3. menampung tenaga kerja;
4. meningkatnya kondisi sosial ekonomi, kesehatan, dan budaya masyarakat
yang bermukim di lingkar tambang. Oleh karena itu, kontrak karya yang dibuat dalam investasi pertambangan
umum harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat memberi perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi pihak
yang berkepentingan baik kepada para pihak yang berkontrak, pemerintah, maupun masyarakat dalam rangka memberi nilai tambah secara nyata bagi
perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.
13
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka penulis membuat suatu batasan perumusan masalah dalam penelitian ini,
yaitu: 1.
Bagaimana pengaturan kegiatan usaha pertambangan umum di Indonesia?
2. Bagaimana prosedur terjadinya kontrak karya?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam bidang pertambangan umum?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
13
Menimbang huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembahasan skripsi penulis yang berjudul “Aspek Hukum Kontrak Karya dalam Investasi Pertambangan Umum”,
yaitu: 1.
Untuk mengetahui pengaturan kegiatan usaha pertambangan umum di Indonesia.
2. Untuk mengetahui konsep teoritis terjadinya kontrak karya.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa dalam bidang pertambangan
umum.
2. Manfaat Penulisan 1.1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat akademis dari penelitian ini adalah memperkaya serta menambah wawasan ilmiah dalam khasanah ilmu hukum khususnya hukum
investasi dalam pertambangan umum. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian baru dalam bidang hukum investasi sehingga ilmu
hukum investasi semakin berkembang dari masa ke masa.
1.2. Manfaat Praktis
Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat terhadap investor asing yang ingin
menanamkan modalnya di Indonesia. 2.
Hasil penulisan ini dapat bermanfaat terhadap investor asing maupun investor dalam negeri yang ingin melakukan kerjasama dalam pengusahaan
mineral.
Universitas Sumatera Utara
3. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat terhadap akademisi dan masyarakat
untuk lebih mengerti dan memahami akan kontrak karya dalam investasi pertambangan umum.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelusuran dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
skripsi dengan judul “ASPEK HUKUM KONTRAK KARYA DALAM INVESTASI PERTAMBANGAN UMUM” belum pernah ditulis sebelumnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah asli dari hasil tulisan penulis. Penulis menyusun skripsi ini melalui referensi buku-buku dan informasi
dari media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan terutama secara ilmiah ataupun secara
akademik.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pertambangan Umum
Meskipun pertambangan umum merupakan istilah yang sudah sering digunakan dalam bidang pertambangan, namun pengertian pertambangan umum
belum dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Universitas Sumatera Utara
Defenisi pertambangan umum yang sebagaimana diuraikan oleh H. Salim HS. adalah pertambangan bahan galian di luar minyak dan gas bumi yang
digolongkan menjadi lima golongan, yaitu:
14
a. pertambangan mineral radioaktif;
b. pertambangan mineral logam;
c. pertambangan mineral nonlogam;
d. pertambangan batubara, gambut, dan bitumen padat;
e. pertambangan panas bumi.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum, pertambangan umum adalah
pertambangan bahan galian selain minyak bumi, gas bumi, dan radioaktif.
15
Sedangkan, dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pertambangan Umum, pertambangan umum diartikan sebagai pertambangan bahan galian di luar
minyak dan gas bumi.
16
2. Kontrak Karya
Kontrak contract, contracten disebut juga perjanjian. Namun menurut Subekti, pengertian kontrak lebih sempit dari perjanjian karena kontrak
mensyaratkan bentuknya selalu tertulis, sedangkan perjanjian bentuknya selain tertulis dapat dilakukan secara lisan. Oleh karena itu, hukum kontrak merupakan
spesies dari hukum perjanjian.
17
Dalam Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
14
H. Salim HS., Op.cit., hal. 10.
15
Pasal 1 huruf d Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum
16
Rancangan Undang-Undang tentang Pertambangan Umum.
17
Abrar Saleng, Op.cit., hal. 145.
Universitas Sumatera Utara
Mineral Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka
Penanaman Modal asing, kontrak karya adalah perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam rangka
penanaman modal asing untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi, gas alam, panas bumi, radio aktif, dan batubara.
18
Dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1409.K201M.PE1996 tentang Tata Cara Pengajuan Pemrosesan Pemberian
Kuasa Pertambangan, Izin Prinsip, Kontrak Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara telah ditentukan pengertian kontrak karya.
Kontrak karya adalah suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dan nasional dalam
rangka PMA untuk pengusahaan mineral dengan berpedoman kepada Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing serta Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan.
19
Defenisi lain kontrak karya menurut Abrar Saleng adalah kontrak antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Perusahaan Penanaman Modal Asing
berbentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang memuat persyaratan teknis, finansial, dan persyaratan lain untuk melakukan usaha
18
Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian karya Pengusahaan
Pertambangan Batu Bara dalam Rangka Penanaman Modal asing.
19
Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1409.K201M.PE1996 tentang Tata Cara Pengajuan Pemrosesan Pemberian Kuasa
Pertambangan, Izin Prinsip, Kontrak Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara telah ditentukan pengertian kontrak karya
.
Universitas Sumatera Utara
pertambangan bahan galian di Indonesia, kecuali minyak dan gas bumi, batubara dan uranium.
20
3. Penyelesaian Sengketa
Istilah penyelesaian sengketa berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu dispute resolution. Richard L. Abel mengartikan sengketa dispute adalah sebagai
pernyataan publik mengenai tuntutan yang tidak selaras inconsistent claim terhadap sesuatu yang bernilai.
21
Defenisi lain dikemukakan oleh Nader dan Todd sebagai keadaan di mana konflik tersebut dinyatakan di muka atau dengan melibatkan pihak ketiga.
Selanjutnya mereka mengemukakan istilah prakonflik dan konflik. Prakonflik adalah keadaan yang mendasari rasa tidak puas seseorang. Konflik itu sendiri
adalah keadaan di mana para pihak menyadari atau mengetahui tentang adanya perasaan tidak puas tersebut.
22
Steven Rosenberg mengartikan konflik sebagai perilaku bersaing antara dua orang atau kelompok. Konflik terjadi ketika dua orang atau lebih berlomba
untuk mencapai tujuan yang sama atau memperoleh sumber yang jumlahnya terbatas.
23
F. Metode Penelitian
20
Abrar Saleng, Op.cit., hal. 146.
21
M. Lawrence Friedman, American Law Introduction, Jakarta: Tata Nusa, 2001, diterjemahkan oleh Wisnu Basuki, tanpa halaman.
22
Valerie J.L. Kriekhoff, Mediasi Tinjauan dari Segi Antropologi Hukum, Jakarta: Yayasan Obor, 2001, tanpa halaman.
23
H. Salim HS., Op.cit., hal. 375.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan yang bersifat normatif, yaitu penelitian yang menggunakan data sekunder. Data sekunder
tersebut meliputi : 1.
Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif
24
. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk meneliti hukum dalam
pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa
dikaitkan dengan masyarakat.
25
2. Bahan Hukum
Langkah pertama dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu
inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kontrak karya dalam pertambangan umum. Penelitian ini bertujuan menemukan landasan
hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum pertambangan.
Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari :
26
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang isinya
mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat. Dalam penelitian ini antara lain, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 4 Tahun
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1986, hal. 9-10.
25
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, “Metode Penelitian dan Penulisan Hukum” sebagai bahan ajar, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009, hal. 54.
26
Soerjono Soekanto, Op.cit. , hal. 51-52.
Universitas Sumatera Utara
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
, Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 4 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Pertambangan Umum, Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman
Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal asing,
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1409.K201M.PE1996 tentang Tata Cara Pengajuan Pemrosesan
Pemberian Kuasa Pertambangan, Izin Prinsip, Kontrak Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara;
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang isinya menjelaskan
mengenai bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat para sarjana, makalah, artikel dari surat
kabar, majalah, internet, dan data-data lain yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini;
c. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang, yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer danatau bahan hukum sekunder yakni, kamus hukum
dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3.
Teknik Pengumpulan data
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi kepustakaan library
research yang merupakan pengumpulan data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber bacaan berupa buku-buku, peraturan perundang-
undangan, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, dan bahan bacaan lain yang terkait dengan penulisan skripsi ini untuk digunakan sebagai
dasar ilmiah dalam pembahasan materi. 4.
Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif,
yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah
yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi.
27
Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu
yang utuh.
G. Sistematika Penulisan