Kualitas Air Tanah secara Fisik

51 4. Zat padatan terlarut TDS Zat padat adalah material yersuspensi atau terlarut dalam air yang dapat mempengaruhi kualitas air Djuhariningrum, 2005. Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 5 6,9 sampel yang tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter zat padatan terlarut TDS dari 72 sampel yang ada. Artinya, kualitas air tanah pada parameter zat padatan terlarut dapat dikatakan baik karena 90 sampel air tidak mengandung zat-zat padatan terlarut. Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas sari millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya Soemirat, 2009. Air dengan jumlah zat padat terlarut tinggi 1500 mgL mempunyai rasa yang tidak enak, sehingga tidak layak untuk dkonsumsi sebagai air minum Djuhariningrum, 2005. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. TDS akam mempengaruhi daya hantar listrik. Semakin banyak ion bermuatan listrik maka akan mempengaruhi dan mempermudah daya hantar listrik dan selain itu TDS menyebabkan kekeruhan turbidity serta mempengaruhi salinitas karena senyawa terlarut menyebabkan air menjadi asin djuhariningrum, 2005. 52 Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion- ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh di Kelurahan Sumur batu sendiri, air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian. Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk membuat saluran tersendiri untuk penampungan air buangan rumah tangga sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan penyaringan dan pengendapan terhadap air tanah yang akan digunakan sehingga aman untuk dikonsumsi. 5. Kekeruhan Air yang aman untuk dikonsumsi sebaikanya berwarna bening atau tidak keruh. Dari hasil uji statistik, diketahui sebanyak 4 5,6 sampel yang tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter kekeruhan dari 72 sampel. Artinya, pada pemeriksaan parameter kekeruhan dikatakan baik karena 90 sampel air yang diperiksa hasilnya jernih atau tidak keruh. Kekeruhan air biasanya disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi baik bersifat organik maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri yang berdampak terhadap kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan 53 bakteri, sehingga mendukung pembiakannya dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air Soemirat, 2009. Kekeruhan yang terkandung pada air tanah masyarakat Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi mengandung zat padat tersuspensi yang bersifat anorganik karena berasal dari logam dan buangan industri mengingat lokasi lingkungan yang berdekatan dengan TPA sampah. Air yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak tehadap kesehatan Soemirat, 2009. Disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk dapat melakukan pengolahan pada air tanah seperti melakukan penyaringan atau pengendapan terhadap air tanah sebelum dikonsumsi.

C. Kualitas Air Tanah secara Kimia

Kualitas kimia air tanah terdiri dari parameter pH, besi, nitrat dan klorida.. Gambaran parameter air tanah secara kimia di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Bekasi menunjukkan hasil sebagai berikut : 1. pH pH merupakan intensitas keadaan asam atau basa pada air. pH dikatakan normal berkisar antara 6,5-9,0 Permenkes RI no 416 tahun 1990. Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 17 23,6 sampel dari 72 sampel tidak memenuhi syarat kualitas kimia air tanah pada 54 pemeriksaan parameter pH. Artinya, lebih dari 75 sampel masih memiliki pH yang normal sehingga aman untuk dikonsumsi. Air merupakan pelarut yang baik dan sebiknya netral, tidak asambasa untuk pencegahan terjadinya pelarutan logam berat dan korosi Soemirat, 2009. Secara umum air tanah mempunyai pH berkisar dari 6 sampai 8,5. Sedangkan air yang tercemar oleh limbah tambang, industri, dan pengaruh lingkungan alamnya dapat menyebabkan air bertambah asam dengan pH lebih kecil dari 5. Hal ini dapat terjadi karena adanya konsentrasi ion hidrogen yang tinggi antara lain berasal dari oksidasi mineral sulfida, gas vulkanik yang mengandung hidrogen sulfida, gas karbon dioksida, dan amoniak Sudadi, 2003. Tinggi rendahnya pH pada air tidak berpengaruh pada kesehatan akan tetapi untuk air dengan pH lebih kecil dari 6,5 akan menyebabkan korosi pada metal pipa air yang melarutkan unsur-unsur timbal, tembaga kadmium dan sebaliknya jika pH lebih dari 8,5 dapat membentuk endapan kerak pada pipa air yang kemudian dapat bersifat racun Sudadi 2003. Oleh karena itu disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk dapat rutin melakukan pengecekan secara rutin terhadapt saluran-saluran pipa air terutama pipa saluran air minum. Jika saluran pipa sudah mengalami kerusakan atau korosi perlu dilakukan pergantian pipa yang baru sehingga air tanah aman untuk dikonsumsi kembali 55 2. Besi Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir di setiap tempat di bumi pada semua lapisan-lapisan geologis, namun besi juga merupakan salah satu logam berat yang berbahaya apabila kadarnya melebihi ambang batas Soemirat, 2009. Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 3 4,2 sampel dari 72 sampel tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas kimia air tanah pada pemeriksaan parameter besi. Artinya, 95 air tanah masyarakat Kelurahan Sumur Batu aman dari kandungan besi. Besi dapat larut pada pH rendah. Kadar besi dalam air tidak boleh melebihi 1,0 mgL, karena dapat menimbulkan rasa, bau, dapat menyebabkan air yang berwarna kekuningan, menimbulkan noda pakaian, menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru Fakhreni, 2011. Air minum yang mengandung besi akan cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi dan dalam jumlah besar dapat merusak dinding usus Soemirat 2009. Kandungan besi pada air juga dapat menyebabkan korosi pada saluran pipa air sehingga disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk melakukan pengecekan secara rutin terhadap kondisi saluran pipa air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, selain itu 56 perlu dilakukan pengolahan khusus terhadap air minum yang akan dikonsumsi yang berasal dari air tanah. 3. Nitrat Dari hasil uji statistik, diketahui sebanyak 23 31,9 sampel tidak memenuhi kualtias kimia air tanah pada pemeriksaan parameter nitrat. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrat pada air tanah masyarakat Kelurahan Sumur Batu cukup tinggi. Nitrat tidak mudah masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Batas kadar baku mutu nitrat menurut Permenkes RI no 416 tahun 1990 adalah 10 mgL. Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan methamoglobinemia, yaitu kondisi dimana hemoglobin di dalam darah berubah menjadi methamoglobin sehingga darah menjadi kekurangan oksigen dan dikenal dengan penyakit “babie blues” pada bayi. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi Soemirat, 2009. Selain itu, ketika senyawa nitrat berikatan dengan perak argentum sebagai senyawa debu maka dapat menimbulkan iritasi kulit dan menghitamkan kulit argyria karena ketika kedua senyawa ini saling berikatan, argentum akan menjadi sangat korosif. Sehingga argyria dapat

Dokumen yang terkait

Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

8 87 99

Studi Tentang Kepedulian Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi

8 61 115

Kajian Teknik Hidroisotop untuk Mempelajari Dinamika Aliran Air Tanah Dangkal Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang - Bekasi

3 74 314

Pengaruh tempat pembuangan akhir sampah terhadap lingkungan perairan di sekitarnya: studi kasus TPA Bantar Gebang Bekasi

0 9 567

Analisis kualitas air sumur sekitar wilayah tempat pembuangan akhir sampah (studi kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor)

5 26 76

Kajian Teknik Hidroisotop untuk Mempelajari Dinamika Aliran Air Tanah Dangkal Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang Bekasi

0 4 152

Pengaruh tempat pembuangan akhir sampah terhadap lingkungan perairan di sekitarnya studi kasus TPA Bantar Gebang Bekasi

0 5 292

Pengembangan Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Kasus Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi)

0 4 125

UJI KUALITAS BIOLOGIS AIR SUMUR DI SEKITAR TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR SAMPAH (TPA) UJI KUALITAS BIOLOGIS AIR SUMUR DI SEKITAR TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR SAMPAH (TPA) MOJOSONGO SURAKARTA.

0 1 14

REHABILITASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL DI TPA SUMUR BATU, KELURAHAN SUMUR BATU, KECAMATAN BANTAR GEBANG, KOTA BEKASI, JAWA BARAT - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

1 1 8