BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
1
Hegel di dalam thesisnya
membagi Negara hukum ke dalam dua bentuk, yaitu : Negara hukum dalam arti sempit, dan Negara hukum dalam arti formal. Yang menarik dari
pendapat Hegel
tersebut adalah pengertian dari Negara hukum dalam arti formil, yaitu Negara boleh ikut campur tangan dalam urusan kemakmuran
rakyatnya, akan tetapi dibatasi dengan Undang-Undang, agar supaya Negara tidak berbuat sewenang-wenang.
2
Ciri-ciri khas Negara hukum itu sendiri adalah :
3
a. “Pengakuan dan perlindungan hak-hak azasi manusia yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial,
ekonomi dan kebudayaan; b. Peradilan yang bebas dari tidak memihak serta tidak
dipengaruhi oleh suatu kekuasaan atau kekuatan apapun juga; c. Legalitas dalam arti segala bentuknya”.
Hal yang sama mendasari sifat Negara hukum yang dianut oleh Negara Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan di dalam Undang-Undang Dasar
1945, dimana di dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 terdapat indikasi terhadap Negara hukum. Pada Pembukaan UUD 1945 dijelaskan
1
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum FH UI dan CV. Sinar Bakti, Jakarta, 1988, hlm. 153
2
Ibid., hlm. 158
3
ibid., hlm. 162
Universitas Sumatera Utara
mengenai tujuan Negara Indonesia, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Tujuan dan arah Pembangunan Nasional Indonesia tertuang kembali dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN Tahun 2004-2009 yang menetapkan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009 adalah
sebagai berikut: 1.
Terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun, dan damai.
2. Terwujudnya kehidupan bangsa, dan negara yang menjunjung
tinggi hukum, kesetaraan, dan Hak Asasi Manusia, serta; 3.
Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta
memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan Visi Pembangunan Nasional tersebut ditetapkanlah Misi Pembangunan Nasional tahun 2004-2009, yaitu:
1. Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai 2. Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis
3. Mewujudkan Indonesia yang sejahtera Ini membuktikan bahwa pemerintah Indonesia memberi perhatian yang
sangat besar untuk menciptakan suatu Negara hukum yang ideal, dimana Negara ikut campur di dalam usahanya menciptakan kemakmuran bagi
warga negaranya. Apabila kita melihat kembali ke dalam Batang Tubuh
Universitas Sumatera Utara
UUD 1945 banyak pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan Negara hukum tersebut, salah satunya terdapat di dalam
Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, yang berbunyi : 2 “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara 3 Bumi dan Air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak sangat perlu diatur dan dimonopoli
oleh Negara. Hal ini disebabkan, bahwa Negara Indonesia menghendaki adanya kesejahteraan dalam masyarakat, bukan kesejahteraan secara
individu. Oleh sebab itu, Negara mempunyai hak lebih untuk menguasai dan mengatur seluas-luasnya untuk kepentingan masyarakat. Bumi dan air yang
dimaksudkan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 tersebut menggambarkan mengenai kekayaan alam yang terkandung di dalam tanah Negara, maupun
tanah itu sendiri. Pemerintah sebagai agen atau organisasi pekerja Negara, memiliki
peranan untuk menguasai bukan memiliki kekayaan alam tersebut, sepanjang kekayaan alam tersebut dipergunakan seluas-luasnya demi
kepentingan hajat hidup orang banyak. Fungsi dari kekayaan alam itu sendiri adalah sebagai alat atau sarana bagi suatu organisasi Pemerintah
untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Dalam hal ini, pemerintah perlu melakukan pengawasan dan pengaturan
yang ketat mengenai kekayaan alam tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memaksimalkan pemberdayaan kekayaan alam yang dikuasai Negara tersebut, yang berupa kekayaan alam yang dapat dipergunakan
bagi kepentingan hajat hidup orang banyak, maka Pemerintah menyadari perlu membentuk suatu Badan Usaha Milik Negara BUMN yang
mempunyai spesialisasi di setiap bidang usaha masing-masing. Semua Badan Usaha Milik Negara tersebut berkewajiban untuk mengusahakan
setiap kekayaan alam yang dimandatkan kepada mereka, misalnya: Pertamina, berkewajiban untuk mengelola aset atau kekayaan Negara
berbentuk gas dan minyak bumi yang terdapat di bawah tanah. Pertamina diwajibkan memaksimalkan pengelolaan atas kekayaan alam tersebut untuk
kepentingan hajat hidup orang banyak. Selain kekayaan alam yang berada di bawah tanah yang telah
disebutkan di atas, maka terdapat juga kekayaan alam yang juga dimandatkan kepada Pemerintah untuk dipergunakan sebaik-baiknya demi
kepentingan hajat hidup orang banyak salah satunya adalah tanah. Bagi bangsa Indonesia, tanah mempunyai pengaruh besar di dalam kehidupan
bermasyarakat, diantaranya dipergunakan untuk prasarana permukiman, prasarana jalan dan jembatan, prasarana pendukung di bidang ekonomi,
pendidikan, peribadatan, rekreasi, serta keperluan lainnya. Atas dasar ketentuan pada Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, mendasari
Pasal 1 ayat 2 UUPA, dinyatakan bahwa seluruh bumi, air dan ruang angkasa yang terkandung di dalam wilyah Republik Indonesia merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi kekayaan nasional. Dalam
Universitas Sumatera Utara
Pasal 2 UUPA disebutkan, bahwa tanah pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
Pengertian tanah negara dalam arti sempit menurut Boedi Harsono
adalah :
4
“Tanah yang dikuasai oleh departemen-departemen dan lembaga- lembaga pemerintah non departemen lainnya dengan hak pakai dan
hak pengelolaan, yang merupakan aset atau bagian kekayaan negara yang penguasaannya ada pada menteri keuangan”.
Hal ini berarti bahwa setiap Badan Usaha Milik Negara juga memiliki bagian di dalam penguasaan tanah negara tersebut. Penguasaan atas
tanah tersebut diberikan oleh Negara untuk memaksimalkan kinerja dari setiap BUMN yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.
Akan tetapi, banyak juga BUMN yang tidak dapat memaksimalkan aset tanah yang dimilki tersebut. Hal ini dikarenakan minimnya sumber daya
modal yang dimilki oleh BUMN yang bersangkutan. Agar dapat memaksimalkan pemberdayaan dari aset tanah negara tersebut kepada
masyarakat, maka berdasarkan hak menguasai yang dimiliki oleh negara, pemerintah dapat memberikan atau mengalihkan hak-hak atas tanah negara
tersebut kepada seseorang, beberapa orang secara bersama-sama atau suatu badan hukum untuk diberdayakan bagi kepentingan masyarakat
banyak. Pemberian hak itu berarti pemberian wewenang untuk mempergunakan tanah dalam batas-batas yang diatur dalam perundang-
undangan. Dalam hal ini, Hak menguasai yang dimiliki oleh negara tidak
4
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia-Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hlm. 275
Universitas Sumatera Utara
dapat dipindahkan kepada pihak lain, melainkan hanya diberikan dengan suatu hak atas tanah negara kepada kepada pihak lain.
Pemberian hak atas tanah negara kepada seseorang atau badan hukum, bukan berarti melepaskan hak menguasai tersebut dari tanah yang
bersangkutan. Tanah tersebut tetap berada di dalam penguasaan Negara. Negara tidak melepaskan kewenangannya terhadap tanah yang
bersangkutan. Pengalihan atas tanah negara yang dimilki oleh sebuah BUMN dapat
dilakukan melalui perjanjian. Dalam hal ini, penulis mengambil bahan kajian pengalihan tanah negara yang dimiliki oleh sebuah BUMN, dalam hal ini
BULOG, melalui perjanjian tukar guling yang dilakukan dengan PT. Goro Batara Sakti. Dari pihak BULOG sendiri bersedia menukar lahan yang
diperuntukkan bagi BULOG dengan luas sekitar kurang lebih 50 Ha yang terdapat di kawasan Kelapa Gading, dengan tanah pengganti seluas kurang
lebih 125 Ha yang dimilki oleh PT. Goro Batara Sakti. Akan tetapi di dalam pelaksanaan perjanjian tukar guling tersebut telah terjadi penyimpangan-
penyimpangan, diantaranya : bahwa tanah yang ditukar guling tersebut tidak dipergunakan seluas-luasnya bagi kepentingan masyarakat, melainkan
untuk kepentingan individu dan negara malah mengalami kerugian sebesar Rp. 95.407.486.000
5
5
Varia Peradilan, “Tindak Pidana Korupsi Kasus Ruislaght Tanah dan Gudang BULOG”, No. 183 Desember 2000, hlm. 8
setelah perjanjian tukar guling ini dilaksanakan. Kerugian yang dialami oleh negara disebabkan proses tukar menukar
ruilslag tanah tersebut pada awalnya memang telah bertentangan dengan
Universitas Sumatera Utara
ketentuan ruilslag yang telah ditetapkan sebelumnya dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 350KMK031994. Ketentuan ruilslag yang telah
dilanggar adalah proses ruilslag itu sendiri, yaitu adanya campur tangan Presiden dalam pengambil alihan aset Bulog oleh PT. Goro Batara Sakti;
proses ruilslag tidak dijalankan melalui proses tender; aset yang hendak dilepas oleh Bulog telah dipergunakan terlebih dahulu oleh PT. Goro Batara
Sakti; dan adanya uang Bulog yang dipakai untuk membeli tanah aset pengganti yang seharusnya disediakan oleh PT. Goro Batara Sakti.
Oleh karena itu, pemerintah melalui putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2 KPid2000 membatalkan perjanjian tukar guling
antara BULOG dan PT. Goro Batara Sakti, karena akibat dari perjanjian tukar guling tersebut negara telah dirugikan, dan para pihak baik BULOG
dalam hal ini terdakwa Beddu Amang maupun PT. Goro Batara Sakti dalam hal ini terdakwa Ricardo Galael dan Tomi Soeharto telah terbukti
dinyatakan melakukan tindak pidana korupsi. Didasarkan hal-hal yang diuraikan tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
Pengalihan Hak Milik Atas Kekayaan Negara Melalui Perjanjian Tukar Guling
RUILSLAG Antara BULOG dan PT. Goro Batara Sakti
Dihubungkan Dengan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi No. 20 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
B. Identifikasi Masalah