72 dipahami dengan proses yang lebih sulit dibandingkan dengan
jenjang kognitif sebelumnya. KKO yang digunakan, Membedakan, memisahkan,
mengilustrasikan, mengkritisi,
menginventarisir, menelaah, membagankan, mengkorelasikan, dan menyimpulkan.
5. Sintesis Sintesis C5. Martinis Yamin 2007.a: 34 mengatakan
“sintenis adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan
berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh,” sedangkan untuk KKO, berupa
kata merumuskan, merangkum, menciptakan, mengorganisasikan, membentuk, mengkombinasikan, memadukan, mengembangkan,
menggeneralisasikan, dan merevisi.
6. Evaluasi Evaluasi jenjang tertinggi C6. Moh. Uzer Usman 2008 : 35
mengatakan “evaluasi mengacu kepada kemampuan memberikan
pertimbangan terhadap nilai- nilai materi untuk tujuan tertentu.”
KKO yang
dapat membuat
argumentasi, mengoreksi,
membandingkan, memproyeksikan,
menyimpulkan mempertentangkan, membenarkan, dan mengevaluasi.
7. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Tanpa mengecilkan niat dari instansi lain maka Dinas pendidikan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sekolah . Satuan pendidikan
73 senantiasa mengacu proses pembelajaran satuan pendidikan. Maka
pembelajaran merupakan proses kompleks yang melibatkan unsur, seperti, Guru, kurikulum, siswa, fasilitas atau sarana, dan
lingkungan. Tujuan proses pembelajaran adalah meningkatkan hasil karena hasil
belajar diakui Pupuh Fathurrohman dari Sobri Sutikno 2007 : 115 yang menyatakan bahwa “keberhasilan belajar bukanlah yang berdiri
sendiri, melainkan banyak dipengaruhi oleh faktor –faktor lainnya.
Berbagai faktor dimaksud di antaranya adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, dan evaluasi.
”Hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Salah satu yang diduga mempengaruhi
kualitas pengajaran adalah guru. Dari variabel guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pengajaran. Adalah kompetensi
profesional yang dimilikinya. Artinya kemampuan dasar yang dimiliki guru dibidang kognitif intelektual, seperti penguasaan
bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya dan bidang perilaku, seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa,
dan lain –lain.”
2.1.7 Motivasi Berprestasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan energi seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan
74 suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
motivasi intrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik. Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu
yang dihadapi. Menurut Robbins 2001:166 menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi
untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Pengertian prestasi
menurut Murray
dalam J.
Winardi, 2004:”...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,
memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia atau ide- ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan
seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak
lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil”
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks
belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja prestasi seseorang. Dalam konteks studi
psikologi, Abin Syamsuddin Makmun 2003 mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator,
75 diantaranya: 1 durasi kegiatan; 2 frekuensi kegiatan; 3 persistensi
pada kegiatan; 4 ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; 5 devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan; 6 tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; 7 tingkat kualifikasi prestasi atau produk out put yang
dicapai dari kegiatan yang dilakukan; 8 arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Dibawah ini, kita akan membahas beberapa macam teori berprestasi.
2.1.7.1 Teori Motivasi Beprestasi dari McClelland
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement N.Ach yang menyatakan bahwa motivasi
berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi
obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku.
Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak
lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Need menurut McClelland dibagi atas tiga:
76
a Need For achievement. Ada beberapa orang yang memiliki dorongan
yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi pribadi daripada imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk melakukan
sesuatu lebih baik dan lebih efisien jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya.
Ciri-ciri:
Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif.
Mencari feedback tentang perbuatannya.
Memilih resiko yang sedang di dalam perbuatannya.
Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya.
b Need for affiliation. Kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam
kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini akan mengarahkan tingkah laku individu untuk melakukan hubungan yang
akrab dengan orang lain. Orang-orang dengan need affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan.
Ciri-ciri:
Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya daripada segi tugas-tugas yang ada dalam pekerjaan
tersebut.
Melakukan pekerjaannya lebih efektif apbila bekerjasama dengan orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif.
Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
77
Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
Selalu berusaha menghindari konflik.
c. Need for power. Adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan
orang lain, intuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.
Ciri-ciri:
Menyukai pekerjaan dimana mereka menjadi pimpinan.
Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi dimanapun dia berada.
Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise.
Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organiasi.
2.2
Penelitian Yang Relevan
Untuk membandingkan hasil penelitian penulis dengan peneliti terdahulu maka dibawah ini penulis uraikan penelitian yang relevan, sebagai berikut:
1. Hasil penelitian Hadiwinarto 2006. Menyimpulkan “prestasi belajar
anak hiperaktif dapat ditingkatkan melalui perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan sistem paket” dengan
demikian pendekatan terpadu bukan saja dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara umum tetapi anakpun dapat meningkatkan hasil
belajar jika menggunakan pendekatan terpadu.
78 2. Nuruddin Hidayat 2009 melakukan penelitian pengembangan model
connected untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Madrasah Tsanawiyah Kota
Yogyakart a menyimpulkan “model connected dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA.
3. Geis Bin Abad 2007 Melakukan penelitian eksperimen stategi pembelajaran integrated terhasil belajar kognitif pendidikan Agama
Islam, hasilnya menyatakan bahwa siswa yang belajara dengan starategi pembelajaran Integrated lebih baik hasilnya dibandingkan
dengan cara parsial.
2.3 Kerangka pikir
Berdasarakan kajian teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan terdahulu, dapat diuraikan kerangka berpikir penelitian yang mencerminkan
keterkaitan antar variabel. Ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Metode pembelajaran
kooperatif Tipe STAD
Motivasi tinggi
Motivasi rendah
Tipe PBI Motivasi
tinggi Motivasi
rendah Hasil Belajar
79 IPS yang diajar dengan metode koopertif tipe STAD Student Team Achievement
Division dan kooperatif tipe PBI Problem Based Intruction. Hasil belajar siswa dipengaruhi faktor internal yaitu berasal dari dalam diri siswa serta faktor
eksternal dari luar diri siswa. Faktor eksternal merupakan aspek yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar sekolah dan dalam
sekolah dan faktor guru.
Guru menempati posisi paling strategis karena guru merupakan subjek yang berinteraksi langsung dengan siswa, Akan tetapi guru sebagai subjek juga tidak
berdiri sendiri melainkan dipengaruhi oleh variabel lain, seperti pendekatan atau model, strategis, metode, dan media pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan uraian ditegaskan model pembelajaran merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran adalah model
pembelajaran sosial, jarak jauh, orang dewasa yang difokuskan pada tinjauan kurikulum berdasarkan metode koopertif tipe STAD Student Team Achievement
Division dan kooperatif tipe PBI Problem Based Intruction.
2.4 Anggapan Dasar Hipotesis
Peneliti memiliki anggapan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu: a. Seluruh siswa kelas VIII SMP tahun pelajaran 20122013 yang
menjadi subyek penelitian mempunyai kemampuan akademis yang relative sama dalam mata pelajaran IPS