EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FLASH MACROMEDIA TERHADAP AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS III PADA MATERI BANGUN DATAR DI MI IT LUQMAN AL HAKIM SLAWI
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN
FLASH
MACROMEDIA
TERHADAP AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS III PADA
MATERI BANGUN DATAR DI MI IT LUQMAN
AL-HAKIM SLAWI
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh Puput Pujihastuti
1402407089
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
(2)
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.
Tegal, 25 Juli 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Noening Andrijati, M.Pd Drs.Yuli Witanto
NIP19680610 199303 2 002 NIP 196400717 198803 1 002
Mengetahui Ketua Jurusan PGSD
Drs. Zaenal Abidin, M.Pd NIP 19560512 198203 1 003
(3)
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Hari : Senin
Tanggal : 1 Agustus 2011
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Hardjono, M. Pd Drs. A. Zaenal Abidin, M. Pd NIP 19510801 197903 1 007 NIP 19560512 198203 1 003
Penguji Utama
Eka Titi Andaryani, S.Pd, M.Pd NIP 19831129 200812 2 003
Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II
Dra. Noening Andrijati, M.Pd Drs. Yuli Witanto
NIP 19680610199303 2 002 NIP 19640717 198803 1 002
(4)
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Tegal, 25 Juli 2011
Puput Pujihastuti NIM 1402407089
(5)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(6)
ABSTRAK
Pujihastuti, Puput. 2011. Efektifitas Penggunaan Flash Macromedia Terhadap Aktivitas dan Prestasi Belajar siswa kelas III pada Materi Bangun Datar di MI IT Luqman Al-Hakim Slawi. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dra. Noening Andrijati, M.Pd, II. Drs. Yuli Witanto
Kata Kunci : media, flash macromedia, aktivitas, pembelajaran
Salah satu faktor kurang berhasilnya proses belajar mengajar adalah kurang tepatnya guru dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pembelajaran dengan media yang sesuai diharapkan akan mampu menghasilkan aktivitas dan prestasi belajar yang baik, apalagi didukung oleh ketepatan dan cara penggunaan media itu dengan benar. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah aktivitas dan prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan flash macromedia pada mata pelajaran matematika untuk materi luas bangun datar lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas III SD semester 2 di MI IT Luqman Al-Hakim Slawi yang terdiri dari kelas 3A, 3B, dan 3C tahun ajaran 2010/2011. Kelas 3A berlaku sebagai kelompok eksperiman. Kelas 3B berlaku sebagai kelompok kontrol. Sedangkan yang berlaku sebagai kelompok uji coba instrumen adalah kelas 3C. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan Presentase nilai keaktifan sebelum adanya perlakuan sebesar 49,11% lebih kecil dari pada rata-rata presentase keaktifan setalah perlakuan pembelajaran menggunakan flash macromedia yaitu sebesar 76,31%. Maka, aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan flash macromedia lebih baik dari pada aktivitas belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil uji perbedaan prestasi diperoleh Zhitung =-3,48
< Ztabel = -1,96 yang menunnukan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan flash macromedia dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvesional. Rerata hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 78,11 lebih tinggi dari pada rerata hasil belajar kelompok kontrol sebesar 58,93. Dengan demikian, maka terdapat kecenderungan lebih baik antara rerata hasil belajar kelompok eksperimen dari pada rerata hasil belajr kelompok kontrol. Untuk itu, disarankan guru hendaknya lebih bervariasi ketika memilih media pembelajaran, selain itu media pembelajaran flash macromedia pada materi luas bangun datar, perlu dipertimbangkan karena terbukti bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan media pembelajaran flash macromedia lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
(7)
PRAKATA
Puji Syukur atas limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul:
(8)
skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan pada umumnya dan di dunia pendidikan pada khususnya. Akhirnya tiada kata yang terindah selain mengucapkan syukur kepada Engkau ya Robbi.
Penulis,
(9)
DAFTAR ISI
(10)
(11)
DAFTAR TABEL
(12)
DAFTAR GAMBAR
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Penelitian
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dapat membentuk masyarakat dunia yang saling ketergantungan. Tatanan dunia mulai mengalami perubahan secara stuktural menuju era globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk itu mutu pendidikan tidak dapat diabaikan, karena peningkatan kualitas sumber daya manusia yang siap menghadapi era globalisasi tersebut harus memiliki pendidikan yang bermutu. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama dari program pendidikan nasional pada saat ini. Hal ini seperti terkandung dalam PP No. 19 tahun 2005 pasal 4 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, lingkungan belajar dan lainnya. Guru dan siswa merupakan dua faktor terpenting dalam proses pembelajaran. Pentingnya faktor guru dan siswa dapat dirunut melalui pemahaman hakekat pembelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
(15)
Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran, guru perlu memahami hal-hal yang mempengaruhi proses belajar siswa, baik yang menghambat maupun yang mendukung. Selain itu, guru harus memahami tentang model atau strategi pembelajaran yang efektif maupun media pembelajaran yang sesuai agar dapat membantu siswa belajar secara optimal dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.
Salah satu kajian ilmu yang harus diajarkan oleh para pendidik yaitu matematika. Dalam membelajarkan matematika, tentunya guru dapat memberikan pembelajaran dengan cara yang sesuai. Penekanan terhadap mata pelajaran matematika harus dirancang sedemikian rupa karena matematika merupakan salah satu ilmu yang akan memberikan kemajuan di berbagai bidang pembangunan. Hal ini sangat penting untuk diberikan pada siswa sebagai calon anggota masyarakat. Dengan demikian dalam kehidupan masyarakat nantinya siswa dapat memberikan berbagai kontribusi untuk memajukan masyarakat.
Jika dikaji lebih lanjut, matematika merupakan ilmu yang bersifat deduktif aksiomatik dan objek yang dipelajari bersifat abstrak (fakta, konsep, dan prinsip). Antonius (2006:9) mengutarakan bahwa hakekat matematika berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan, konsep-konsep abstrak dan dikembangkan menurut aturan yang logis. Dienes (dalam Kristiyanto, 2007) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan erat satu sama lain. Dalam belajar
(16)
matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya. Seseorang akan mampu mempelajari matematika yang baru apabila didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari. Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi matematika berikutnya yang tersusun secara hierarkis.
Matematika menduduki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu, ilmu matematika sudah diajarkan kepada siswa SD. Suherman (dalam Syamri, 2010) menyatakan bahwa pembelajaran matematika yang diajarkan di SD merupakan matematika sekolah yang tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu memiliki objek kajian yang abstrak dan memiliki pola pikir deduktif konsisten. Matematika sebagai studi tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dipahami oleh siswa SD yang belum mampu berfikir formal. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognisi yang diutarakan oleh Jean Piaget (dalam Soeparwoto, 2007: 85) bahwa pada tahap operasional konkret
(concrete operational stage) berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini cara berpikir anak masih konkret, belum menangkap abstrak. Siswa di usia tersebut, akan kesulitan untuk memahami konsep yang bersifat abstrak seperti halnya konsep-konsep dalam matematika.
Objek kajian matematika yang merupakan konsep abstrak menyebabkan matematika menjadi ilmu yang dianggap
(17)
lekas melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kapada hal-hal yang baru, yang lain, yang disukainya.
Brunner dalam Arsyad (2011:7) melukiskan bahwa ada tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung yakni anak-anak di dalam belajarnya menggunakan/memanipulasi objek-objek secara langsung; pengalaman pictorial/gambar yakni kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari subjek-subjek. Pada tahap ini anak tidak mamanipulasi langsung objek-objek seperti dalam tahap
enactive, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran; dan pengalaman abstrak, yakni tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Dengan demikian, pembelajaran matematika yang diberikan kepada siswa SD harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental siswa agar konsep yang diajarkan dapat dipahami dengan baik.
Akan tetapi pada kenyataannya, pembelajaran yang sering diterapkan pada siswa SD adalah pembelajaran yang konvensional seperti membelajarkan matematika dengan menggunakan metode ceramah tanpa memanfaatkan metode yang lebih inovatif atau media pembelajaran yang sesuai. Hal ini akan menyebabkan siswa kurang memahami konsep dalam matematika.
Kesenjangan antara pembelajaran yang harus diterapkan pada siswa SD dengan penerapan pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah-sekolah tentunya membutuhkan solusi agar kesulitan siswa dalam proses belajar dapat diatasi.
(18)
Dienes (dalam Abied, 2011) meyakini bahwa dengan menggunakan berbagai sajian (representasi) tentang suatu konsep matematika, anak-anak akan dapat memahami secara penuh konsep tersebut jika di bandingkan dengan hanya menggunakan satu macam sajian saja. Sebagai contoh, jika guru ingin mengajarkan konsep persegi, maka guru disarankan menyajikan beberapa gambar persegi dengan ukuran sisi berlainan. Dengan demikian, sajian berupa media pembelajaran akan berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman siswa SD terhadap konsep-konsep matematika. Dienes (dalam Kristiyanto, 2007) juga mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk nyata akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Ketika siswa berinteraksi dengan sajian media pembelajaran, ada berbagai aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan siswa, baik aktivitas fisik maupun psikis. Rohani (2004: 6) mengutarakan bahwa aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Ia tidak sekedar duduk dan mendengarkan, melihat/pasif. Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya/banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Ketika siswa aktif dalam proses belajar mengajar dengan bantuan media tentunya siswa memperoleh pengalaman nyata dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh hasil pengajaran yang optimal sekaligus memperoleh proses belajar mengajar secara aktif, karena siswa belajar melalui mendengarkan, mengamati,
(19)
menyelidiki, memberikan respon, mengingat, menguraikan, dan mengasosiasikan ketentuan satu dengan ketentuan lainnya.
Adanya pengalaman nyata yang akan memberikan pengaruh terhadap pemahaman siswa menyebabkan media pembelajaran memegang peranan penting di dalam membelajarkan konsep matematika. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep abstrak matematika agar dapat diturunkan keabstrakannya. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan gagasan suatu media pembelajaran dalam pembelajaran matematika berupa flash macromedia. Flash macromedia merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat gambar-gambar animasi berupa materi-materi yang akan diajarkan pada siswa. Animasi yang dihasilkan dari aplikasi flash macromedia merupakan alat bantu pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Porter (2000: 107) bahwa alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, dan perasaan (Damasio dalam Porter, 2000: 255). Suasana belajar yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan suara akan memberikan pengaruh pada daya ingat siswa. Alat bantu ini akan mewakili gagasan dari konsep matematika yang akan disampaikan, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan akan lebih baik dan suasana belajar akan lebih menyenangkan. Pada akhirnya siswa dapat memahami konsep matematika dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan uraian diatas, maka kajian dalam penelitian ini tentang masalah efektivitas pembelajaran dengan menggunakan flash macromedia terhadap prestasi dan aktivitas belajar siswa. Judul dalam penelitian ini yaitu
(20)
Penggunaan Flash Macromedia Terhadap Aktivitas dan Prestasi Belajar siswa kelas III pada Materi Bangun Datar di MI IT Luqman Al-Hakim Slawi
(21)
2. Penerapan pembelajaran yang konvensional dan kurang memanfaatkan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar.
3. Hasil belajar matematika yang cenderung rendah karena siswa hanya sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi.
4. Matematika yang selama ini dipelajari bersifat abstrak sehingga pemahaman konsep siswa sangat lemah.
D.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif media pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat menunjang pencapaian hasil belajar dan aktifitas belajar siswa.
2. Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara pembelajaran dengan menggunakan flash macromedia dengan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari hasil belajar siswa.
b. Untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara pembelajaran dengan menggunakan flash macromedia dengan pembelajaran secara konvensional dutinjau dari aktivitas belajar siswa.
(22)
E.
Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Memberikan informasi mengenai pengembangan media pada mata pelajaran matematika kepada Dinas Pendidikan khususnya pendidikan di tingkat Sekolah Dasar.
b. Memberikan bahan kajian lebih lanjut kepada peneliti dan akademisi mengenai inovasi media pembelajaran, khususnya di bidang pendidikan dan penyelenggaraan pembelajaran.
2. Kegunaan Praktis
a. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi praktisi pendidikan khususnya guru di Sekolah Dasar dalam mengaplikasikan media pembelajaran.
b. Temuan dalam penelitian ini akan memberikan acuan dan menyediakan alternatif kepada guru sekolah dasar mengenai pemberian media pembelajaran matematika yang tepat yaitu dengan memperhatikan aktivitas belajar siswa.
c. Memberika acuan mengenai media pembelajaran yang inovatif yaitu media yang dapat mengoptimalkan konstruksi pengetahuan siswa secara positif sehingga dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa.
(23)
F.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan dalam latar belakang yang terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Selaras dengan judul penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas III semester 2 di MI IT Luqman Al-Hakim Slawi.
2. Variabel yang akan diteliti adalah media flash macromedia, aktivitas dan prestasi siswa terhadap materi luas bangun datar persegi dan persegi panjang. 3. Penelitian ini memfokuskan pada faktor keefektifan media dalam
mempengaruhi aktivitas dan prestasi belajar siswa mata pelajaran matematika materi luas bangun datar persegi, persegi panjang, dan bangun yang tidak teratur.
(24)
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Teori
1. Hakekat Matematika
Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Maksudnya adalah siswa sudah memahami konsep dengan baik sesuai dengan ilmu dalam konsep tersebut. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika merupakan rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu konsep akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya (Antonius, 2006: 1). Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Pujiati, 2009: 1). Bourne (dalam Romberg, 2010) juga memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai
(25)
makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.
Berpijak pada uraian tersebut, Sumardyono (dalam Romberg, 2010) mendefinisikan matematika dengan memberikan deskripsi sebagai berikut: (1) matematika sebagai struktur yang terorganisir; (2) matematika sebagai alat (tool); (3) matematika sebagai pola pikir deduktif; (4) matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking); (5) matematika sebagai bahasa artifisial; (6) Matematika sebagai seni yang kreatif.
Banyak pendefinisian tentang matematika, ada yang mendefinisikan bahwa matematika adalah ilmu pasti, ada yang menyatakan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, ada yang mendefinisikan matematika sebagai ilmu pengetahuan tentang penalaran logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, ada yang menyatakan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan ruang. Berdasarkan uraian tersebut, Turmudi (2009: 3) menjabarkan sifat-sifat dari matematika, diantaranya: (1) matematika sebagai objek yang ditemukan dan diciptakan oleh manusia; (2) matematika diciptakan, bukan jatuh dengan sendirinya, namun muncul dari aktivitas yang objeknya telah tersedia, serta dari keperluan sains dan kehidupan keseharian.
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, dapat dikatakan bahwa matematika merupakan kajian yang memiliki konsep abstrak yang berkaitan dengan penalaran logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan. Matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang
(26)
melibatkan bilangan dan kuantifikasi, seperti melakukan pengukuran, menghitung rata-rata, membandingkan, dan perhitungan matematika lain. Dengan demikian, matematika merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia.
2. Matematika di SD
Matematika perlu dipelajari oleh siswa karena matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan secara umum. (Turmudi, 2009: 5). Pembelajaran matematika sendiri merupakan proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik memperoleh pemahaman tentang bahan matematika yang dipelajari. Dalam dokumen standar kompetensi mata pelajaran matematika, untuk satuan SD atau MI pada kurikulum 2004 disebutkan fungsi matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan (Antonius, 2006: 18).
Matematika yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar merupakan suatu implementasi dari substansi matematika itu sendiri dimana pengembangan setiap konsep matematika dikaji melalui proses penalaran yang sistematis dan logis. Pembahasan setiap topik dalam matematika sangat memungkinkan dilakukan melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi atau eksperimen. Bagi siswa SD pelaksanaan kegiatan pada pembelajaran matematika diarahkan pada bagaimana siswa dengan
(27)
pengetahuan dan keterampilannya siswa dapat mencapai kemampuan tertentu untuk memecahkan permasalahan.
Tujuan pengajaran matematika bagi siswa SD adalah untuk: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; (3) mengembangkan kemampuann dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut ke jenjang pendidikan selanjutnya; (4) membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat, dan disiplin. (Muchtar, 1997: 11)
Tujuan ini menjadikan pembelajaran matematika perlu diajarkan pada jenjang Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika di SD tentunya harus dilaksanakan secara maksimal, disesuaikan dengan perkembangan siswa, dengan demikian tujuan dari pengajaran matematika dapat dicapai keberhasilannya secara maksimal.
3. Materi Bangun Datar di SD Kelas 3
Pengukuran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi dari pengukuran, seperti tinggi, jarak, berat, volum, luas dan lain sebagainya adalah untuk membandingkan satu hal/objek dengan hal/objek yang lainnya. Oleh karena pentingnya pengukuran, maka sangat diperlukan untuk dipelajari. Luas adalah bagian dari materi pengukuran yang penting untuk dipelajari.
Fajariyah (2008: 180) mengutarakan bahwa luas daerah bidang datar adalah banyaknya persegi satuan yang menutupi bangun tersebut. Uraian tersebut dapat diartikan bahwa luas merupakan bagian yang menutupi suatu permukaan bidang datar. Pada materi kelas 3 SD, materi luas yang diajarkan
(28)
meliputi menghitung luas persegi panjang, luas persegi, luas bangun tidak teratur, mengurutkan luas bangun datar, dan menaksir bangun datar lain. a. Luas Persegi Panjang
Gambar 2.1. Gambar persegi panjang
Rumus luas persegi panjang adalah sebagai berikut: Luas persegi panjang = panjang × lebar
L = p × l (Turmudi, 2009: 154)
b. Luas Persegi
Gambar 2.2. Gambar persegi Luas persegi = sisi × sisi = s × s (Turmudi, 2009: 155)
c. Menghitung Luas Bangun yang Tidak Teratur
Menghitung luas bangun datar yang tidak teratur dapat menggunakan bantuan satuan persegi. Cara menghitung bangun datar yang tidak teratur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
l p
sisi sisi
(29)
Gambar 2.3 Gambar Bangun Datar Tidak Teratur 1) Perhatikan gambar 2.3
2) Hitung banyaknya persegi satuan utuh yang merupakan bagian dari bangun tersebut.
3) Hitung banyaknya persegi satuan yang tidak utuh. Jika persegi satuan yang tidak utuh merupakan bagian dari bangun yang dihitung lebih dari setengah, maka dihitung satu. Jika kurang dari setengah tidak dihitung. (Fajariyah, 2008: 184)
d. Mengurutkan Luas Bangun Datar
Gambar 2.4 Gambar Bangun Datar dengan Luas Berbeda
Berdasarkan gambar 2.4, urutan bangun dari yang luasnya paling kecil adalah d, b, c, a, sedangkan urutan bangun dari yang luasnya paling besar adalah a, c, b, d. (Fajariyah, 2008: 189)
e. Menaksir Luas Bangun Datar
Menaksir luas daerah bangun dapat dilakukan dengan bantuan persegi satuan. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan perhitungan menaksir luas bangun datar. Langkah-langkah untuk menaksir luas daerah bangun datar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(30)
Gambar 2.5 Gambar Bangun Datar Lain (Trapesium) 1) Perhatikan gambar 2.5
2) Hitunglah banyaknya persegi satuan yang utuh.
3) Perhatikan persegi satuan yang tidak utuh. Jika persegi satuan yang merupakan bagian dari bangun tersebut lebih dari separoh maka dihitung satu. Jika persegi satuan yang merupakan bagian dari bangun tersebut kurang dari separoh maka tidak dihitung. (Fajariyah, 2008: 192)
4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Yuli (2010) mengutarakan bahwa siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi. Pada usia ini anak mulai memiliki kecakapan berpikir tentang masalah dan pemecahannya karena pada usia ini mereka mampu
(31)
memanipulasi objek secara simbolik. Kondisi ini merupakan prestasi utama pada anak yang akan berkembang terus ke arah pemecahan masalah. Walaupun secara simbolis atau mental mereka mampu memanipulasi objek namun mereka masih memerlukan bantuan objek nyata untuk berpikir.
Jean Piaget (dalam Soeparwoto, 2007: 85) mengutarakan bahwa anak usia 7-12 tahun merupakan tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak sudah memahami hubungan fungsional dalam benak mereka, karena mereka sudah dapat menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak masih konkret, belum menangkap abstrak. Anak yang masih berada pada usia ini belum bisa memahami konsep-konsep suatu ilmu yang bersifat abstrak. Selain itu, anak usia SD merupakan masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya (Soparwoto, 2007: 61). Selain itu, aktivitas siswa usia SD tidak jauh dari hal-hal yang bersifat senang-senang. Mereka senang bermain, bergerak, dan menemukan hal-hal baru dengan teman-temannya.
5. Media Pembelajaran
(32)
semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Dengan demikian sudah jelas bahwa media pembelajaran merupakan mediator untuk menyampaikan pembelajaran yang dimanfaatkan untuk menyederhanakan konsep-konsep agar konsep yang bersifat abstrak dapat lebih diturunkan keabstrakannya.
Media merupakan mediator. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau peranannya, karena mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Selain itu mediator dapat pula mencerminkan bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Penerapan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membantu anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi media pembelajaran, maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar memang menduduki peranan penting karena dapat memberikan banyak manfaat.
Kemp dan Dayton dalam Azhar (2011: 21) mengemukakan bahwa Dampak positif dari pengggunaan media pembelajaran adalah: (1) penyampaian pelajaran menjadi lebih baku; (2) pembelajaran bisa lebih menarik (3) pembelajaran menjadi lebih interaktif; (4) lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan; (5) kualitas hasil
(33)
belajar dapat ditingkatkan; (6) pembelajaran dapat diberikan dimanapun dan kapanpun; (7) sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan; (8) peran guru dapat berubah ke arah yang positif.
Lebih lanjut Sadirman (2010:17) mengutarakan bahwa secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; (3) penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.
Pembelajaran yang dilaksanakan dalam suatu kelas dapat disampaikan dengan menggunakan bantuan berbagai jenis media pembelajaran. Berbagai jenis media dapat berupa gambar diam, media display, tumbuhan, barang sederhana, lingungan alam sekitar, dan komputer yang digunakan sebagai alat bantu membuat media pembelajaran. Pemilihan media yang tepat akan sangat membantu guru selama kegiatan belajar mengajar.
6. Flash Macromedia
Flash macromedia merupakan aplikasi di dalam komputer yang dapat digunakan untuk membuat berbagai animasi bergerak sesuai dengan keinginan. Wijaya dan Purnama (2009: 21) mengutarakan bahwa flash macromedia adalah salah satu dari program aplikasi pembuat animasi yang sangat dinamis dan interaktif. Program ini telah dipakai secara luas oleh para profesional web ataupun animator karena kemampuannya yang mengagumkan dalam menampilkan multimedia, gabungan antara grafis, animasi, suara serta interaktivitas bagi pemakai. Program aplikasi ini juga telah banyak dipakai
(34)
untuk membuat animasi yang digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti dalam pembuatan isi multimedia, perancangan situs-situs web, advertising, film, pendidikan, dan lain-lain.
Ada berbagai keunggulan menggunakan flash macromedia, diataranya adalah:
(1) hasil akhir flash memiliki ukuran yang lebih kecil (setelah dipublish); (2) flash dapat mengimpor hampir semua gambar dan file-file audio sehingga dapat lebih hidup; (3) animasi dapat dibentuk, dijalankan dan dikontrol; (4) gambar flash
tidak akan pecah meskipun di zoom beberapa kali karena gambar flash bersifat gambar vektor; (5) hasil akhir dapat disimpan dalam berbagai macam bentuk seperti *.avi, *.gif, *.mov, maupun file dengan format lain. Kelebihan lain yang dimiliki program flash macromedia adalah (1) mampu membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain; (2) flash macromedia mampu membuat perubahan transparansi warna dalam movie; (3) flash macromedia
mampu membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain dan mampu membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan; (4) dengan flash macromedia, file dapat dikonversi dan dipublikasikan (publish) ke dalam file aplikasi (exe) (Rahman, 2007: 29).
Dalam pembelajaran matematika, akan sangat tepat jika digunakan
flash macromedia sebagai media untuk membuat berbagai animasi atau slide pembelajaran. Gambar-gambar seperti gambar bangun datar atau bangun ruang dapat dibuat dengan bantuan media ini dan dapat digerakkan sesuai keinginan. Berbagai warna, suara, dan gerakan-gerakan gambar yang dibuat dengan media ini, menjadikan gambar menjadi lebih hidup dan komunikatif. Dengan mengoptimalkan fasilitas seperti gambar, animasi, suara, jenis huruf maupun warna, media pembelajaran yang dibuat dengan program flash macromedia ini akan terkesan lebih menarik bagi siswa.
(35)
7. Pembelajaran Konvensional
Menurut Djamarah (dalam Yuli, 2010) mendeskripsikan bahwa pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran, sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan. Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu misalnya lebih mengutamakan hapalan dari pada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Dengan demikian terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai
(36)
mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi
passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, dan (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif.
Sumber belajar dalam pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam praktiknya siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Artinya bahwa siswa yang telah mempelajari pengetahuan dasar tertentu, maka siswa diharapakan akan dapat menggabungkan sub-sub pengetahuan tersebut untuk menampilkan prilaku (hasil) belajar yang lebih kompleks.
8. Aktivitas Belajar Siswa
Untuk mencapai keberhasilan dalam mengajar, seorang guru antara lain harus mengetahui asas-asas didakdik (dasar-dasar mengajar) dan melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Salah satu unsur-unsur dalam dasar-dasar mengajar adalah keaktifan belajar siswa. Agar proses belajar menjadi aktif, menurut Siberman (2006: 9) siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas, mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif berarti suasana belajar harus menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah. Siswa dapat beraktivitas dengan sebaik-baiknya selama proses pembelajaran, di dalam kelompoknya maupun dalam pembelajaran klasikal.
(37)
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting karena tanpa aktivitas, pembelajaran itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Rohani (2004:6) memaparkan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik merupakan keaktifan siswa dari anggota badan, membuat sesuatu, bermain, ataupun bekerja. Peserta didik yang mempunyai aktivitas psikis adalah siswa yang jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau berfungsi dalam rangka pengajaran. Lebih lanjut Paul dalam Rohani (2004:9) menyimpulkan bahwa:
Terdapat bermacam-macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut: (1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi; (3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato; (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin; (5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram; (6)
Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak; (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan; (8) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
(38)
Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu, dan seterusnya. Pada setiap pembelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. Dengan demikian, keaktifan siswa selama belajar dapat juga diamati dari keaktifan siswa saat bertanya, keberanian siswa mempresentasikan hasil kerjanya, keberanian siswa dalam memberikan tanggapan atau pendapat, ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas, dan juga dapat diamati dari kerja sama siswa dalam kelompok.
9. Penerapan Flash Macromedia dalam Pembelajaran
Animasi yang dibuat dalam flash macromedia dapat berfungsi untuk membantu pembelajaran berbagai mata pelajaran, termasuk matematika. Animasi ini dapat membantu memvisualisasikan konsep-konsep yang bersifat abstrak agar lebih mudah dipahami siswa selama proses belajar mengajar. Hidayatullah (2011: 3) memaparkan bahwa dalam mempraktekkan suatu abstraksi dalam pembelajaran dapat dibantu dengan software berupa adobe flash yang berfungsi membantu memvisualisasikan materi pelajaran dalam bentuk animasi materi pelajaran secara interaktif. Animasi flash macromedia
yang digunakan dalam pembelajaran matematika pada materi luas bangun datar adalah berupa animasi gambar bergerak. Animasi ini menampilkan gambar dengan warna-warna dan gerakan yang bertujuan menjabarkan suatu konsep.
Ada tiga bagian uraian materi yang ditampilkan dalam animasi flash macromedia pada materi luas bangun datar. Hal ini dikarenakan penyajian
(39)
materinya disesuaikan dengan kebutuhan materi yang harus diajarkan pada siswa SD kelas 3. Fajariyah (2008: 174) memaparkan bahwa materi luas bangun datar untuk materi kelas tiga meliputi luas persegi dan persegi panjang. Masalah yang berkaitan dengan luas meliputi menghitung luas bangun yang tidak teratur, membandingkan dan mengurutkan berbagai luas persegi dan persegi panjang, menaksir luas daerah beberapa bangun datar. Dengan demikian, materi yang digunakan dalam pembuatan animasi dengan
flash macromedia, yaitu: pertama mengenai penjabaran mengenai luas persegi dan persegi panjang. Pada bagian ini materi dijabarkan melalui animasi dengan menampilkan berbagai bangun persegi dan persegi panjang, menampilkan pengertian luas daerah, dan cara menghitung luasnya. Pada bagian ini juga diuraikan mengenai cara menghitung luas bangun tidak teratur. Pada bagian kedua dijabarkan materi mengenai membandingkan dan mengurutkan luas bangun datar. Bagian ini menguraikan mengenai cara membandingkan dan selanjutnya mengurutkan berbagai luas bangun datar. Bangun datar yang ditampilkan pada bagian ini adalah bangun persegi dan persegi panjang. Pada bagian ketiga, ditampilkan cara menaksir luas bangun datar. Uraian materi pada bagian ketiga ini memiliki penjelasan materi yang sama seperti menghitung luas bangun tidak teratur.
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan flash macromedia, antara lain:
(40)
a) Persiapan
Pada tahap pesiapan, guru mengarahkan siswa untuk membentuk beberapa kelompok dan memberikan pengarahan mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b) Demonstrasi
Demonstrasi merupakan penampilan animasi flash macromedia
dengan materi bengun datar. Pelaksanaan demonatrasi adalah siswa menyaksikan penjelasan materi melalui animasi flash macromedia dan aktif menanggapi pemaparan materi.
c) Evaluasi
Pada tahap evaluasi siswa mengerjakan soal-soal yang ditampilkan setelah pemaparan materi dan diakhiri dengan pembahasan materi dan soal-soal oleh guru.
Penerapan flash macromedia dalam pembelajaran memungkinkan siswa labih aktif dengan menanggapi demonstrasi saat pemaparan materi dengan menampilkan animasi-animasi yang menarik. Hal ini dikarenakan tampilan dari animasi flash macromedia yang penuh warna, gerak, serta penjabaran yang jelas menyebabkan pembahasannya mudah dipahami siswa. Penerapan media flash macromedia dalam pembelajaran diharapkan dapat menjadikan proses belajar mengajar yang tidak monoton bagi siswa serta memberikan kesempatan bagi guru agar bisa berinovasi memberikan media baru bagi siswa.
(41)
Namun demikian, kelemahan dari penerapan media ini adalah membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih dibandingkan dengan mengajar secara konvensional, karena guru harus memiliki keterampilan mengoperasikan aplikasi flash macromedia. Selain itu penerapan media ini menuntut sekolah memiliki fasilitas yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran dengan media flash macromedia, yaitu berupa seperangkat komputer dan LCD proyektor.
10.Prestasi Belajar Siswa
Winkel (dalam Sunarto, 2009) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan Gunarso (dalam Sunarto) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan Gagne (dalam Rohani, 2004:42) menyederhanakan kemampuan manusia sebagai hasil belajar, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, sikap, dan nilai. Dalam hal ini, prestasi belajar siswa merupakan pengukuran faktor kognitif siswa atau pengetahuan yang dimiliki siswa.
(42)
B.
Penelitian yang Relevan
Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah kajian tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mohammad Isa Fifta Usi dengan judul Studi Komparasi Prestasi Belajar Matematika Antara Media Pembelajaran Flash Macromedia dengan Metode Pemecahan Masalah (Suatu Penelitian Tentang Materi Pokok Bangun Ruang Datar pada Siswa Kelas VIII Semester II SMPN 1 Balapulang Tahun Pelajaran 2009/2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran flash macromedia dengan siswa yang diajar menggunakan metode pemecahan masalah dan mengetahui manakah yang terbaik antara media pembelajaran flash macromedia dengan metode pemecahan masalah, khususnya pada materi pokok kubus dan balok.
Setelah penelitian dilakukan, ditemukan adanya perbedaan terhadap prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran flash macromedia dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Dilihat dari hasil belajar mana yang lebih tinggi, ditemukan pula bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran flash macromedia lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tersebut, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media pembelajaran flash macromedia dengan metode pemecahan masalah dalam proses pembelajaran perlu dipertimbangkan karena terbukti bahwa pembelajaran mengunakan media pembelajaran flash macromedia dengan
(43)
metode pemecahan masalah mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa, khususnya media pembelajaran flash macromedia karena tampilan yang menarik dan menuntut guru agar dapat berkarya lebih.
C.
Kerangka Berpikir
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diajarkan pada siswa SD. Berbagai konsep dalam matematika harus dipelajari dan pahami oleh siswa. Objek dalam matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarki dari penalaran deduktif. Berbagai konsep abstrak tersebut harus dipahami dengan baik oleh siswa ketika belajar matematika.
Siswa SD berusia antara 7-12 tahun. Di usia ini, perkembangan kognitif anak SD masih berada pada masa berpikir konkret. Siswa belum bisa mengkonstruksi konsep-konsep yang bersifat abstrak. Tentunya siswa akan kesulitan memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak. Pada akhirnya matematika akan dianggap
(44)
berbentuk verbalisme, kurangnya inovasi penggunaan media, perhatian yang tidak terpusat sehingga siswa kurang serius dalam pembelajaran dan tidak ada tanggapan yang menyeluruh.
Melihat kebutuhan pembelajaran yang seharusnya diterapkan pada siswa SD, sudah seharusnya tidak hanya pembelajaran konvensional saja yang digunakan selama pelaksanaan pembelajaran, maka penelitian ini memberikaan alternatif media berupa flash macromedia sebagai media pembelajaran matematika. Media ini memiliki karakteristik yang menarik bagi siswa SD karena memberikan tampilan berupa gambar-gambar bergerak yang penuh warna. Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk menurunkan keabstrakan matematika dengan menyederhanakan konsep matematika dan menjadikan pembelajaran matematika lebih menarik bagi siswa SD.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan seperti berikut:
(45)
Gambar 2.6 Bagan Kerangka Berpikir
D.
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ho : Rerata hasil belajar siswa dengan penggunaan flash macromedia tidak lebih baik dari pada rerata hasil belajar yang pembelajaran konvensional.
Ha : Rerata hasil belajar siswa dengan penggunaan flash macromedia
lebih baik dari pada rerata hasil belajar yang menggunakan
Pembelajaran matematika SD: 1. Memiliki konsep abstrak. 2. Harus diajarkan kepada
siswa SD.
3. Siswa SD berada pada masa berfikir konkret.
Diajarkan secara konvensional: 1. proses komunikasi sering
tidak berjalan dengan lancar.
2. kurangnya inovasi penggunaan media.
Siswa kurang perhatian ketika belajar
Aktivitas dan prestasi belajar yang lebih baik Media pembelajaran flash macromedia:
1. Menarik, menurunkan keabstrakan
matematika. 2. inovatif
Diajarkan dengan adanya inovasi media
pembelajaran
Harus diajarkan kepada siswa SD
Aktivitas dan prestasi belajar kurang maksimal Membandingkan
(46)
pembelajaran konvensional.
2. Ho : Aktivitas belajar siswa dengan penggunaan flash macromedia
tidak lebih baik dari pada aktivitas belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Ha : Aktivitas belajar siswa dengan penggunaan flash macromedia
lebih baik dari pada aktivitas belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian eksperimen. Metode ini mengungkap hubungan antara dua variabel/lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. (Sudjana, 2009: 19). Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, peneliti dengan sengaja dan secara sistematik mengadakan perlakuan variabel (manipulasi) dalam peristiwa alamiah, kemudian mengamati konsekuensi perlakuan tersebut.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain statis dua kelompok. Berikut merupakan desain statis dua kelompok.
Grup Variabel terikat Postest E (Eksperimen) C(Control) X - Y Y Sudjana (2009: 37)
B.
Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiono, 2003: 2). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu
pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain (Sudjana, 2009 : 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran flash macromedia pada
(48)
materi luas bangun datar. Flash macromedia terhadap materi bangun datar merupakan variabel bebas yang dinyatakan dengan X.
2. Variabel terikat adalah variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas (Sudjana, 2009 : 12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar dan aktivitas belajar matematika. Prestasi belajar merupakan variabel terikat dan dinyatakan dengan Y1. Prestasi belajar matematika dinyatakan
dengan skor hasil tes prestasi belajar setelah perlakuan. Aktivitas belajar matematika berperan sebagai variabel terikat kedua dan dinyatakan dengan Y2. Aktivitas dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil
pengamatan aktivitas belajar matematika.
C.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (2003: 55) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI IT Luqman Al-Hakim Slawi semester 2 tahun ajaran 2010/2011 terdiri dari 3 kelas yaitu kelas 3A yang terdiri dari 28 siswa, kelas 3B yang terdiri dari 29 siswa dan kelas 3C yang terdiri dari 30 siswa. Jadi banyaknya populasi dalam penelitian ini adalah 87 siswa.
(49)
2. Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2003: 56) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini sampel yang menjadi kelas kontrol adalah kelas 3B, sedangkan sampel yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas 3A.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yaitu sampel yang terdiri dari kelompok anggota yang terhimpun pada gugus (Cluster) yang diambil secara acak. Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dengan cara diundi dari 3 kelas. Sampel tersebut terdiri dari 1 kelas kontrol dan 1 kelas eksperimen.
D.
Metode Analisis Instrumen
1. Validitas tes
Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi product moment dengan rumus :
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi XY
N : banyaknya subyek uji coba
∑X : jumlah skor item
(50)
∑X² : jumlah kuadrat skor item
∑Y² : jumlah kuadrat skor total
∑XY : jumlah perkalian skor item dengan skor total (Sugiono, 2003: 213)
Kemudian hasil rxy dikonsultasikan dengan harga r product moment,
dengan menetapkan taraf signifikasi 5%, jika rxy > rtabel, maka alat ukur
dikatakan valid.
Setelah pengujian soal, diperoleh beberapa butir soal yang valid. Uji coba soal dilakukan sebanyak tiga kali. Analisis yang digunakan untuk mengolah data ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS 17.0.
Dalam uji coba soal pertama, terdiri dari 30 soal terbukti 7 soal valid, uji coba soal kedua yang terdiri dari 14 soal terbukti 6 soal valid, dan pada uji coba soal ketiga yang terdiri dari 16 soal, terbukti 10 soal valid.
2. Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas perangkat tes soal pilihan ganda, digunakan rumus KR-21 sebagai berikut :
1 1 .
Keterangan :
r11 : koefisien reliabilitas tes internal seluruh item
k : banyaknya item s : standar deviasi
: mean (rerata total skor) (Riduwan, 2008 : 109)
(51)
Besar dikonsultasikan dengan harga kritik product moment dengan menggunakan taraf signifikansi (
(52)
Indeks kesukaran dalam soal tes, diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah (Arikunto, 2009: 210)
Dari hasil perhitungan tentang tingkat kesukaran soal, pada hasil uji coba pertama, diperoleh soal nomor 5, 9, 10, dan 30 termasuk kategori mudah, soal nomor 10, 11, dan 21 termasuk kategori sedang dan tidak ada soal yang termasuk kategori sukar. Untuk hasil uji coba soal kedua diperoleh soal nomor 9, 10, 11, dan 12 termasuk kategori mudah, tidak ada soal yang termasuk kategori sedang, sedangkan soal nomor 3 dan 14, termasuk kategori sukar. Untuk hasil uji coba soal ketiga diperoleh soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 11, dan 13, termasuk kategori mudah, soal nomor 6, 7, dan 8, termasuk kategori sedang, dan tidak ada soal yang termasuk kategori sukar.
4. Daya Pembeda Butir Soal
Untuk menghitung daya pembeda butir soal pilihan ganda dapat digunakan rumus :
Keterangan :
J : daya pembeda soal
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
(53)
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
PA= : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = : proporsi kelompok bawah yang menjawab dengan benar (Arikunto, 2009: 213-214)
Klasifikasi daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut: D = 0,00
(54)
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini, dokumentasi yang digunakan adalah daftar nama siswa dan data kemampuan awal siswa SD yang menjadi objek penelitian.
2. Metode Tes
Tes dalam hal ini adalah sebagai alat pengungkap data secara sistematis untuk memperoleh data atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang cepat dan tepat. Dalam penelitian ini tes berfungsi untuk menguji prestasi belajar matematika materi luas bangun datar dari kedua kelompok setelah masing-masing memperoleh perlakuan. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah tes objektif dengan jumlah soal 15 dengan empat alternatif jawaban, masing-masing soal mempunyai poin 1 jika jawaban benar, sehingga maksimal poin yang didapat adalah 15 jika semua jawaban benar dengan waktu pengerjaan selama 60 menit.
3. Metode Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengungkap proses atau kejadian yang ada dalam lingkungan pembelajaran di kelas. Observasi ini dibutuhkan agar dapat memahami proses terjadinya pembelajaran di kelas. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap aktivitas anggota sampel selama proses pembelajaran berlangsung.
(55)
Instrumen yang digunakan dalam metode observasi yaitu menggunakan lembar observasi dengan indikator-indikator yang disusun dengan mengacu pada macam-macam keaktifan belajar. Jumlah aspek keaktifan yang digunakan untuk mengukur keaktifan siswa selama pembelajaran adalah sebanyak lima butir aspek. Aspek dalam lembar observasi meliputi keaktifan siswa dalam menanggapi demonstrasi, keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru, keberanian siswa dalam menanggapi hasil kerjanya, ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dan kerja sama siswa pada saat kerja kelompok.
F.
Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
Lilliefors. Uji Liliefors dilakukan untuk menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal.
Untuk pengujian hipotesis nol tersebut, dapat ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
(56)
(57)
Tabel 3.1. Tabel Persiapan Uji Homogenitas
Sampel Dk 1/dk Si² Log Si² (dk) Log Si² 1
2 3
K
(58)
Kriteria pengujian hipotesis Ho ditolak jika χ
²
hitung ≥χ²
(1-α)(k-1) dimanaχ
²
(1-α)(k-1) didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan peluang. .(1-α) dan dk = (k-1). (Sudjana, 1992: 263)
3. Uji Hipotesis
Untuk lebih meyakinkan bahwa perbedaan aktivitas dan prestasi belajar matematika pada penelitian ini dikarenakan oleh perlakuan yang diberikan, maka sebelum eksperimen berlangsung terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan antar kelompok. Hasil uji ini akan menunjukkan setara tidaknya kelompok-kelompok yang terlibat dalam eksperimen sebelum perlakuan diberikan. Uji yang digunakan untuk mengetahui kesamaan rata-rata, dapat digunakan rumus uji-t jika sampel berdistribusi normal, tetapi pengujian dilakukan menggunakan uji Mann Whitney U jika sampel berdistribusi tidak normal.
a. Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis Menggunakan Uji-t)
Analisis data setelah eksperimen yaitu untuk menguji prestasi belajar matematika materi bangun datar dari kedua kelompok setelah masing-masing memperoleh perlakuan. Persyaratan yang harus dipenuhi pada analisis data ini menggunakan uji-t yang menunjukan adanya perbedaan prestasi antara kedua kelompok yang akan diperbandingkan.
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah :
(59)
Keterangan :
Mx: Nilai rata - rata kelompok eksperimen My: Nilai rata - rata kelompok kontrol Nx: Jumlah subyek kelompok eksperimen Ny: Jumlah subyek kelompok kontrol X : Jumlah nilai kelompok eksperimen Y : Jumlah nilai kelompok kontrol
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji pihak kanan. Dalam uji pihak ini berlaku ketentuan bahwa, bula harga thitung lebih
(60)
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
R1 = jumlah rangking pada sampel n1
R1 = jumlah rangking pada sampel n2
Dalam membuat keputusan statistik, kriterianya adalah tolak Ho jika test statistik U
(61)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
a. Data Pra-eksperimen
Data pra-eksperimen digunakan untuk menganalisis data sebelum pelaksanaan penelitian. Ada dua jenis data yang dikumpulkan sebelum pelaksanaan eksperimen, yaitu data hasil prestasi belajar yang diperoleh dari nilai UTS (Ujian Tengah Semester) dan data aktivitas awal siswa. 1) Data Nilai UTS
Data ini diperoleh dari nilai UTS mata pelajaran matematika siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Selanjutnya data ini di analisis dengan tujuan untuk mengetahui kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata (uji-t).
Berikut merupakan data nilai UTS siswa kelas 3 dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
(62)
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai UTS Kelompok Eksperimen
No kelas Kelas Interval Frekuensi
(63)
Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Nilai UTS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data nlai UTS kelompok eksperimen dan kontrol tercantum pada tabel 4.2. Berdasarkan tabel, dapat dinyatakan bahwa skor tertinggi kelompok eksperimen=100, skor terendah=59. Rata-rata nilai di kelompok eksperimen ( )=84,14 dan varian (S²)=10. Data nilai UTS di kelompok kontrol diantaranya adalah skor tertinggi=98, skor terendah=45, rata-rata ( )=79,34 dan varian (S²)=11,75.
2) Data Hasil Aktivitas Awal Siswa
Data hasil aktivitas awal siswa diperoleh dengan cara mengamati pembelajaran sebelum perlakuan. Berikut merupakan data hasil aktivitas awal siswa.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Eksperimen Kontrol
(64)
Tabel 4.4
Data Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Pra-Eksperimen
No Indikator Presentase
1. Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. 49,11 2. Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil
kerjanya.
42,86 3. Ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
75,89 4. Kerjasama siswa pada saat kerja kelompok 51,79
Jumlah aktivitas siswa 219,65
Rata-rata aktivitas siswa kelompok eksperimen sebelum perlakuan
54,91
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh data keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran matematika sebelum menggunakan media pembelajaran flash macromedia. Data keaktifan dinyatakan dalam presentase yang meliputi keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru sebesar 49,11%, keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya sebesar 42,86%, ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru sebesar 75,89%, dan kerjasama siswa pada saat kerja kelompok sebesar 51,799%. Dengan demikian, rata-rata keaktifan siswa sebelum perlakuan mencapai 54,91%.
b. Data Post-test
Data dari penelitian ini berupa data hasil uji kompetensi siswa kelas 3 di MI IT Luqman Al-Hakim Slawi pada materi luas bangun datar dan data hasil observasi mengenai aktivitas siswa. Data hasil uji kompetensi akan digunakan untuk mengolah data secara kuantitatif untuk pengujian
(65)
hipotesis mengenai prestasi siswa, sedangkan data hasil observasi akan digunakan untuk pengujian hipotesis mengenai aktivitas siswa.
Data diperoleh setelah kelompok eksperimen dan kontrol mendapatkan perlakuan. Berikut merupakan data postest siswa kelas 3 pada kelompok eksperimen dan kontrol.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Data Postes Kelompok Eksperimen
No kelas Kelas Interval Frekuensi
(66)
Tabel 4.5 dan 4.6 merupakan tabel daftar nilai hasil postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan daftar nilai yang diperoleh, kemudian nilai yang terdaftar disajikan dalam bentuk data berdasarkan pada distribusi frekuensi setiap kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol seperti pada tabel 4.7 dan grafik rata-rata seperti pada gambar 4.2.
Tabel 4.7 Data Hasil Postes Kelas Skor
tertinggi
Skor terendah
Rata-rata Varians (S²) Eksperimen 100 33 78,11 17,78
Kontrol 93 20 59,83 18,58
Gambar 4.2 Gambar Grafik Rata-rata Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Eksperimen Kontrol Rata-rata
(67)
Data nilai posttest kelompok eksperimen dan kontrol tercantum pada tabel 4.7. Berdasarkan tabel, dapat disebutkan bahwa skor tertinggi kelompok eksperimen = 100, skor terendah = 33. Rata-rata nilai di kolompok eksperimen ( ) = 79,11 dan varian (S²) = 17,78. Data nilai UTS di kelompok kontrol diantaranya adalah skor tertinggi = 93 dan skor terendah=20. Rata-rata ( ) = 59,83 dan varian (S²) = 18,58.
c. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Selain meneliti tentang prestasi belajar, penelitian ini juga meneliti tentang aktivitas siswa selama pembelajaran sebelum dan sesudah perlakuan dalam penelitian. Aktivitas yang diamati meliputi keaktifan siswa dalam menanggapi demonstrasi, keaktifan siswa dalam bertanya, keberanian siswa mepresentasikan hasil kerjanya, keberanian siswa dalam memberikan tanggapan atau pendapat, ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas, dan kerjasama siswa dalam kelompok
(68)
Tabel 4.8
Data Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Setelah Perlakuan
No Indikator Persentase Pertemuan ke
1 2 3 4
1. Keaktifan siswa dalam menanggapi demonstrasi
70,54 84,62 75 85,19 2. Keberanian siswa dalam
bertanya kepada guru.
54,46 69,23 75 82,41 3. Keberanian siswa dalam
memperesentasikan hasil kerjanya.
68,75 75,96 72,22 78,70
4. Ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
89,29 83,65 81,84 100
5. Kerjasama siswa dalam bekerja kelompok.
60,71 77,89 75 96,30 Jumlah aktivitas siswa 343,75 391,35 379,06 442,6 Rata-rata aktivitas siswa 68,75 78,27 75,74 88,52 Rata-rata aktivitas siswa
kelompok eksperimen setelah perlakuan
77,82
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh data keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran matematika setelah diberikan pembelajaran menggunakan media pembelajaran flash macromedia. Data keaktifan siswa diperoleh dari aktivitas belajar sebanyak empat kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, rata-rata aktivitas siswa mencapai 68,75%, pertemuan kedua mencapai 78,27%, pertemuan ketiga mencapai 75,74%, dan pertemuan keempat mencapai 88,52. Rata-rata aktivitas siswa secara keseluruhan sebesar 77,82%.
(69)
2. Analisis Data Hasil Penelitian
1. Data Pra-eksperimen
Ada beberapa analisis untuk data pra-eksperimen, diantaranya analisis uji normalitas, analisis uji homogenitas, dan analisis uji kesamaan rata-rata. Berikut merupakan hasil analisis data pra-eksperimen.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas pada sampel digunakan untuk mengatahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data perlu diketahui karena menjadi syarat untuk menggunakan hipotesis statistik parametrik atau statistik non parametrik. Berikut merupakan hasil analisis uji normalitas data pra-eksperimen.
a) Hipotesis
Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ha = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b) Taraf signifikansi
(70)
d) Kriteria Keputusan
Dalam membuat keputusan statistik, kriterianya adalah: Ho tidak ditolak jika Significance Kolmogorof-Smirnov <
(71)
1) Hipotesis
Ho = σ = σ Ha = σ
(72)
Tabel 4.10
Tabel Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Pra-eksperimen
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
F Sig.
Nilai Equal variances assumed
.007 .936
Equal variances not assumed
6) Kesimpulan dan Penafsiran
Berdasarkan perhitungan ternyata Significance Levene's Test for Equality of Variances = 0.936 >
(73)
2) Taraf signifikansi
(74)
6) Kesimpulan dan Penafsiran
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.9, diperoleh bahwa nilai signifikansi uji-t = 0,113 yang > nilai
(75)
metode Liliefors atau Kolmogorof-Smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS 17.0.
4) Kriteria Keputusan
Dalam membuat keputusan statistik, kriterianya adalah:
(76)
normal. Dengan demikian, perhitungan selanjutnya menggunakan statistik non parametrik.
2) Hasil Analisis Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan. Ada dua data yang dianalisis untuk menguhi hipotesis yang diajukan, yaitu data mengenai prestasi belajar siswa dan aktivitas belajar siswa. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis mengenai prestasi belajar siswa yaitu menggunakan uji Mann Whitney U. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0. Sedangkan uji hipotesis mengenai aktivitas siswa dilakukan dengan cara membandingkan aktivitas yang dilakukan siswa sebelum dan sesudah perlakuan dalam penelitian. Berikut merupakan hasil analisis uji hipotesis:
a) Hasil Uji Hipotesis Prestasi Belajar
1) Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah: Ho = μ = μ
(77)
3) Statistik Uji
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis mengenai prestasi belajar siswa yaitu menggunakan uji Mann Whitney U. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0.
4) Kriteria Keputusan
Dalam membuat keputusan statistik, kriterianya adalah:
(78)
dengan menggunakan media pembelajaran flash macromedia pada materi luas bangunn datar dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
b) Hasil Uji Hipotesis Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan presentase terhadap hasil pengamatan aktivitas belajar siswa sebelum perlakuan sebesar 54,91% dan setelah perlakuan dalam penelitian presentase terhadap hasil pengamatan aktivitas belajar siswa berubah menjadi 77,82%. Hal itu berarti bahwa aktivitas belajar siswa yang setelah menggunakan media pembelajaran flash macromedia lebih baik dari aktivitas belajar siswa sebelum menggunakan media pembelajaran flash macromedia
atau pada saat pembelajaran dengan metode konvensional.
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya kecenderungan yang lebih baik dari aktivitas dan prestasi belajar siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pada pembelajaran matematika kelas tiga materi luas bangun datar di MIIT Luqman Al-Hakim Slawi. Dalam pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan dari treatment (perlakuan) yang diberikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terletak pada diberikannya media pembelajaran
(79)
dalam pembelajaran materi luas bangun datar. Adapun hal-hal yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa.
Dalam menguji prestasi belajar siswa, bentuk instrumen yang digunakan berupa soal tes prestasi belajar. Sebelum penggunaan, instrumen ini terlebih dahulu soal diuji dengan analisis butir soal. Beberapa uji statistik yang digunakan yaitu uji validitas, reliabilitas, daya beda butir soal, dan tingkat kesukaran soal. Soal yang memenuhi kriteria tersebut, dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Setelah pengujian analisis butir soal, diperoleh 15 soal memenuhi kriteria sebagai instrumen yang valid dan reliabel. Maka instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data prestasi belajar siswa adalah menggunakan soal dengan jumlah butir soal sebanyak 15 butir soal.
Hipotesis yang digunakan yaitu hipotesis uji satu pihak (kanan). Pada pelaksanaan uji hipotesis mengenai prestasi belajar siswa, proses analisis statistik yang digunakan adalah menggunakan analisis uji hipotesis dua pihak. Hal ini dilakukan karena melihat keadaan sampel yang tidak berdistribusi normal dan besarnya jumlah sampel yang mengakibatkan hasil dari perhitungan menunjukan angka positif dan negatif. Sampel yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal menyebabkan perhitungan statistik yang dipilih menggunakan statistik non parametrik. Uji statistik yang digunakan yaitu menggunakan uji Mann Whitney U. Ketentuan dalam uji Mann Whitney U adalah jika sampel berjumlah lebih dari 20, maka perhitungan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kenormalan. Kasus ini menyebabkan hitungan statistik yang digunakan diawali dengan uji hiptesis dua pihak yaitu mencari nilai Z.
(80)
Uji dua pihak dari data prestasi belajar siswa dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan prestasi belajar antara kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). Selanjutnya dilakukan perbandingan kedua rata-rata prestasi belajar, yaitu antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbandingan nilai rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang lebih tinggi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan uji dua pihak antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol menggunakan aplikasi SPSS 17.0 diperoleh nilai Z = -3,48. Nilai alpa yang digunakan adalah 0.05, maka nilai -Ztabel = 1,96. Dengan kata lain
-3,48 < -1,96. Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak yang artinya bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa antara pembelajaran yang menggunakan flash macromedia dengan prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selanjutnya jika diamati dari rerata hasil belajar siswa, maka diperoleh rerata prestasi belajar kelompok eksperimen sebesar 78,11 dan rerata hasil belajar kelompok kontrol sebesar 58,93. Hal ini menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar yang diperoleh dari kelompok eksperimen ada kecenderungan lebih tinggi dari pada rerata prestasi belajar kelompok kontrol.
Selain hasil belajar, penelitian ini juga mengamati tentang aktivitas belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa yaitu menggunakan lembar observasi dengan aspek pengamatan yang mengacu pada indikator keaktifan belajar. Adapun indikator keaktifan belajar yang digunakan meliputi keaktifan siswa dalam menanggapi demonstrasi, keaktifan siswa dalam bertanya, ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas, keaktifan siswa dalam
(1)
GLOSARIUM
Cronbach’s alpha : Merupakan koefisien reliabilitas. Hal ini biasanya digunakan sebagai ukuran dari konsistensi internal
atau keandalan dari skor tes psikometri untuk
sampel ujian.
Deduktif Aksiomatik : Sistem penerapan dalam matematika dari berbagai metode logika atas sekelompok unsur, relasi, dan
operasi. Dalam proses penalaran matematika, suatu
rumus (teorema) matematika terdiri dari beberapa
hipotesis dan kesimpulan.
Kolmogorof-Smirnov : Salah satu metode nonparametrik yang paling berguna dan umum untuk membandingkan dua
sampel, karena sensitif terhadap perbedaan di
kedua lokasi dan bentuk fungsi distribusi empiris
kumulatif dari dua sampel.
Kunstruktivisme sosial : Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
Penalaran deduktif : Metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
(2)
Reliabilitas : Konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur.
Resitasi konten : Pemaparan berupa penjelasan yang difokuskan hanya terhadap muatan/isi tanpa melakukan
aktivitas penelusuran pemahaman dengan cara lain.
Tes Internal : Ukuran berdasarkan korelasi antara item yang berbeda pada tes yang sama (atau subskala yang
sama pada uji yang lebih besar). Ini mengukur
apakah beberapa item yang mengusulkan untuk
mengukur umum yang sama membangun
menghasilkan skor serupa.
Uji Bartlett : Uji statistik yang digunakan untuk memeriksa apakah data percobaan memenuhi asumsi
kehomogenan ragam. Uji ini wajib anda lakukan
sebelum menganalisis ragam data.
Uji Liliefors : Uji statistik yang digunakan untuk menguji apakah sample berasal dari populasi yang brdistribusi
normal.
Uji Mann Whitney U : Alternatif bagi uji-t. Uji Mann Whitney/Wilcoxon merupakan uji non-parametrik yang digunakan
untuk membandingkan dua mean populasi yang
(3)
Mann-Whitney juga digunakan untuk menguji apakah dua
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abied. 2011. Teori Belajar Matematika untuk Mengajar Matematika di SD. http://www.masbied.com/2011/02/09/teori-belajar-matematika-untuk-mengajar-matematika-di-sd/. Diunduh 02/03/2011
Wijaya, Adi dan Sri Purnama Surya. 2009. Pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran matematika di SMP (Modul Matematika SMP Program
Bermutu). Yogjakarta: PPPPTK Matematika.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Cahya P, Antonius. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara
Benar dan Menarik. Jakarta: Depdiknas Dirjen Perguruan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.
Porter, Bobbi D. dkk. 2010. Quantum Teaching (memprktikkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang Kelas). Bandung: Kaifa.
Djamarah, Syaiful B dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fajariyah, Nur dan Defi TR. 2008. Cerdas Berhitung Matematika Untuk SD/MI.
Jakarta: CV Grahandi.
Hidayatullah, Priyanto. 2011. Animasi Pendidikan Menggunakan Flash. Bandung: Informatika.
Karim, Muchtar A. dkk. 1997. Pendidikan Matematika 1. Depdikbud.
Kartadinata, Sunaryo dan Nyoman, Dantes. 1997. Landasan-landasan Pendidikan
Sekolah Dasar. Depdikbud.
Kristiyanto, AL. 2007. Pembelajaran Matematika Berdasarkan Teori Dienes. http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori_04.html. Diunduh 02/03/2011.
Laodesyamri. 2010. Kajian Teori Pembelajaran Matematika di SD. http://id. shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2063167-kajian-teori-pembelajaran-matematika-di/. Diunduh 24/03/2011.
(5)
Pujiati dan Sigit TG. 2009. Pembelajaran Pengukuran Luas Bangun Datar Dan Volum Bangun Ruang di SD (Modul Matematika SD Program Bermutu).
Yogjakarta: PPPPTK Matematika.
Rahman, Abdur. 2007. Pengembangan Media Pembelajaran Aksara Jawa dengan
Macromedia Flash MX. Semarang: UNNES.
Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Romberg. 2010. Hakekat Matematika. http://techonly13.wordpress.com/2010/04/ 28/hakekat-matematika/. Diakses 18/05/2011.
Sadirman, Arief S. dkk. 2010. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya). Jakarta: Rajawali Press.
Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif). Bandung: Nusamedia
Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKK UNNES. Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana. 1992. Metoda Statistika Edisi ke-5. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sukayati dan Agus Suharjana. 2009. Pemanfaatan Alat Peraga Matematika dalam Pembelajaran di SD (Modul Matematika SD Program Bermutu).
Yogjakarta: PPPPTK Matematika.
Sunarto. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak dikritik Namun Paling
disukai. http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-kon
vensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. Diunduh 24/03/2011.
Sunarto. 2011. Pengertian Prestasi Belajar. http://sunartombs.wordpress.com/ 2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/. Diunduh 08/03/2011
Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual
(6)
Sutrisman dan G. Tambunan. 2010. Hakekat Matematika. http://techonly13.wordpress.com/2010/04/28/hakekat-matematika/).
Diunduh 18/05/2011.
Turmudi dan Aljupri. 2009. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI.
Warpala. Wayan S. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensional. http://edukasi. kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional/. Diunduh 24/03/2011.
Yuli. 2010. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar. http://forum.um.ac.id/index.php? topic=10034.0. Diunduh: 18/05/2011.