Hukum Fiqh Kartu Kredit SyariahSyariah Card

6. Mekanisme Umum Kartu Kredit Syariah

Gambar 2.1 Mekanisme Berfungslnya Kartu Kredit Syariah Sumber : Kasmir, 2001:305, dengan sedikit modifikasi 1 Nasabah customer mengajukan permohonan sebagai pemegang kartu card holder dengan Memenuhi segala persyaratan dan peraturan yang telah dibuat oleh bank syariah credit center. Pada tahap ini terjadi waad janji dari bank syariah kepada nasabah untuk memberikan pembiayaan, sehingga akad yang dilakukan adalah jual beli. 2 Bank atau lembaga pembiayaan akan menerbitkan kartu apabila clisetujui setelah melalui penelitian terhadap kredibilitas dan capabilitas calon nasabah, terjadilah akad jual beli. 3 Dengan kartu kredit yang telah dipegangnya, nasabah dapat melakukan transaksi pembelanjaan barang atau jasa di tempat-tempat yang telah mengikat perjanjian dengan bank dengan menunjukkan Islamic card tersebut sebagai bukti transaksi. Pada tahap ini nasabah bertindak sebagai wakalah dari bank untuk menggunakan Islamic card dalam transaksi pembelian barang. 4 Bank kemudian menjual kembali barang yang dibeli kepada nasabah pemegang. Dari penjualan cicilan inilah bank syariah mendapatkan ribhi atau sejumlah margin. 5 Pihak pedagang merchant akan menagih ke bank atau lembaga pembiayaan berdasarkan bukti transaksi dengan nasabah pemegang kartu. 6 Bank atau lembaga pembiayaan akan membayar kembali kepada pedagang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati termasuk fee dan biaya-biaya lainnya. 7 Bank atau lembaga pembiayaan akan menagih kepada pemegang kartu bersarkan bukti pembelian sampai pada batas tertentu sebagaimana kesepakatan dalam perjanjian. 8 Pemegang kartu akan membayar sejumlah nominal yang tertera dimana di dalamnya sudah termasuh ribhi, sampai pada batas waktu yang telah ditentukan dan apabila terjadi keterlambatan, maka pemegang kartu akan dikenakan denda sejumlah tertentu sesuai kesepakatan dalam akad. Demikian pula jika yang terjadi adalah pembelian jasa, maka prosesnya adalah sama, hanya saja margin yang diperoleh dinamakan ujrah. Permasalahan yang mungkin muncul, sebagaimana dalam bentuk skim murabahah dalam mekanisme perbankan syariah adalah seberapa besar margin ditetapkan oleh bank. Indikasi adanya kecenderungan bank syariah untuk mengambil margin dengan benchmark tingkat bunga rata- rata kredit konsumsi bank konvensional masih banyak dilakukan oleh bank syariah pada umumnya. Untuk mengatasi masalah margin, maka mekanisme yang dipilih dapat dilakukan melalui skim bai bitsaman ajil. Skim ini memiliki mekanisme hampir sama, perbedaannyaadalah dalam pembayaran nasabah pemegang kartu kepada penyedia kartu bank syariah dengan melalui cicilan, sehingga ribhi yang diambil oleh penyedia kartu adalah atas biaya tangguh akibat cicilan. Meski dengan prinsip bat bitsaman pertanyaan tentang wakalah masih belum terjawab dan masih diperdebatkan dikalangan ulama dan dewan syariah di Indonesia.

7. Ketentuan Umum Menurut Fatwa DSN MUI NO: 54DSN-

MUIX2006 Mengenai kartu kredit syariah, Dewan Syariah Nasional telah menetapkan fatwa tentang bagaimana produk kartu kredit syariah dijalankan NO: 54DSN-MUIX2006 dengan ketentuan sebagai berikut : a Ketentuan Umum Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan: 1 Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti Kartu Kredit yang hubungan hukum berdasarkan sistem yang sudah ada antara para pihak berdasarkan prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam fatwa ini. 2 Para pihak sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah pihak penerbit kartu mushdir al-bithaqah, pemegang kartu hamil al- bithaqah dan penerima kartu merchant, tajir atau qabil al- bithaqah. 3 Membership Fee rusum al-udhwiyah adalah iuran keanggotaan, termasuk perpanjangan masa keanggotaan dari pemegang kartu, sebagai imbalan izin menggunakan kartu yang pembayarannya berdasarkan kesepakatan. 4 Merchant Fee adalah fee yang diberikan oleh merchant kepada penerbit kartu sehubungan dengan transaksi yang menggunakan kartu sebagai upahimbalan ujrah atas jasa perantara samsarah, pemasaran taswiq dan penagihan tahsil al-dayn; 5 Fee Penarikan Uang Tunai adalah fee atas penggunaan fasilitas untuk penarikan uang tunai rusum sahb al-nuqud. 6 Tawidh adalah ganti rugi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. 7 Denda keterlambatan late charge adalah denda akibat keterlambatan pembayaran kewajiban yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial.

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Bank Konvensional Dan Bank Syariah Di Indonesia

3 64 164

Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional (PT. Bank Cimb Niaga) Dan Sistem Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah (PT. Bank Cimb Niaga Syariah) Di Medan

47 391 89

Perbandingan Pendapatan Kartu Kredit dengan Kartu Kredit Syariah (Studi Kasus Pada Bank Danamon Cabang Syariah Jakarta

0 6 103

PENDAHULUAN Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah Di Indonesia Dengan Menggunakan Data Evelopment Analysis (DEA) (Studi pada Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, Bank BCA Syariah, Bank Bukopin Syariah

1 8 10

ALASAN MASYARAKAT DALAM MEMILIH PRODUK BANK SYARIAH (STUDI KASUS BANK BNI SYARIAH CABANG DARMO KOTA SURABAYA).

0 5 82

Perbandingan Studi Kelayakan Kredit Pada Bank Konvensional Dengan Pembiayaan Pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT.BNI Dan PT.BNI Syariah cabang Medan)

0 1 194

2. Pengertian Kartu Kredit Syariah (Syariah Card) - ANALISIS PENGGUNAAN HASANAH CARD DALAM PERSPEKTIF MAQASHID SYARIAH (STUDI KASUS PADA BANK BNI SYARIAH CABANG KUDUS) - STAIN Kudus Repository

0 0 19

STUDI KOMPARASI LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH (STUDI KASUS PADA BNI SYARIAH DAN BRI SYARIAH) - STAIN Kudus Repository

0 0 7

STUDI KOMPARASI LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH (STUDI KASUS PADA BNI SYARIAH DAN BRI SYARIAH) - STAIN Kudus Repository

0 0 35

STUDI KOMPARASI LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH (STUDI KASUS PADA BNI SYARIAH DAN BRI SYARIAH) - STAIN Kudus Repository

0 0 15