Tabel 41.
97 Tabel 41. Perbandingan Jumlah Anggota Keluarga per KK, Rataan Total
Pendapatan dan Pengeluaran RT Contoh di Indramayu. 20052006.
Luas Lahan Diusahakan
Ha Kisaran Jumlah
Anggota Keluarga per KK orang
Rataan Total Pendapatan RT
Rp.000,- Total Pengeluaran RT
Rp.000,- 0,25
3 4933,33
4918,07 0,25 – 0,5
2 27672
21632,60 0,5 – 1
2 – 5 22802,96
17320,15 1
2 – 6 31647,88
31983,69
Sumber: Data Primer Diolah 20052006.
Dengan mencermati Tabel 41, rumahtangga petani contoh yang mengusahakan 0,25 ha dengan rataan pendapatan sekitar Rp.4.933.330,-tahun, rataan total
pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga sekitar Rp.4.918.070,- per tahun. Pada pengusahaan lahan 0,25 – 0,5 Ha, rataan total pendapatan sekitar
Rp.27.672.000,- total pengeluaran rumahtangga rata-rata sekitar Rp.21.632.600,-tahun. Pada petani yang mengusahakan 0,5 - 1 ha berpenghasilan rata-rata sekitar
Rp.22.802.960,-tahun, mengeluarkan rataan biaya sekitar Rp.17.320.150,-tahun. Pada petani yang mengusahakan 1 Ha, dengan rataan total pendapatan sekitar
Rp.31.647.880,-tahun, maka rataan total pengeluaran rumahtangga mereka adalah sekitar Rp.31.983.690,- per tahun.
Tingginya tingkat pengeluaran pada beberapa petani contoh dikarenakan umumnya mereka membeli perlengkapan rumahtangga yang modern, ternak, sepeda dan
sepeda motor, membeli alat pertanian, membeli lahan baik untuk usahatani maupun tanah untuk rencana membangun rumah, membangun dan merenovasi rumah, serta
pengeluaran untuk berbagai keperluan lainnya. Dengan demikian, melalui diversifikasi usaha rumahtangga merupakan upaya yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan
relatif rendahnya penghasilan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga dan keluarga.
98
b. Kabupaten Pontianak