Pengaruh Pola Hidup Terhadap Penyakit Stroke Pada Pasien Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009

(1)

PENGARUH POLA HIDUP TERHADAP PENYAKIT STROKE

PADA PASIEN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT UMUM DR.ZAINOEL ABIDIN

BANDA ACEH TAHUN 2009

T E S I S

Oleh

ADE FIRZA SURYATI

077013001/IKM

ROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

PENGARUH POLA HIDUP TERHADAP PENYAKIT STROKE

PADA PASIEN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM

DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2009

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADE FIRZA SURYATI 077013001/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH POLA HIDUP TERHADAP PENYAKIT STROKE PADA PASIEN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Ade Firza Suryati Nomor Induk Mahasiswa : 077013001

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. dr. Sutomo Kasiman Sp. PD, Sp. JP) (Dr. Fikarwin Zuska) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 01 September 2009

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman Sp. PD,Sp. JP Anggota : 1. Dr. Fikarwin Zuska

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis M. Kes 3. dr. Fauzi SKM


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH POLA HIDUP TERHADAP PENYAKIT STROKE PADA PASIEN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM

DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2009


(6)

ABSTRAK

Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan karena selain dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat juga dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup. Stroke dapat disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, penyakit stroke menempati urutan keenam dari 10 besar penyakit rawat inap terbanyak tahun 2007 yaitu sebanyak 304 kasus.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain cross sectional study. Populasi adalah pasien stroke yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh pada bulan Juni dan Juli tahun 2009 yang berjumlah 57 orang dan sampel adalah total populasi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pola makan (p=0,010), olahraga (p=0,035) dan merokok (p=0,049) terhadap penyakit stroke. Dari ketiga faktor tersebut yang paling dominan berpengaruh terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA tahun 2009 adalah pola makan.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh agar dapat meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat Banda Aceh dalam memasyarakatkan pola hidup sehat.


(7)

ABSTRACT

Stroke until nowstill become a health problem because instead cause of death in a short time, can cause a permanent physical defect/handicap. Stroke can cause a community’s unhealthy pattern/style of life. In the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital, stroke was the sixth of the ten biggest most hospitalized diseases in 2007, comprising 304 cases.

The purpose of this analytical study by cross-sectional approach is to analyze the influence of the patterns of life (such as the patterns of eating, exercise, and smoking) on stroke patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital. The population of this study were 57 stroke patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital from June to July 2009 and all of the patients were selected to be the samples in this study. The data obtained were statistically analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression test.

The result of this study showed that there was a significant influence between the patterns of eating (p=0,010), exercise (p=0,035) and smoking (p=0,049) and the stroke disease. The most dominant factor of the three factors having influence on the stroke suffered by the patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Hospital Banda Aceh in 2009 was the pattern of eating

It is suggested that Banda Aceh District Health Office to increase health promotion to the people of Banda Aceh in an attemp to socialize the pattern of healthy life.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang berjudul ”Pengaruh Pola Hidup terhadap Penyakit Stroke pada Pasien yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009”.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. dr. Chairudin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K).

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terima kasih juga penulis haturkan kepada Prof. dr. Sutomo Kasiman Sp. PD, Sp. JP selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan masukan, dan pemikiran dengan penuh kesabaran ditengah-tengah kesibukannya, Dr. Fikarwin Zuska sebagai anggota Komisi Pembimbing yang dengan tulus ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini, dr. Taufik Mahdi, SpOG


(9)

selaku Direktur Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh beserta staf yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih yang tak terhingga juga kepada suami tercinta H. M. Syahriadi serta ananda tercinta Aisyah Humaira dan Fatimah Az-zahra yang senantiasa memberikan dorongan, semangat, dan mendoakan penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesai pendidikan. Terima kasih juga kepada ayahanda tercinta H. M. Rusli dan ibunda tercinta Alm. Hj. Rostina yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan serta perhatian kepada penulis.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para keluarga pasien yang menjadi subjek penelitian yang bersedia meluangkan waktu untuk wawancara, serta teman-teman mahasiswa/mahasiswi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 yang telah banyak membantu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna perbaikan serta penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak. Semoga tesis ini bermanfaaat bagi kita semua dan mendapatkan berkah serta rahmat Allah S.W.T. Amin ya Rabbal’alamin.

Medan, Juli 2009 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan tanggal 13 Februari 1966, beragama Islam, anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda H. M. Rusli dan Ibunda Alm. Hj. Rostina. Menikah dengan H. M. Syahriadi dan dikaruniai 2 orang putri, Aisyah Humaira dan Fatimah Az-zahra, sekarang menetap di Jl. T. Chik Dipineung IX No.5 Kampung Pineung Banda Aceh.

Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Hang Kesturi Medan lulus tahun 1979, melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Hang Kesturi Medan lulus tahun 1982, meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Medan lulus tahun 1985, melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan lulus tahun 1992, selanjutnya meneruskan pendidikan S-2 di Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2007.

Riwayat pekerjaan, pertama kali ditempatkan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin dari tahun 1993 sampai tahun 1996 sebagai dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap). Tahun 1996 sampai sekarang sebagai dokter PNS di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin. Tahun 2007 sampai sekarang menjalani tugas belajar di Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Hipotesis ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...

12

2.1. Stroke ... 12

2.1.1. Definisi ... 12

2.1.2. Epidemiologi ... 12

2.1.3. Klasifikasi Stroke ... 14

2.1.4. Patofisiologi Stroke... 16

2.1.5. Gejala Klinis ... 17

2.1.6. Diagnosis Stroke ... 19

2.1.7. Penatalaksanaan ... 20

2.1.8. Faktor Risiko... 22

2.2. Pola Hidup ... 28

2.3. Landasan Teori... 36

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 38

BAB III : METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian... 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1. Lokasi... 39

3.2.2. Waktu ... 39

3.3 Populasi dan Sampel ... 40

3.3.1 Populasi ... 40


(12)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.6.1. Variabel Bebas (Independen)... 43

3.6.2. Variabel Terikat (Dependen)... 45

3.7. Metode Analisis Data... 46

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 48

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

4.2 Karakteristik Responden. ... 49

4.3 Analisis Univariat ... 51

4.3.1...Pola Makan Responden... 51

4.3.2...Olah Raga ... 51

4.3.3...Merokok ... 52

4.4 Analisis Bivariat... 52

4.4.1...Pengaruh Pola Makan terhadap Stroke ... 53

4.4.2...Pengaruh Olah Raga terhadap Stroke... 54

4.4.3...Pengaruh Merokok terhadap Stroke... 55

4.5Analisis Multivariat... 56

BAB V : PEMBAHASAN ... 58

5.1 Penyakit Stroke ... 58

5.2 Pengaruh pola makan terhadap terjadinya stroke... 59

5.3 Pengaruh olahraga terhadap terjadinya stroke ... 63

5.4 Pengaruh merokok terhadap penyakit stroke ... 64

5.5 Keterbatasan Penelitian... 66

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran... 67


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)... 44

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 46

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Pekerjaan ... 50

4.2. Distribusi Frekuensi Pola Makan Responden ... 51

4.3. Distribusi Frekuensi Olah Raga Responden ... 52

4.4. Distribusi Frekuensi Merokok Responden ... 52

4.5. Distribusi Frekuensi Stroke... 53

4.6. Hasil Analisis Uji Bivariat antara Variabel Independen dengan Diagnosa Stroke di RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009 ... 54

4.7. Uji Regresi Logistic Ganda untuk Identifikasi Variabel yang Akan Masuk dalam Model dengan p ≤ 0,05 ... 57


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(15)

ABSTRAK

Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan karena selain dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat juga dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup. Stroke dapat disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, penyakit stroke menempati urutan keenam dari 10 besar penyakit rawat inap terbanyak tahun 2007 yaitu sebanyak 304 kasus.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain cross sectional study. Populasi adalah pasien stroke yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh pada bulan Juni dan Juli tahun 2009 yang berjumlah 57 orang dan sampel adalah total populasi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pola makan (p=0,010), olahraga (p=0,035) dan merokok (p=0,049) terhadap penyakit stroke. Dari ketiga faktor tersebut yang paling dominan berpengaruh terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA tahun 2009 adalah pola makan.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh agar dapat meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat Banda Aceh dalam memasyarakatkan pola hidup sehat.


(16)

ABSTRACT

Stroke until nowstill become a health problem because instead cause of death in a short time, can cause a permanent physical defect/handicap. Stroke can cause a community’s unhealthy pattern/style of life. In the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital, stroke was the sixth of the ten biggest most hospitalized diseases in 2007, comprising 304 cases.

The purpose of this analytical study by cross-sectional approach is to analyze the influence of the patterns of life (such as the patterns of eating, exercise, and smoking) on stroke patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital. The population of this study were 57 stroke patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital from June to July 2009 and all of the patients were selected to be the samples in this study. The data obtained were statistically analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression test.

The result of this study showed that there was a significant influence between the patterns of eating (p=0,010), exercise (p=0,035) and smoking (p=0,049) and the stroke disease. The most dominant factor of the three factors having influence on the stroke suffered by the patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Hospital Banda Aceh in 2009 was the pattern of eating

It is suggested that Banda Aceh District Health Office to increase health promotion to the people of Banda Aceh in an attemp to socialize the pattern of healthy life.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang utama baik di negara maju maupun di negara berkembang, karena disamping menyebabkan angka kematian yang tinggi, stroke juga sebagai penyebab kecacatan yang utama. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia, bahkan di banyak rumah sakit dunia stroke merupakan penyebab kematian nomor satu. Banyak ahli kesehatan dunia juga yakin bahwa serangan stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu di dunia (Suyono, 2005).

Angka kecacatan akibat stroke umumnya lebih tinggi dari angka kematian, perbandingan antara cacat dan mati dari penderita stroke adalah empat berbanding satu. Stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia diatas 45 tahun. Banyak penderitanya yang menjadi cacat dan tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sedia kala (Lumbantobing, 2003).

Kasus stroke di seluruh dunia diperkirakan mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta di antaranya menderita kecacatan berat. Yang lebih memprihatinkan lagi 10 persen di antara mereka yang terserang stroke mengalami kematian. Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya di negara maju saja, tapi juga menyerang negara berkembang seperti Indonesia karena perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat (Gemari


(18)

Menurut Basjiruddin yang dikutip oleh Gemari online (2009), sedikitnya 10% dari 5,5 juta kematian di dunia disebabkan penyakit stroke, dan 50 juta orang yang masih hidup kehilangan pekerjaan karena cacat yang ditimbulkannya.

Penderita stroke menunjukkan kenaikan setiap tahunnya, dimana insiden stroke di Amerika Serikat ± 700.000 pertahunnya dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Perbandingan antara penderita stroke pria dan wanita di Amerika Serikat adalah 1,2 : 1 serta perbandingan antara kulit hitam dan kulit putih yakni 1,8 : 1. (Caplan, 2000). Di negara industri, penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker (Lumbantobing, 2003).

Penyakit Tidak Menular (PTM) utama yang terdiri dari penyakit kardiovaskular, stroke, kanker, Diabetes Mellitus (DM), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), telah meningkat di beberapa negara terutama di negara berkembang. Secara global World Health Organization (WHO) memperkirakan PTM menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia (Sam, 2007). WHO bahkan memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% kesakitan di seluruh dunia (Depkes, 2007).

Di Indonesia, stroke juga merupakan salah satu penyebab kematian terbesar. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam akhir-akhir ini, bahkan menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) saat ini Indonesia adalah negara dengan penderita stroke terbesar di Asia (Ranakusumah dalam Kantor Berita Indonesia (KBI) Gemari, 2002).


(19)

Menurut Misbach dalam Gemari online (2009), penyakit stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian di Indonesia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan laporan kematian stroke yang ada di negara-negara maju. Penyebab terjadinya stroke adalah karena pola hidup yang tidak teratur, serangan jantung terutama atrium fibrialasi, merokok, serta penyempitan pada pembuluh darah otak

Berdasarkan laporan WHO, kasus stroke yang terjadi di Indonesia tahun 2002 telah menyebabkan kematian lebih dari 123.000 orang. Dan karena belum adanya strategi penanganan yang baku, jumlah kematian akibat stroke ini diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya (Lamsudin dalam Suyono, 2005).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan tahun 2001, proporsi kematian akibat PTM meningkat dari 25,41% di tahun 1990 menjadi 48,53% di tahun 2001. Proporsi kematian karena Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah meningkat dari 9,1% tahun 1986 menjadi 26,3% tahun 2001. Proporsi kematian akibat stroke meningkat dari 5,5% tahun 1986 menjadi 11,5% di tahun 2001. Keadaan ini terus meningkat dari tahun ke tahun dengan kejadian PTM yang terus mewabah yang disebabkan pola hidup yang salah (Yayasan Jantung Indonesia, 2006).

Terdapat beberapa pembagian faktor risiko stroke, yaitu: 1. Faktor risiko stroke yang tak dapat diubah (nonmodifiable), terdiri dari: a) Umur, b) Jenis kelamin, c) Keturunan, d) Ras, dan 2. Faktor risiko stroke yang dapat diubah (modifiable),

meliputi: a) Hipertensi, b) Penyakit jantung, c) Diabetes Mellitus (DM), d) Dislipidemia, e) Merokok, f) Minum alkohol, g) Stenosis arteri karotis


(20)

asimtomatik, h) Riwayat stroke dan TIA, i) Penyakit infeksi, j) Riwayat migrain, k) Kontrasepsi oral, l) Pola makan, m) kurang olahraga, n) obesitas (Caplan, 2000; Rowland, 2000; Aliah dan Widjaja, 2006).

Dari faktor risiko tersebut diatas, pola hidup masyarakat yang meliputi pola makan, aktivitas fisik/olahraga, merokok, alkohol dan stres merupakan salah satu faktor risiko yang diduga berperan dalam menimbulkan penyakit pemicu serangan stroke. Menurut Yastroki (2007), keadaan rawan stroke di Indonesia terus meningkat. Kombinasi perubahan fisik, lingkungan, kebiasaaan, gaya hidup dan jenis penyakit yang berkembang dengan tiba-tiba, menyebabkan risiko masyarakat terkena serangan stroke di Indonesia secara kumulatif bisa meningkat menjadi 10 sampai 15 kali atau yang pasti jauh lebih besar dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Perubahan pola hidup sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan peningkatan penyakit yang terjadi dewasa ini. Perubahan pola hidup yang sangat mencolok mengakibatkan banyak masalah kesehatan. Wajar saja bila saat ini banyak bermunculan penyakit (Gemari online, 2009).

PTM seperti penyakit kardiovaskuler, stroke, diabetes tipe II, penyakit paru obsruktif kronik dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok Penyakit Tidak Menular utama yang mempunyai faktor risiko yang sama yaitu rokok, pola makan yang tidak seimbang, kurang bergerak dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan (Argedireja dalam KBI Gemari, 2003). Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi


(21)

masyarakat diduga sebagai hal yang melatarbelakangi prevalensi PTM, sehingga kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi (Sam, 2007).

Pola hidup sehat banyak berhubungan dengan kesehatan jantung serta jaringan pembuluh darah termasuk stroke (Yastroki, 2007). Saat ini risiko serangan stroke meningkat 10-15 kali, keadaan ini dibandingkan dengan tahun 1970 yang hanya sekitar 2,5 % jelas ada peningkatan yang cukup tajam. Adapun penyebab tingginya angka kejadian stroke di Indonesia akhir-akhir ini lebih disebabkan karena pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan stroke (Samino dalam KBI Gemari 2002).

Masyarakat Aceh memiliki kebiasaan makan makanan yang sangat khas. Perbedaan yang cukup menyolok didalam tradisi makan dan minum masyarakat Aceh dengan masyarakat lain di Indonesia adalah pada lauk pauknya. Lauk pauk yang biasa dimakan oleh masyarakat Aceh sangat spesifik dan bercita rasa seperti masakan India. Lauk pauk utama masyarakat Aceh dapat berupa ikan, daging (kambing, sapi, ayam, itik). Diantara makanan khas Aceh adalah gulai kambing (kari kambing), sie reboih (daging rebus), gulai itik/ayam, gulai pliek-u, gulai rampoe, yang umumnya menggunakan santan kental (AcehVirtual, 2009; Wibowo, 2009).

Dalam tradisi minum pada masyarakat Aceh adalah minum kopi di warung/ kedai kopi. Kebiasaan ini jarang ditemui pada beberapa masyarakat lain di Indonesia. Keadaan ini dapat dilihat di hampir semua sudut kota atau desa di Aceh dan telah


(22)

membudaya di kalangan masyarakat Aceh (Wibowo, 2009). Disamping itu masyarakat Aceh juga mempunyai aneka jenis penganan yang sangat khas antara lain kue timphan, meusekat, dodol dan ketan durian yang bahan dasarnya adalah santan dan gula (Wikipedia, 2007).

Semua jenis makanan dan minuman tersebut sangat berpotensi untuk timbulnya penyakit penyakit seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus dan penyakit jantung, dimana penyakit penyakit tersebut merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya stroke (Aliah dan Widjaja, 2006).

Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dokter Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh tahun 2007 mengenai 10 besar penyakit rawat inap diperoleh data bahwa penyakit serebrovaskular (stroke) menempati urutan ke 6 (304 kasus). Sementara sebagai penyebab kematian, penyakit tersebut menempati urutan ke 7 dari ratio 10 besar penyakit penyebab kematian. Hipertensi menempati urutan ke 3 (3970 kasus) dari 10 besar penyakit rawat jalan, DM menempati urutan pertama (11.234 kasus) pada 10 besar penyakit rawat jalan dan urutan ke 3 (377 kasus) pada 10 besar penyakit rawat inap. Sementara penyakit jantung menempati urutan ke 7 (2322 kasus) pada 10 besar penyakit rawat jalan (RSUZA, 2007).

Salah satu penyakit pemicu timbulnya serangan stroke yang utama adalah hipertensi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Framingham, seorang penderita hipertensi memiliki risiko terkena stroke 7 kali lebih tinggi dibanding orang normal (Klinik sehat, 2008). Peningkatan tekanan sistolik maupun diastolik berkaitan dengan risiko yang lebih tinggi. Untuk setiap kenaikan tekanan diastolik sebesar 7,5 mmHg


(23)

maka risiko stroke meningkat 2 kali lipat. Apabila hipertensi dapat dikendalikan dengan baik maka risiko stroke turun sebanyak 28–38%. Pengendalian hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pengendalian gaya hidup (lifestyle) dan pemberian obat antihipertensi (Bethesda Stroke Center, 2007).

Penyakit pemicu stroke lainnya adalah diabetes melitus. Menurut Langi dalam

Patologi (2009), Individu yang mengalami diabetes melitus mempunyai risiko serangan jantung dan stroke 2 kali lebih sering dibandingkan orang normal. Bahkan menurut Ranakusumah yang dikutip Aceh Forum Community (2007), meski penyakit hipertensi termasuk penyakit yang memiliki peluang tinggi untuk mendapatkan serangan stroke, namun secara umum penderita diabetes justru memiliki risiko tiga kali lebih besar mendapatkan serangan stroke daripada penderita hipertensi.

Penyakit jantung juga merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan stroke. Dari studi Framingham diperoleh bahwa peningkatan insidensi stroke 18 kali pada fibrilasi atrial yang berhubungan dengan penyakit jantung katup rematik, dan pada fibrilasi atrial bukan katup risiko stroke meningkat hingga hampir 5 kali. Dengan demikian, penyakit jantung adalah faktor risiko yang penting bagi stroke iskemik, sedangkan perannya sebagai faktor risiko pada stroke hemoragik masih perlu pembuktian yang lebih pasti (Aliah dan Widjaja, 2006). Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak pada penderita stroke (Klinik sehat, 2008).

Seseorang yang mempunyai faktor keturunan penyakit jantung dan stroke harus lebih berhati-hati dengan pola hidup yang dijalani. Walaupun pola hidup yang sudah tertanam bertahun tahun sangat sulit dan membutuhkan waktu untuk dirubah,


(24)

tetapi manfaat yang akan diperoleh adalah sangat besar. Semakin banyak faktor pemicu risiko dalam tubuh, makin besar kemungkinan seseorang terkena jantung koroner dan stroke. Apabila seorang memiliki tiga faktor misalnya perokok, kolesterol tinggi dan kurang berolahraga kemungkinan terkena serangan jantung 6 kali dibanding orang yang mempunyai satu faktor bahkan 10 kali dari mereka yang tanpa risiko (Papuamania.com, 2003).

Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular sudah dilakukan oleh berbagai pihak bukan hanya oleh pemerintah saja baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Fokus pencegahan dan penanggulangan bersifat paripurna dan promotif sampai rehabilitatif dengan fokus utama adalah pencegahan, deteksi dini dan paliatif pada golongan penyakit yang angka kejadiannya tinggi dan

feasible untuk dilaksanakan. Saat ini Depkes telah menyusun kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan penanggulangan PTM yang meliputi 3 komponen utama, yaitu surveilans PTM, promosi dan pencegahan PTM serta manajemen dan pelayanan PTM. Kebijakan tersebut tidak mungkin dilaksanakan hanya bersandarkan pada kemampuan pemerintah, tetapi harus melibatkan seluruh komponen masyarakat (Argedireja dalam KBI Gemari, 2003).

Menurut Suyono dalam Yastroki (2007), saat ini Yastroki juga sedang mengembangkan upaya memasyarakatkan pola hidup sehat, sekaligus pencegahan stroke. Karena pola hidup sehat banyak berhubungan dengan kesehatan jantung serta jaringan pembuluh darah termasuk stroke. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, gerakan ini seyogyanya menempatkan penduduk Indonesia yang berjumlah 211-212


(25)

juta jiwa dan telah mengalami kemajuan demografis membiasakan dirinya untuk hidup sehat, memahami dan akrab dengan tanda-tanda awal serangan stroke dan mampu memelihara dirinya dengan baik, melalui pengembangan Gerakan Peduli Stroke (Gelis). Gerakan ini, menurutnya, merupakan jawaban untuk hidup sehat dalam alam modern, sekaligus membantu masyarakat memahami langkah-langkah yang perlu diambil, akrab dengan keadaan dirinya, mengetahui secara mendalam kemungkinan menderita penyakit degeneratif, khususnya stroke, dan mempunyai komitmen tinggi untuk ikut mengembangkan jaringan yang dapat menolong dirinya. Upaya itu antara lain berupa peningkatan kesadaran, pendidikan, dan sekaligus pelatihan hidup sehat yang diwujudkan melalui berbagai upaya di sekolah, atau di lingkungan masyarakat luas. Tujuannya adalah agar setiap anak bangsa, terutama keluarga rawan stroke, juga keluarga dengan penderita stroke, dapat menjadi pendamping yang akrab terhadap kemungkinan terkena stroke. Pemberian pengetahuan tentang pola hidup sehat tersebut idealnya diberikan sejak sekolah dasar.

Berdasarkan tinjauan diatas, tampak bahwa stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar dan memerlukan penanganan yang tepat serta melakukan pencegahan dengan baik pula tentunya. Berbagai faktor dapat menjadi tolok ukur dalam menilai besarnya kemungkinan seseorang akan mengalami serangan stroke. Karenanya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh faktor kebiasaan masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terhadap risiko serangan stroke tersebut karena salah satu faktor yang diduga memengaruhi munculnya stroke adalah pola hidup masyarakat.


(26)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh Tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh Tahun 2009.

2. Untuk mengetahui variabel pola hidup yang paling dominan memengaruhi terjadinya stroke.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh Tahun 2009.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam membuat kebijakan untuk menurunkan kejadian penyakit stroke melalui upaya peningkatan pola hidup sehat.

2. Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat untuk dapat menghindari perilaku yang meningkatkan risiko penyakit stroke.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Stroke 2.1.1. Definisi

Menurut WHO, stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain selain daripada gangguan vaskular (Junaidi, 2003; Aliah dkk, 2007).

2.1.2. Epidemiologi

Kasus stroke di seluruh dunia diperkirakan mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta di antaranya menderita kecacatan berat. Yang lebih memprihatinkan lagi 10 persen di antara mereka yang terserang stroke mengalami kematian (Gemari online, 2009).

Di negara industri, penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker (Lumbantobing, 2003). Insiden stroke di Amerika Serikat ± 700.000 pertahunnya dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Perbandingan penderita stroke di Amerika Serikat antara pria dan wanita adalah 1,2 : 1 serta perbandingan stroke antara kulit hitam dan kulit putih yakni 1,8 :1 (Caplan, 2000).


(28)

Di Indonesia, stroke juga merupakan salah satu penyebab kematian terbesar. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam akhir-akhir ini, bahkan menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) saat ini Indonesia adalah negara dengan penderita stroke terbesar di Asia (Ranakusumah dalam Kantor Berita Indonesia (KBI) Gemari, 2002).

Menurut Misbach dalam Gemari online (2009), penyakit stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian di Indonesia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan laporan kematian stroke yang ada di negara-negara maju. Penyebab terjadinya stroke adalah karena pola hidup yang tidak teratur, serangan jantung terutama atrium fibrialasi, merokok, serta penyempitan pada pembuluh darah otak.

Berdasarkan laporan WHO, kasus stroke yang terjadi di Indonesia tahun 2002 telah menyebabkan kematian lebih dari 123.000 orang. Dan karena belum adanya strategi penanganan yang baku, jumlah kematian akibat stroke ini diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya (Lamsudin dalam Suyono, 2005).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan tahun 2001, proporsi kematian akibat stroke meningkat dari 5,5% tahun 1986 menjadi 11,5% di tahun 2001 (Yayasan Jantung Indonesia, 2006).

Stroke merupakan salah satu penyakit penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Stroke paling banyak menyebabkan kecacatan pada kelompok usia diatas 45 tahun. Banyak penderitanya yang menjadi cacat dan tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sediakala, menjadi tergantung pada orang lain dan tidak jarang menjadi beban bagi keluarganya. Beban ini dapat berupa beban tenaga, beban perasaan dan beban ekonomi (Lumbantobing, 2003).


(29)

Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dokter Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh mengenai 10 besar penyakit rawat inap tahun 2007 diperoleh data bahwa penyakit serebrovaskular (stroke) menempati urutan ke enam (304 kasus). Sementara sebagai penyebab kematian, penyakit serebrovaskular menempati urutan ketujuh dari ratio 10 besar penyakit penyebab kematian tahun 2007 di RSUZA (RSUZA, 2007).

2.1.3. Klasifikasi Stroke

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke, semuanya berdasarkan atas gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya. Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa (Misbach, 1999).

Menurut Misbach (1999) dan Junaidi (2003), klasifikasi stroke antara lain; 1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

a. Stroke Iskemik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena suplai darah ke otak terhambat atau berhenti. Terdiri dari: Transient Ischemic Attack (TIA), trombosis serebri, emboli serebri.

b. Stroke Hemoragik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena pecahnya pembuluh darah di otak terdiri dari perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid.


(30)

2. Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu : a. Serangan iskemik sepintas/TIA

Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam

b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.

c. Progressive stroke atau stroke in evolution Gejala neurologik yang makin lama makin berat. d. Complete stroke

Gejala klinis sudah menetap 3. Berdasarkan sistem pembuluh darah :

a. Sistem karotis

b. Sistem vertebrobasiler

Untuk penggunaan klinis yang lebih praktis lagi adalah klasifikasi dari New York Neurologicai Institute, dimana stroke menurut mekanisme terjadinya dibagi dalam dua bagian besar, yaitu (Caplan, 2000; Rowland, 2000):

1. Stroke Iskemik (85%) yang berdasarkan penyebabnya terdiri dari : a. Trombosis (75 – 80%)

b. Emboli (15 -20%)


(31)

2. Stroke Hemoragik (10 – 15%) yang terdiri dari : a. Perdarahan Intraserebral (PIS)

b. Perdarahan subaraknoidal (PSA)

2.1.4. Patofisiologi Stroke

Patofisiologi stroke dapat dibedakan atas (Aliah dkk, 2007): 1. Patofisiologi stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi oleh karena adanya perubahan aliran darah di otak, dimana terjadi penurunan aliran darah secara sigifikan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi aliran darah di otak, antara lain :

a. Keadaan pembuluh darah, dapat menyempit akibat aterosklerosis atau tersumbat oleh trombus atau embolus.

b. Keadaan darah : viskositas darah yang meningkat dan hematokrit yang meningkat menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat menyebabkan oksigenasi otak menurun.

c. Tekanan darah sistemik memegang peranan terhadap tekanan perfusi otak. d. Kelainan jantung : menyebabkan menurunnya curah jantung serta lepasnya

embolus yang menimbulkan iskemia otak.

Sebagai akibat dari menurunnya aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka akan terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai ditingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron (Misbach, 1999).


(32)

2. Patofisiologi stroke hemoragik

Gambaran patologik pada otak menunjukkan ekstravasasi darah karena robeknya pembuluh darah otak diikuti pembentukan edema dalam jaringan otak disekitar hematom. Akibatnya terjadi diskontuinitas jaringan dan kompresi oleh hematom dan edema pada struktur sekitar (termasuk pembuluh darah otak) dan menyempitkannya, sehingga terjadi pula iskemi pada jaringan yang dilayaninya. Gejala klinis yang timbul bersumber dari destruksi jaringan otak, kompresi pembuluh darah otak dan akibat kompresi pada jaringan otak lainnya (Aliah dkk, 2007).

2.1.5. Gejala Klinis

Menurut Yatim (2000) dan Aliah dkk (2007), gejala klinis yang timbul akibat gangguan peredaran darah otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.

Gejala klinis dari stroke dibedakan atas (Aliah dkk, 2007): 1. Stroke iskemik

Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya defisit neurologik secara mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun. Pada punksi lumbal, liquor serebrospinalis

jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat dilihat adanya daerah hipodens yang menunjukkan infark/iskemik dan edema.


(33)

Pada stroke iskemik akibat emboli serebri, biasanya didapatkan pada usia yang lebih muda, gejala timbul mendadak dan pada waktu aktif. Bila embolus cukup besar dapat mengakibatkan penurunan kesadaran. Pada punksi lumbal,

liquor serebrospinalis normal.

Perdarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasiler. Gangguan pada sistim karotis menyebabkan (Mangunsong dan Hadinoto, 1992):

a. Gangguan penglihatan, seperti : amaurosis fugax, hemianopsihomonim. b. Gangguan bicara, seperti : disfasia, afasia

c. Gangguan motorik, seperti : hemiplegi, hemiparesis kontralateral.

d. Gangguan sensorik, seperti : hemihipestesia

Gangguan pada sistem vertebrobasilar menyebabkan : a. Gangguan penglihatan, seperti : pandangan kabur, buta. b. Gangguan nervus kranialis bila mengenai batang otak. c. Gangguan motorik, seperti: hemiparesis kontralateral. d. Gangguan koordinasi.

e. Gangguan sensorik, seperti: hemianestesia kontralateral.

f. Gangguan kesadaran. g. Kombinasi.

2. Stroke hemoragik

a. Stroke hemoragik dengan perdarahan intra serebral (PIS)

Gejala prodromal biasanya tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan timbul seringkali pada siang hari, sewaktu bekerja atau ketika sedang


(34)

emosi. Gejala yang timbul biasanya berupa nyeri kepala yang hebat sekali disertai mual dan muntah, hemiparesis/hemiplegi. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% terjadi antara setengah sampai 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam).

b. Stroke hemoragik dengan perdarahan subaraknoidal (PSA)

Gejala prodromal : nyeri kepala hebat (10%), 90% tanpa keluhan sakit kepala. Kesadaran sering terganggu serta dijumpai tanda rangsang meningeal. Gejala neurologik fokal bergantung pada lokasi lesi.

2.1.6. Diagnosis Stroke

Diagnostik stroke didasarkan atas hasil penemuan klinis, pemeriksaan tambahan dan laboratorium (Aliah dkk, 2007). Diagnosa klinis dapat ditetapkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologis dimana didapatkan gejala-gejala yang sesuai dengan waktu perjalanan penyakitnya dan gejala serta tanda yang sesuai dengan daerah pendarahan pembuluh darah otak tertentu (Mangunsong dan Hadinoto 1992).

Pada stroke iskemik, dari anamnesa di dapat keluhan dan gejala neurologik mendadak, tanpa adanya trauma kepala serta adanya faktor risiko stroke. Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya defisit neurologik fokal, ditemukan penyakit sebagai faktor risiko seperti hipertensi, kelainan jantung dan lain-lain. Pemeriksaan tambahan berupa Computerized Tomography (CT scan), Magnetic Resonance


(35)

Imaging (MRI), angiografi, dan pemeriksaan likuor serebrospinalis dapat membantu membedakan infark dan perdarahan otak. Pemeriksaan laboratorium, Electrocardiografi dan lain-lain dapat digunakan untuk menemukan faktor risiko (Aliah dkk, 2007).

Pada stroke hemoragik, diagnosa ditegakkan juga didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis serta hasil pemeriksaan tambahan, dimana hasil CT scan adalah paling terpercaya (Aliah dkk, 2007).

2.1.7. Penatalaksanaan

Penderita yang baru saja mengalami stroke sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit agar dapat diberikan penanganan yang optimal. Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin cepat pertolongan diberikan, semakin baik hasil yang dicapai (Lumbantobing, 2003). Menurut Misbach (1999), prognosis penderita sangat tergantung terutama kepada kecepatan pertolongan saat therapeutic window yang relatif sangat pendek (±3 jam). Oleh karena itu pertolongan terpadu dan rasional secara cepat, tepat dan cermat akan menurunkan mortalitas dan morbiditas sehingga akan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Adapun tujuan terapi pada fase akut adalah (Lumbantobing, 2003): 1. Mencegah agar stroke tidak berlanjut atau berulang

2. Melakukan upaya agar cacat dapat diatasi 3. Mencegah terjadinya komplikasi


(36)

5. Membantu pemulihan penderita, misalnya melalui obat-obatan, terapi fisik dan psikis

6. Mencegah terjadinya kematian

Penatalaksanaan stroke terdiri dari (Aliah dkk, 2007):

1. Penatalaksanaan stroke iskemik, dibedakan pada fase akut dan fase pasca akut a. Pada fase akut, sasaran pengobatan adalah untuk menyelamatkan neuron yang

menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan harus menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup. Memantau jalan nafas, fungsi pernafasan dan sirkulasi serta penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang menderita.

Menurut Lumbantobing (2003), tujuan terapi medik pada stroke iskemik adalah agar reaksi lanjutan yang terjadi setelah otak mengalami iskemi seperti edema (sembab) disebagian otak, perubahan vaskularisasi dan perubahan neurotransmiter jangan sampai merugikan penderita. Diupayakan agar aliran darah didaerah yang iskemik dapat dipulihkan, demikian juga metabolismenya.

b. Pada fase pasca akut, sasaran pengobatan dititik beratkan pada tindakan rehabilitasi penderita dengan fisioterapi, terapi wicara dan psikoterapi serta pencegahan terulangnya stroke dengan jalan mengobati dan menghindari faktor risiko stroke.


(37)

2. Penatalaksanaan stroke hemoragik

Karena biasanya penderita berada dalam keadaan koma, maka pengobatan dibagi dalam pengobatan umum dan pengobatan spesifik (Aliah dkk, 2007).

a. Pengobatan umum: Dengan memperhatikan jalan nafas dan pernafasan, menjaga tekanan darah, mencegah terjadinya edema otak, memperhatikan balans cairan serta memperhatikan fungsi ginjal dan pencernaan.

b. Pengobatan spesifik: Dengan pengobatan kausal yaitu pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan hemostasis, misalnya dengan menggunakan asam traneksamat. Untuk stroke hemoragik dengan perdarahan subaraknoidal, setelah lewat masa akut, dianjurkan angiografi untuk mencari lesi sumber perdarahan. Bila ditemukan maka bisa dilakukan operasi bedah saraf.

2.1.8. Faktor Risiko

Faktor risiko stroke adalah faktor yang dapat menyebabkan orang lebih rentan atau mudah mengalami stroke, baik iskemik maupun hemoragik. Pengenalan faktor-faktor risiko ini penting, karena banyak pasien mempunyai faktor-faktor risiko lebih dari satu faktor atau bahkan kadang-kadang faktor risiko ini diabaikan (Aliah dkk, 2007).

Pembagian faktor risiko stroke terdiri dari (Caplan, 2000; Gilroy, 2000; Rowland, 2000; Junaidi, 2003; Aliah dan Widjaja, 2006):

1. Faktor risiko stroke yang tidak dapat di hindarkan atau tidak dapat diubah (non modifiable), yaitu :


(38)

a. Umur

Umur merupakan salah satu faktor risiko stroke terpenting. Pada studi Framingham menunjukkan bahwa insiden rates stroke pada 10.000 penduduk kelompok usia 45-55 tahun 22%, 55-64 tahun 32% dan 65-74 tahun sebanyak 83% (Caplan, 2000). Terdapat pertambahan eksponensial pada insidensi stroke dengan pertambahan usia, dimana stroke iskemik terbanyak timbul pada usia diatas 65 tahun (Caplan, 2000; Rowland, 2000). Saat ini stroke juga mulai mengancam usia-usia produktif dikarenakan perobahan pola hidup tidak sehat seperti banyak mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat kolesterol, merokok, minuman keras, kurangnya berolahraga dan stres (Medicastore, 2007).

b. Jenis kelamin

Beberapa penulis menyatakan bahwa insidensi stroke pada lelaki lebih tinggi dari pada wanita. Namun usia harapan hidup rata-rata pada perempuan umumnya lebih panjang, sehingga didapati insidensi penderita stroke pada usia lanjut lebih banyak pada wanita (Caplan, 2000; Aliah dan Widjaja, 2006). c. Keturunan

Riwayat stroke pada salah seorang anggota keluarga lapis pertama merupakan faktor risiko stroke yang menentukan (Aliah dan Widjaja, 2006).

d. Ras

Di Amerika Serikat, berbagai laporan epidemiologi menunjukkan adanya perbedaan yang berarti dalam hal angka stroke atas dasar ras, dimana


(39)

orang-orang Afrika Amerika lebih banyak menderita stroke dibandingkan penduduk kulit putih (Caplan, 2000; Rowland, 2000).

2. Faktor risiko stroke yang dapat dihindarkan atau diubah (Modifiable) a. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko stroke yang utama, baik stroke iskemik maupun stroke hemoragik, dimana kurang lebih 70% penderita stroke adalah pengidap hipertensi. Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia menegaskan bahwa pengendalian hipertensi merupakan salah satu upaya pencegahan stroke baik primer maupun sekunder (Aliah dan Widjaja, 2006).

b. Penyakit Jantung

Faktor risiko major dari penyakit jantung antara lain : Fibrilasi Atrial (AF), infark jantung atrial, stenosis mitral, trombus pada ventrikel kiri, katup jantung prostetik, kardiomiopati, endokarditis infektif. Fibrilasi atrial menahun didapati pada 7-30% penderita stroke berusia lebih 60 tahun (Aliah dan Widjaja, 2006).

c. Diabetes Melitus (DM)

DM dapat menyebabkan stroke iskemik karena terbentuknya plak aterosklerotik pada dinding pembuluh darah yang disebabkan gangguan metabolisme glukosa sistemik (Junaidi, 2003). Penyakit DM memberi risiko


(40)

relatif bagi terjadinya stroke sebesar 1,5 - 3 kali, tergantung pada tipe dan beratnya diabetes (Aliah dan Widjaja, 2006).

d. Dislipidemia

Kelainan lipid serum berupa peninggian kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), Trigliserida, dan penurunan High Density Lipoprotein

(HDL) dianggap sebagai faktor yang amat penting dalam patofisiologi aterosklerosis dan stroke (Junaidi, 2003; Aliah dan Widjaja, 2006). Kadar kolesterol total > 220 mg/dl meningkatkan risiko stroke antara 1,31 – 2,9 kali (Junaidi, 2003).

e. Merokok

Kebiasaan merokok menyebabkan kemungkinan untuk menderita stroke lebih besar, risiko meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok (Junaidi, 2003).

e. Minum alkohol (Recent heavy alcohol consumption)

Konsumsi alkohol mempunyai efek ganda atas risiko stroke, yang

menguntungkan dan yang merugikan. Apabila minum sedikit alkohol (kurang dari 40 ml perhari) secara merata setiap hari akan mengurangi kejadian stroke iskemik dengan jalan meningkatkan kadar HDL dalam darah. Tetapi bila minum banyak alkohol yaitu lebih dari 60 ml perhari akan menambah risiko stroke (Junaidi, 2003). Terdapat bukti-bukti (14 studi dari tahun 1989-1997) bahwa alkohol adalah faktor risiko stroke, baik stroke iskemik maupun stroke hemoragik.


(41)

Peminum alkohol berat adalah penyandang faktor risiko yang independen bagi semua jenis stroke (Aliah dan Widjaja, 2006).


(42)

g. Aktivitas fisik/olahraga

Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang dan lain-lain) secara teratur minimal 3 kali seminggu untuk dewasa, tiap kali 20-30 menit akan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki kontrol diabetes, memperbaiki kebiasaan makan dan menurunkan berat badan (Kelompok Studi Serebrovaskuler, 2004).

h. Pola makan

Pola makan dapat memengaruhi risiko stroke melalui efeknya pada tekanan darah, kadar kolesterol serum, gula darah, berat badan dan sebagai prekursor aterosklerosis lainnya.

i. Stenosis Arteri Karotis Asimtomatik

Penyempitan arteri karotis adalah lazim dan meningkat menurut usia. Risiko mendapat stroke pertahun pada stenosis < 75% adalah 1,3%, untuk >75% adalah 3,3%, sedangkan risiko stroke ipsilateral adalah sebesar 2,5% (Aliah dan Widjaja, 2006).

j. Obesitas atau kegemukan

Obesitas atau kegemukan adalah ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Obesitas sering dikaitkan dengan banyaknya lemak dalam tubuh (Yayasan Jantung Indonesia, 2008). Salah satu cara yang paling sering dipakai di klinik dan di lapangan dalam menentukan obesitas adalah dengan mengukur Index Massa Tubuh


(43)

(IMT) atau Body Mass Index (BMI) yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Dikatakan obesitas apabila IMT >30 kg/m2 (Sanif, 2007). IMT dianggap ideal bila hasilnya berkisar antara 18,5 – <25. Makin jauh menyimpang dari batas atas ideal (25), semakin berisiko menderita kelainan dan berbagai penyakit akibat kegemukan, termasuk stroke (Yatim, 2000).

Berdasarkan penelitian, orang-orang yang gemuk ternyata berisiko terserang stroke lebih besar dibanding mereka yang mempunyai ukuran tubuh sedang-sedang saja. Hal ini disebabkan, karena mereka yang kegemukan cenderung bertekanan darah tinggi, yang merupakan pencetus terjadinya stroke (Gemari online, 2009).

Menurut hasil penelitian Skandinavia (Scandinavian study), bahwa obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan faktor-faktor pembekuan darah, sebagaimana diketahui bahwa faktor pembekuan darah merupakan faktor risiko untuk terjadinya stroke. Obesitas akan meningkatkan risiko stroke 20% dibanding mereka yang bukan obesitas (Sanif, 2007).

k. Riwayat stroke dan TIA

Riwayat stroke dan TIA adalah faktor risiko yang penting bagi stroke, makin sering terjadi TIA, makin tinggi risiko untuk stroke. Adanya riwayat stroke lebih besar risikonya dari pada TIA untuk terjadinya stroke berikutnya (Aliah dan Wijdaja, 2006).


(44)

l. Penyakit infeksi

Infeksi yang melibatkan otak adalah faktor risiko stroke iskemik yang penting termasuk TBC, cacingan, malaria, sifilis dan leptospirosis (Junaidi dan Widjaja, 2006).

m. Kontrasepsi oral

Risiko stroke meningkat jika memakai obat oral kontrasepsi dengan dosis obstradial ≥50 ug. Umumnya risiko stroke terjadi jika pemakaian ini dikombinasi dengan adanya usia > 35 tahun, perokok, hipertensi, diabetes dan migrain (Bethesda Stroke Center, 2007).

n. Stres

Stres dapat mengakibatkan hati memproduksi radikal bebas lebih banyak. Selain itu stress dapat menurunkan fungsi imunitas tubuh serta juga menyebabkan gangguan fungsi hormonal (Aliah dan Widjaja, 2006).

Orang-orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tersebut diatas termasuk stroke prone person yaitu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat serangan stroke daripada orang normal pada suatu saat selama perjalanan hidupnya bila tidak dikendalikan (Yastroki, 2007).

2.2. Pola Hidup

Ditinjau dari faktor risiko stroke diatas, salah satu yang saat ini diduga sangat berpengaruh adalah pola hidup. Pola hidup sehat banyak berhubungan dengan kesehatan jantung serta jaringan pembuluh darah termasuk stroke (Yastroki, 2007).


(45)

Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit kardiovaskuler, stroke, diabetes tipe II, penyakit paru obsruktif kronik dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok Penyakit Tidak Menular utama yang mempunyai faktor risiko yang sama yaitu rokok, pola makan yang tidak seimbang, kurang bergerak dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan (Argedireja dalam KBI Gemari 2003).

Dari hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2004), kerjasama Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan, Penelitian dan Pengembangan (Litbang) tahun 2004 diperoleh hasil bahwa tiga faktor risiko utama yang saling terkait sebagai penyebab PTM seperti penyakit kardiovaskuler (hipertensi, jantung koroner) dan stroke adalah kebiasaan merokok disamping kurang aktifitas fisik, makan tidak seimbang (diet rendah serat/kurang buah dan sayur, tinggi kalori/ lemak hewani) dan kegemukan (Yayasan Jantung Indonesia, 2006).

Menurut Misbach dalam Suyono (2005), berdasarkan hasil penelitian di banyak negara menyatakan bahwa pencegahan serangan stroke dapat dilakukan oleh semua orang, terutama mereka yang mempunyai risiko stroke kalau secara dini mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi dan dengan penuh disiplin mengikuti pola hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi, dan mengikuti langkah-langkah hidup sehat sejahtera lainnya dengan olahraga secara teratur dan menghindari pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi.


(46)

Menurut Guang (2002), dari sekian banyak dan macam-macam penyakit sekarang ini, sumbernya adalah pola hidup yang keliru. Jika kita menjalankan pola hidup yang sehat, maka penyakit akan jauh dari kita. Pola hidup sehat meliputi makanan yang pantas, olahraga dengan takaran yang pas, tidak merokok dan kurangi alkohol serta batin yang tenang.

Keadaan rawan stroke di Indonesia terus meningkat. Kombinasi perubahan fisik, lingkungan, kebiasaan dan gaya hidup menyebabkan risiko masyarakat terkena serangan stroke di Indonesia secara kumulatif bisa terasa meningkat menjadi 10 sampai 15 kali atau yang pasti jauh lebih besar dibandingkan masa-masa sebelumnya (Yastroki, 2007).

Usia merupakan salah satu faktor risiko stroke, namun saat ini stroke mulai mengancam usia-usia produktif dikarenakan perubahan pola hidup tidak sehat seperti banyak mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat kolesterol, merokok, minuman keras, kurangnya berolahraga dan stress (Ranakusumah dalam Kantor Berita Indonesia Gemari, 2002).

Pada Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999, dikemukakan upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer penyakit stroke, yaitu : memasyarakatkan pola hidup sehat bebas stroke dengan menghindari merokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya, mengurangi kolesterol, lemak dalam makanan, mengendalikan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, serta menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur (Lumbantobing, 2003).


(47)

Menurut Samino dalam KBI Gemari (2002), penyebab tingginya angka kejadian stroke di Indonesia akhir-akhir ini lebih disebabkan karena pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan stroke.

Salah satu penyakit pemicu timbulnya serangan stroke yang utama adalah hipertensi yang merupakan masalah yang umum dijumpai pada pasien stroke, dan menetap setelah serangan stroke (Bethesda Stroke Center, 2007). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Framingham, seorang penderita hipertensi memiliki risiko terkena stroke 7 kali lebih tinggi dibanding orang normal (Klinik sehat, 2008). Peningkatan tekanan sistolik maupun diastolik berkaitan dengan risiko yang lebih tinggi. Untuk setiap kenaikan tekanan diastolik sebesar 7,5 mmHg maka risiko stroke meningkat 2 kali lipat. Apabila hipertensi dapat dikendalikan dengan baik maka risiko stroke turun sebanyak 28–38% (Bethesda Stroke Center, 2007).

Penelitian Lamassa dkk pada 4462 pasien stroke memperlihatkan bahwa hipertensi dijumpai pada 48,6% kasus. Penelitian di RS Bethesda pada 117 kasus stroke diperoleh faktor risiko stroke terdiri dari hipertensi (70,8%), hipertensi dan DM (12,4%), hipertensi dan penyakit jantung (8,4%), hipertensi dan dislipidemia (9,4%) (Bethesda Stroke Center, 2007).

Pengendalian hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pengendalian gaya hidup (lifestyle) dan pemberian obat antihipertensi. Pengendalian gaya hidup meliputi (a) mempertahankan berat badan normal untuk dewasa


(48)

kurang dari 6 gram garam dapur atau kurang dari 2,4 gram Na+/hari, (c) tidak minum alkohol, atau minum alkohol kurang dari 3 unit/hari bagi lakilaki dan kurang dari 2 unit bagi perempuan, (d) olahraga aerobik 30 menit/hari, jalan cepat lebih baik daripada angkat besi, (e) makan buah dan sayur, pilih yang segar dan (f) mengurangi konsumsi lemak baik yang jenuh maupun yang tidak jenuh (Bethesda Stroke Center, 2007).

Penyakit pemicu stroke lainnya adalah diabetes melitus (DM). Menurut Langi

dalam Patologi (2009), individu yang mengalami diabetes mellitus mempunyai risiko serangan jantung dan stroke 2 kali lebih sering dibandingkan orang normal. Bahkan menurut Ranakusumah yang dikutip Aceh Forum Community (2007), meski penyakit hipertensi termasuk penyakit yang memiliki peluang tinggi untuk mendapatkan serangan stroke, namun secara umum penderita diabetes justru memiliki risiko tiga kali lebih besar mendapatkan serangan stroke daripada penderita hipertensi.

Penyakit Diabetes merupakan faktor risiko mayor untuk terkena stroke, di mana diabetes dapat menyebabkan terjadinya sumbatan pada pembuluh darah di otak yang dapat menimbulkan kematian pada sel atau jaringan otak (infark subkortikal). Penyakit DM dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dalam darah yang kemudian berdampak pada terjadinya stress oxidative. Stres tipe ini merupakan faktor risiko terjadinya pengerasan dan penebalan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengeras dan menebal tersebut akan menghambat laju peredaran darah atau bahkan menyumbat aliran darah. Bila sumbatan itu terjadi pada pembuluh darah di otak maka


(49)

berpotensi menyebabkan stroke (Ranakusumah dalam Aceh Forum Community, 2007). Menurut Junaidi (2003), DM mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah besar maupun pembuluh darah kecil di seluruh tubuh termasuk pembuluh darah otak.

Penyakit jantung erat kaitannya dengan stroke karena memiliki penyebab yang sama yaitu hiperkolesterol. Hiperkolesterol menyebabkan terjadinya gangguan pembuluh darah yang paling umum yaitu aterosklerosis yang dapat mengenai pembuluh arteri besar dan sedang, seperti pembuluh serebral, vetebral, koroner, renal, aorta dan pembuluh di tungkai. Pada penderita jantung, risiko stroke akan meningkat. Demikian sebaliknya, penderita stroke memiliki risiko penyakit jantung yang meningkat pula (Kalim dalam Medicastore, 2007).

Dari studi Framingham diperoleh bahwa peningkatan insidensi stroke 18 kali pada fibrilasi atrial yang berhubungan dengan penyakit jantung katup rematik, dan pada fibrilasi atrial bukan katup risiko stroke meningkat hingga hampir 5 kali. Dengan demikian, penyakit jantung adalah faktor risiko yang penting bagi stroke iskemik; sedangkan perannya sebagai faktor risiko pada stroke hemoragik masih perlu pembuktian yang lebih pasti (Aliah dan Widjaja, 2006).

Seseorang yang mempunyai faktor keturunan penyakit jantung dan stroke harus lebih berhati-hati dengan pola hidup yang dijalani. Walaupun pola hidup yang sudah tertanam bertahun tahun sangat sulit dan membutuhkan waktu untuk dirubah, tetapi manfaat yang akan diperoleh adalah sangat besar. Semakin banyak faktor pemicu risiko dalam tubuh makin besar kemungkinan seseorang terkena jantung


(50)

koroner dan stroke. Apabila seseorang memiliki tiga faktor misalnya perokok, kolesterol tinggi dan kurang berolahraga kemungkinan terkena serangan jantung 6 kali dibanding orang yang mempunyai satu faktor bahkan 10 kali dari mereka yang tanpa risiko (Papuamania.com, 2003).

Pola makan tidak seimbang yang tinggi lemak tapi rendah serat dan karbohidrat akan menimbulkan akibat yang tidak baik bagi tubuh. Selain menimbun lemak, makanan tersebut juga bisa mengganggu metabolisme dan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Jika kadar kolesterol tinggi dalam darah akan mempercepat terjadinya penebalan pada dinding pembuluh darah dan akhirnya terjadi penyempitan dan suatu waktu terjadi penyumbatan (Papuamania.com, 2003).

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jika konsumsi seorang anak tidak terkontrol sehingga menimbulkan obesitas, maka saat memasuki usia 30 – 40 tahun kemungkinan besar anak tersebut akan menderita penyakit jantung koroner. Fakta lain dari hasil penelitian di Jepang menemukan bahwa dari sekitar 200 pria dan wanita Jepang yang menjadi objek penelitian, mereka yang terbiasa mengkomsumsi sayuran lima sampai enam hari dalam seminggu, 58% lebih rendah risiko terserang stroke dibanding mereka yang hanya mengkonsumsi satu sampai dua kali dalam seminggu (Papuamania.com, 2003).

Pada studi Framingham pada pria usia setengah baya, diperoleh hasil hubungan terbalik antara asupan buah dan sayuran dengan risiko stroke (Junaidi, 2003). Penelitian-penelitian epidemiologi juga menunjukkan bahwa negara yang masyarakatnya mengkonsumsi makanan rendah lemak dan kolesterol, lebih jarang


(51)

terserang penyakit jantung koroner dan penyumbatan darah dibandingkan dengan negara yang masyarakatnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol (Yatim, 2000).

Menurut Kusmana dalam Papuamania.com (2003), aktivitas fisik terutama aerobik meningkatkan aliran darah yang bersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi Nitrit Oksida (NO) serta merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial drive relaxing factor (EDRF) yang merelaksasi dan melebarkan pembuluh darah. Karena itu bergerak atau melakukan aktivitas fisik secara teratur merupakan konsep awal upaya pencegahan penyakit kardiovaskuler dan stroke. Aktivitas apapun asal mampu meningkatkan denyut jantung antara 110 – 130 per menit, berkeringat dan disertai peningkatan frekwensi pernapasan namun tidak sampai terengah-engah sudah cukup baik untuk mencegah penyakit jantung dan stroke. Orang-orang yang banyak beraktivitas berisiko lebih rendah terkena penyakit jantung dibanding mereka yang kurang beraktivitas.

Pada studi prospektif terhadap 7735 pria Inggris yang berumur antara 40-59 tahun menunjukkan manfaat dari aktivitas fisik derajat sedang dapat menurunkan risiko stroke secara bermakna (Junaidi, 2003).

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko sebesar 2 - 4 kali terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan bukan perokok. Dari hasil penelitian ditemukan 4.000 jenis bahan kimia, 40 diantaranya bersifat karsinogenik. Nikotin dan Carbon Monoksida (CO) mempunyai efek meningkatkan kebutuhan oksigen juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung. Selain itu nikotin merangsang pelepasan


(52)

adrenalin, meningkatkan frekwensi denyut jantung, tekanan darah serta menyebabkan gangguan irama jantung. CO menggantikan tempat oksigen di haemoglobin, menganggu pelepasan oksigen dan mempercepat aterosklerosis. Kandungan bahan kimia dari asap rokok yang disebarkan ke udara (side stream smoke) mempunyai kandungan bahan kimia yang lebih banyak dibandingkan dengan asap yang dihirup langsung oleh perokok (mean stream smoke). Bahan kimia dalam side stream smoke

dapat bertahan beberapa jam lamanya dalam ruang setelah merokok (Papuamania.com, 2003).

Perokok berat yang setiap hari menghabiskan 20 batang rokok atau lebih, akan meningkatkan potensi stroke sekitar 4,1 kali dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Sedangkan perokok sedang yang menghabiskan 10 batang rokok sehari memiliki potensi stroke sekitar 2,5 kali dari pada yang tidak merokok (Gemari

online, 2009). Dasar patofisiologinya adalah rokok menaikkan kadar fibrinogen darah, hematokrit dan menambah agregasi trombosit dan viskositas darah. Secara keseluruhan risiko relatif stroke pada perokok adalah 1,5 hingga 4 kali dibandingkan dengan bukan perokok (Aliah dan Widjaja, 2006).

2.3. Landasan Teori

Pengenalan faktor-faktor risiko stroke sangat penting, karena banyak pasien mempunyai faktor risiko lebih dari satu faktor atau kadang-kadang faktor risiko ini diabaikan. Setelah mengetahui apa yang menjadi faktor risiko maka perlu diketahui pula bagaimana cara mengatasi atau menghindari faktor risiko tersebut karena


(53)

pengenalan faktor risiko stroke dan penanganannya akan sangat menurunkan terjadinya stroke. Stroke terjadi setelah kumulasi faktor-faktor risiko dalam jangka waktu lama. Karenanya pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin (Bethesda Stroke Center, 2007).

Berdasarkan Guidelines dari American Heart Association (AHA) tahun 2002 tentang pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan stroke yaitu:

1. Berhenti merokok

2. Mengontrol tekanan darah 3. Pola makan yang sehat

4. Penggunaan aspirin untuk orang dengan faktor risiko penyakit jantung koroner

5. Mengontrol kadar lemak dalam darah 6. Melakukan olahraga yang teratur 7. Menjaga berat badan

8. Mengendalikan diabetes

9. Mengendalikan atrial fibrilasi kronik

Dalam penelitian ini, penulis merumuskan beberapa faktor yang relevan dengan konsep penelitian yaitu aspek pola hidup masyarakat yang terdiri dari pola makan, olahraga dan merokok.


(54)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori diatas dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

Dislipidemia Hipertensi

DM Penyakit jantung Pola Makan

Olah Raga

Merokok

Stroke `

Keterangan --- : variabel yang tidak diteliti


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.5Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik yang menggunakan rancangan Cross Sectional Study yaitu pengumpulan data pada suatu saat untuk menganalisis pengaruh pola hidup masyarakat terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh pada tahun 2009.

3.6Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.3. Lokasi

Penelitian akan dilakukan di RSUZA Banda Aceh. Pemilihan lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa RSUZA Banda Aceh merupakan rumah sakit

pemerintah terbesar dan sebagai rumah sakit rujukan di Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan laporan tahunan RSUZA Banda Aceh Tahun 2007 diperoleh bahwa penyakit serebrovaskuler (stroke) termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap terbanyak, juga termasuk dalam 10 besar penyakit penyebab kematian.

3.2.4. Waktu


(56)

3.7Populasi dan Sampel 3.7.1 Populasi

39 Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang dirawat inap di

RSUZA Banda Aceh pada bulan Juni dan Juli 2009.

3.7.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara total populasi yaitu seluruh pasien dengan diagnosis stroke dan dirawat inap di RSUZA Banda Aceh pada bulan Juni dan Juli 2009 akan menjadi sampel penelitian.

3.8Metode Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada responden atau pendamping responden yang mengetahui tentang pola hidup responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Sebelum melakukan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pada 20 pasien stroke yang dirawat inap di lokasi yang sama dengan waktu berbeda dengan penelitian. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut, dilakukan dengan cara mengukur korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan jika nilai r


(57)

hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu kewaktu, diukur dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan ketentuan jika nilai r Alpha > r tabel maka dinyatakan reliabel dan jika nilai r Alpha < r tabel dinyatakan tidak reliabel (Sugiyono, 2007). Hasil uji validitasdan reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel Butir Pertanyaan

Corrected Item

Total Correlation Status

Cronbach’s Alpha

1 0,568 Valid

2 0,588 Valid

3 0,803 Valid

4 0,673 Valid

5 0,761 Valid

6 0,886 Valid

7 0,803 Valid

8 0,567 Valid

9 0,588 Valid

10 0,577 Valid

11 0,606 Valid

Pola makan

12 0,656 Valid

0,919 (Reliabel

1 0,945 Valid

2 0,950 Valid

3 0,895 Valid

4 0,881 Valid

Olahraga

5 0,907 Valid

0,965 (Reliabel

1 0,779 Valid

2 0,840 Valid

3 0,935 Valid

4 0,712 Valid

5 0,866 Valid

0,939 (Reliabel Merokok


(58)

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas diketahui bahwa butir-butir pertanyaan untuk variabel independen yaitu pola hidup (pola makan, olahraga, merokok) dan variabel dependen yaitu penyakit stroke adalah valid karena nilainya lebih besar dari r tabel (0,444) serta reliabel (memenuhi persyaratan). Dengan demikian kuesioner tersebut layak digunakan sebagai alat ukur pada penelitian ini.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen rekam medik RSUZA Banda Aceh yang berhubungan dengan keperluan penelitian.

3.9 Variabel dan Definisi Operasional

Jenis variabel :

1. Variabel dependen (variabel terikat): penyakit stroke

2. Variabel independen (variabel bebas): pola makan, olahraga, merokok. Defenisi Operasional

1. Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain selain dari gangguan vaskular.

a. Stroke hemoragik yaitu : penyakit stroke yang terjadi oleh karena pecahnya pembuluh darah di otak

b. Stroke iskemik yaitu : penyakit stroke yang terjadi oleh karena suplai darah ke otak terhambat atau berhenti


(59)

2. Pola makan adalah jumlah, frekuensi serta jenis makanan yang dikonsumsi oleh seseorang dalam satu hari.

3. Olahraga adalah kegiatan seseorang yang dilakukan untuk kesegaran jasmani tidak termasuk pekerjaan sehari-hari.

4. Merokok adalah kebiasaan seseorang menghisap rokok meliputi banyaknya rokok yang dihisap dalam satu hari serta lamanya merokok.

3.8. Metode Pengukuran

3.8.1. Variabel Bebas (Independen)

Aspek pengukuran variabel bebas adalah pola hidup (pola makan, olahraga, dan merokok). Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

No Nama

Variabel

Jumlah

Indikator Bobot Nilai

Bobot Nilai Variabel

Seluruh Indikator

Kategori Alat

ukur

Skala Ukur

1. Pola makan 12 Bila menjawab a Bila menjawab b Bila menjawab c

3 2 1

29 – 36 21 – 28 12 – 20

Baik Kurang baik Tidak baik

Kuesioner Ordinal

2. Olahraga 5 Bila menjawab a

Bila menjawab b Bila menjawab c

3 2 1

11 – 15 7 – 10 <6

Baik Kurang baik Tidak baik

Kuesioner Ordinal

3 Merokok 6 Bila menjawab a

Bila menjawab b Bila menjawab c

3 2 1

13 - 18 7 – 12 <6 Perokok berat Perokok sedang Perokok pasif Kuesioner Ordinal Keterangan :


(60)

Untuk mengetahui pola makan penderita stroke didasarkan pada skala ordinal, dengan rincian skor maksimal untuk tiap-tiap kategori dari aspek variabel pola makan yaitu :

a. Jawaban ”a” diberi nilai 3 (tiga) b. Jawaban ”b” diberi nilai 2 (dua) c. Jawaban ”c” diberi nilai 1 (satu)

Maka penilaian kategori tersebut adalah sebagai berikut : a. Baik, jika responden memperoleh skor antara 29 - 36

b. Kurang baik, jika responden memperoleh skor antara 21 - 28 c. Tidak baik, jika responden memperoleh skor 12 – 20

2. Variabel Olahraga

Untuk mengetahui olahraga penderita stroke didasarkan pada skala ordinal, dengan rincian skor maksimal untuk tiap-tiap kategori dari aspek variabel olahraga yaitu :

a. Jawaban ”a” diberi nilai 3 (tiga) b. Jawaban ”b” diberi nilai 2 (dua) c. Jawaban ”c” diberi nilai 1 (satu)

Maka penilaian kategori tersebut adalah sebagai berikut : a. Baik, jika responden memperoleh skor antara 11 - 15 b. Kurang baik, jika responden memperoleh skor antara 6 - 10 c. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < 5


(61)

Untuk mengetahui kebiasaan merokok penderita stroke didasarkan pada skala ordinal, dengan rincian skor maksimal untuk tiap-tiap kategori dari aspek variabel merokok yaitu :

a. Jawaban ”a” diberi nilai 3 (tiga) b. Jawaban ”b” diberi nilai 2 (dua) c. Jawaban ”c” diberi nilai 1 (satu)

Maka penilaian kategori tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perokok berat, jika responden memperoleh skor antara 13 - 18 b. Perokok sedang, jika responden memperoleh skor antara 7-12 c. Perokok pasif, jika responden memperoleh skor <6

3.8.2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat adalah penyakit stroke. Pengukuran terhadap variabel

dependen (terikat) berdasarkan catatan rekam medik RSUZA. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

No Nama

Variabel

Jumlah Indikator

Kategori Alat Ukur Skala Ukur 1 Pasien Stroke 2 1. Hemoragik

2. Iskemik

Kuesioner Nominal

3.9. Metode Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


(62)

1. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entry data.

3. Entry data, setelah proses coding dilakukan pemasukan data ke komputer.

4. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk

5. Analisa data, diperoleh dengan beberapa uji statistik dengan menggunakan bantuan program komputer.

Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Analisa univariat

Tujuan analisis ini untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen.

2. Analisa bivariat

Tujuan analisis ini untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen yang diduga kuat mempunyai hubungan bermakna dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square.

3. Analisa multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel independen mana yang paling dominan dalam memengaruhi variabel dependen. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji statistik regresi logistik ganda.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh beralamat di Jl. Tgk.H. M. Daud Beureueh No. 108 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m² dengan luas bangunan 174.728 m². Tanggal 22 Februari 1979 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 51/Menkes/SK/II/1979 ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C. Dengan hadirnya Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh maka terjadilah perubahan, perkembangan dan peningkatan RSUZA Banda Aceh menjadi rumah sakit kelas B pendidikan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 233/Menkes/SK/IV/1983 tanggal 11 Juni 1983, dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 153/Menkes/SK/II/1998 tentang persetujuan rumah sakit umum daerah yang digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan dokter spesialis.

Visi RSU Dr. Zainoel Abidin adalah “Terwujudnya rumah sakit umum Dr. Zainoel Abidin sebagai rumah sakit pusat rujukan dan rumah sakit pendidikan bertaraf nasional pada tahun 2010”. Adapun yang menjadi Misi RSU Dr. Zainoel Abidin adalah : (1) Memberi pelayanan kesehatan yang paripurna, (2) Memberi pelayanan yang bermutu, (3) Memberikan pelayanan yang terjangkau oleh masyarakat, (4) Menyediakan tempat pendidikan, pelatihan dan penelitian serta


(64)

pengembangan ilmu kedokteran klinis, keperawatan dan kesehatan lainnya, (5) Menyediakan SDM, sarana dan prasarana yang menunjang pelayanan rujukan.

Fungsi dari RSU Dr. Zainoel Abidin adalah sebagai berikut : (1) menyelenggarakan pelayanan medis, (2) menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis, (3) melakukan asuhan keperawatan, (4) menyelenggarakan pelayanan rujukan, (5) menyelenggarakan pendidikan dan latihan, (6) menyelenggarakan penelitian dan pengembangan, dan (7) menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. (Profil RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, 2007).

Jenis pelayanan yang diberikan RSU Dr. Zainoel Abidin meliputi : (1) Rawat jalan (2) Rawat inap (3) Pelayanan intensif (4) Pelayanan Gawat Darurat (5) Farmasi (6) Radiologi (7) Laboratorium (8) Patologi Anatomi (9) Gizi (10) dan pelayanan pendukung lainnya. (Profil RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, 2007)

4.6Karakteristik Responden.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel atau responden adalah pasien yang telah di diagnosis oleh dokter dan dinyatakan mengalami penyakit stroke. Adapun karakteristik responden yang diperoleh adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 68,4% dan responden dengan jenis kelamin perempuan hanya sebesar 31,6%. Sedangkan jika dilihat dari faktor umur, maka responden dalam penelitian ini lebih banyak yang berumur diatas 60 tahun


(65)

yaitu sebesar 50,9% bila dibandingkan dengan responden yang berumur dibawah 50 tahun (14,0%) dan antara 50 - 60 tahun (35,1%).

Begitu juga dengan pekerjaan responden, dalam penelitian ini diketahui bahwa dari 57 pasien yang dijadikan responden/sampel diketahui bahwa sebesar 29,9% tidak bekerja, 26,3% pekerja swasta, 17,5% masing-masing responden mempunyai pekerjaan sebagai PNS dan pensiunan serta responden yang pekerjaannya tani hanya sebesar 8,8%, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Pekerjaan

Total

No. Karakteristik Responden

N %

1. Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan 39 18 68,4 31,6

Jumlah 57 100,0

2. Umur

1. Dibawah 50 tahun 2. 50 – 60 tahun 3. Diatas 60 tahun

8 20 29 14,0 35,1 50,9

Jumlah 57 100,0

3. Pekerjaan 1. Tidak bekerja 2. Pensiunan 3. PNS 4. Swasta 5. Tani 17 10 10 15 5 29,9 17,5 17,5 26,3 8,8


(1)

MEROKOK * DIAGNOSA

Crosstab

12 10 22

54.5% 45.5% 100.0%

3 12 15

20.0% 80.0% 100.0%

5 15 20

25.0% 75.0% 100.0%

20 37 57

35.1% 64.9% 100.0% Count

% within MEROKOK Count

% within MEROKOK Count

% within MEROKOK Count

% within MEROKOK PEROKOK BERAT

PEROKOK SEDANG PEROKOK RINGAN MEROKOK

Total

STROKE HEMORAGIK

STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Total

Chi-Square Tests

6.050a 2 .049

6.049 2 .049

4.081 1 .043

57 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.26.

a.

HASIL ANALISIS MULTIVARIATE

Logistic Regression

Case Processing Summary

57 100.0

0 .0

57 100.0

0 .0

57 100.0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


(2)

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

STROKE HEMORAGIK STROKE ISKEMIK

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 20 .0

0 37 100.0

64.9 Observed

STROKE HEMORAGIK STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Overall Percentage Step 0

STROKE HEMORAGIK

STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

.615 .278 4.913 1 .027 1.850

Constant Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

8.820 1 .003

4.630 1 .031

4.154 1 .042

11.374 3 .010

KT_POLA_MAKAN KT_OLAH_RAGA KT_MEROKOK Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.


(3)

Omnibus Tests of Model Coefficients

13.185 3 .004

13.185 3 .004

13.185 3 .004

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

60.686a .207 .284

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. a.

Hosmer and Lemeshow Test

5.450 7 .605

Step 1

Chi-square df Sig.

Classification Tablea

9 11 45.0

5 32 86.5

71.9 Observed

STROKE HEMORAGIK STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Overall Percentage Step 1

STROKE HEMORAGIK

STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

1.142 .575 3.950 1 .047 3.132 1.016 9.659

.366 .539 .460 1 .497 1.442 .501 4.150

.634 .378 2.814 1 .093 1.884 .899 3.950

-3.030 1.222 6.148 1 .013 .048 KT_POLA_MAKAN

KT_OLAH_RAGA KT_MEROKOK Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: KT_POLA_MAKAN, KT_OLAH_RAGA, KT_MEROKOK. a.


(4)

LANGKAH ke2

Logistic Regression

Case Processing Summary

57 100.0

0 .0

57 100.0

0 .0

57 100.0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

STROKE HEMORAGIK STROKE ISKEMIK

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 20 .0

0 37 100.0

64.9 Observed

STROKE HEMORAGIK STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Overall Percentage Step 0

STROKE HEMORAGIK

STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

.615 .278 4.913 1 .027 1.850

Constant Step 0


(5)

Variables not in the Equation

8.820 1 .003

8.820 1 .003

KT_POLA_MAKAN Variables

Overall Statistics Step 0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

9.789 1 .002

9.789 1 .002

9.789 1 .002

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

64.081a .158 .217

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. a.

Hosmer and Lemeshow Test

.030 1 .862

Step 1

Chi-square df Sig.

Classification Tablea

14 6 70.0

11 26 70.3

70.2 Observed

STROKE HEMORAGIK STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Overall Percentage Step 1

STROKE HEMORAGIK

STROKE ISKEMIK DIAGNOSA

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.


(6)

Variables in the Equation

1.328 .479 7.688 1 .006 3.773 1.476 9.647 -1.551 .784 3.917 1 .048 .212

KT_POLA_MAKAN Constant

Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: KT_POLA_MAKAN. a.