18
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-
kalimat, lambang-lambang Matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.
2.1.4.3 Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan pendidikan di sekolah dasar yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan, kecerdasan, nilai dan sikap, serta keterampilan bagi pendidikan di
jenjang berikutnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 17. Pembelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan di SD. Mata pelajaran Matematika di SD sebagai dasar bagi pembelajaran Matematika di jenjang berikutnya. Oleh karena itu penguasaan
siswa terhadap kompetensi yang ditentukan pada mata pelajaran Matematika di sekolah dasar harus diupayakan secara optimal untuk menunjang penguasaan
siswa pada mata pelajaran Matematika pada jenjang berikutnya. Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga
tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep Matematika. Selain itu, guru selama ini hanya menggunakan metode ceramah
dalam penyampaian materi pada mata pelajaran Matematika. Pembelajaran Matematika yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang hanya menekankan
pada perolehan hasil dan mengabaikan pada proses, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan dalam bentuk soal yang lain. Akibat dari
pembelajaran yang hanya menekankan hasil adalah hasil yang dicapai tidak tahan lama atau anak akan mudah lupa pada materi pembelajaran yang dilaksanakan
19
oleh guru Azis, 2009. Berdasarkan problematika dalam pembelajaran Matematika di SD tersebut maka guru sebaiknya menggunakan media dan
berbagai strategi yang tepat dalam pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan terutama dalam pembelajaran Matematika agar konsep yang
bersifat abstrak dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Selain itu dengan adanya media pembelajaran pada mata pelajaran Matematika, siswa akan tertarik
untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga mereka akan telibat aktif dalam proses pembelajaran Matematika.
2.1.4.4 Karateristik Siswa SD
Anak usia sekolah dasar berada pada periode anak akhir dengan rentang usia 6-12 tahun Kurnia, 2007:1-19. Guru SD perlu mempelajari karakteristik
perkembangan pada periode anak awal, anak akhir, dan puber. Hal ini disebabkan karena ada kemungkinan anak usia sekolah dasar mengalami keterlambatan atau
kecepatan dalam perkembangan mereka. Karakteristik anak pada periode anak awal yaitu : anak sulit diatur dan sering menimbulkan masalah, anak prasekolah,
anak suka bertanya karena anak ingin tahu segala yang ditemuinyadialaminya. Karakteristik anak pada periode anak akhir yaitu : anak menyulitkan sering tidak
rapi dan suka bertengkar, anak sekolah dasar karena bersekolah di sekolah dasar, anak suka berkelompok terutama dalam kegiatan bermain. Karakteristik anak
pada periode puber yaitu : anak disebut anak besar atau anak puberremaja karena periode ini tumpang tindih antara periode anak akhir dan puberawal remaja, anak
suka menyendiri karena perubahan fisik yang membuatnya menarik diri, anak emosional karena emosinya sering berubah-ubah dan meledak tanpa alasan yang
20
cukup relevan dan cukup berarti Kurnia, 2007: 1-17. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa anak pada usia sekolah dasar masih senang bermain, sehingga dalam kegiatan pembelajaran guru harus dapat membuat pembelajaran menarik
dengan menggunakan media-media yang membuat mereka tertarik untuk memperhatikan materi yang disampaikan guru. Berdasarkan tahap-tahap
perkembangan kognitif dalam teori Piaget mencakup tahap sensorimotorik 0-2
tahun, praoperasional 2-7 tahun, operasional konkret 7-11 tahun, dan operasional formal 11-15 tahun.
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif menurut teori Piaget maka dapat dinyatakan bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret
dan oprasional formal. Pada tahap operasional konkret, anak mampu megoperasionalkan logika namun dengan benda-benda konkret. Anak belum bisa
memahami sesuatu yang abstrak. Pada tahap operasional formal, anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis Rifa’i, 2009: 25. Hal ini
menyebabkan guru harus menggunakan media-media konkret untuk memperjelas sesuatu yang abstrak agar materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.
2.1.5 Media Pembelajaran