2.2.2 Tenaga Kerja Indonesia
Tenaga Kerja Indonesia disingkat TKI adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia, Timor-Leste dan Papua Nugini
dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu biasanya dalam kurun waktu 2 tahun dengan menerima upah. Upah yang mereka terima dalam bentuk mata uang dimana
mereka bekerja yang kemudian di transferkan dalam bentuk rupiah pada saat masuk kedalam negeri. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja
kasar atau buruh padahal yang mereka kerjakan adalah hal yang halal daripada mereka yang menjadi perampok.
Sedangkan untuk TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita TKW. Kebanyakan para TKW dipekerjakan di sektor informal sebagai pembantu
rumah tangga. Banyaknya TKW menjadi pembantu rumah tangga dikarenakan hal tersebut merupakan keahlian bagi kaum wanita. TKW ini yang sering kali mendapat
perlakuan yang tidak wajar dan tidak manusiawi oleh majikan mereka dinegara tempat mereka bekerja. Padahal TKI merupakan salah satu jalan yang diambil pemerintah
untuk mengatasi masalah pengangguran yang ada, tetapi malah menimbulkan masalah baru bagi pemerintah itu sendiri.
Sampai saat ini belum ada jawaban yang tepat untuk mengatasi kekerasan yang di alami TKW yang sering kali sampai mengakibatkan kematian. Seharusnya
pemerintah telah membuat suatu solusi dari permasalahan ini. Mengapa selalu tenaga kerja dari Indonesia yang sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Padahal
bukan hanya dari Indonesia tenaga kerja tersebut ada dari beberapa negara-negara
tetangga juga. Tetapi hal seperti itu tidak pernah terdengar sampai menimpah mereka. Adakah yang salah dari hal perekrutan mereka sehingga menjadi masalah yang baru.
Ada dua faktor yang menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan dengan melakukan pengiriman TKI keluar negeri:
1. Semakin kompleksnya masalah kependudukan yang terjadi di dalam negeri dengan
berbagai implikasi sosial-ekonominya yang terjadi, seperti masalah pengangguran, menyebabkan harus ditempuh langkah-langkah yang inovatif untuk berusaha
mengurangi tekanan tersebut sehingga kemiskinan tidak semakin berkembang. 2.
Terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas di negara-negara yang relative kaya dan baru berkembang yang dapat menyerap tenaga kerja Indonesia dalam jumlah
yang cukup besar. Oleh sebab itu, pemerintah sangat mendukung kegiatan ini karena dapat mengurangi
masalah-masalah yang telah disebutkan di atas dalam hal pengangguran dan pengurangan jumlah penduduk miskin.
TKI sering disebut-sebut sebagai pahlawan devisa karena dalam setahun bisa menghasilkan devisa 60 trilyun rupiah 2006, tetapi dalam kenyataannya malah banyak
masalah yang dihadapi TKI ini. Dimana balas jasa pemerintah kepada TKI karena merupakan penyumbang terbesar devisa.
Pada 9 Maret 2007 kegiatan operasional di bidang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri dialihkan menjadi tanggung jawab Badan Nasional
Penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BNP2TKI untuk nasional sedangkan untuk daerah dinamakan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia BP3TKI. Sebelumnya seluruh kegiatan operasional di bidang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri dilaksanakan oleh
Ditjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri PPTKLN Depnakertrans.
Sejak 2007, BNP2TKI telah melakukan pelayanan penempatan TKI yang dilaksanakan pemerintah, Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
PPTKIS, TKI mandiri dan penempatan perusahaan sendiri. Perjalanan sejarah penempatan TKI menjadi alasan pembenaran bahkan apa yang biasanya dilakukan di
masa lalu, itulah yang paling benar. Diera global ini, penempatan dan perlindungan TKI paling tidak harus
berpedoman kepada 2 dua undang-undang yaitu Undang Undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor: 39 Tahun 2004 beserta
peraturan pelaksanaannya. Apabila kedua undang-undang dan peraturan pelaksanaannya dipahami dengan benar, niscaya, siapapun atau lembaga manapun tidak akan terjebak ke
masalah kewenangan. Karena, siapapun sebagai pemangku kewenangan, bukanlah menjadi ukuran utama, namun siapa yang mengambil peran yang paling besar dalam
menjamin hak-hak TKI. Atas dasar itulah Pemerintah Republik Indonesia merasa perlu membentuk
BNP2TKI yang khusus menangani pasar kerja luar negeri. Dengan demikian Undang Undang Nomor: 39 Tahun 2004, Pasal 95 ayat 1, secara tegas menyebutkan bahwa
BNP2TKI mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi, lebih lanjut ayat
2 BNP2TKI bertugas: a. Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah dengan
pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum di negara tujuan penempatan sebagaimana Pasal 11 ayat 1,
b. Memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan mengenai: 1 Dokumen;
2 Pembekalan Akhir Pemberangkatan PAP; 3 Penyelesaian masalah;
4 Sumber sumber pembiayaan; 5 Pemberangkatan sampai pemulangan;
6 Peningkatan kualitas calon TKI; 7 Informasi;
8 Kualitas pelaksanaan penempatan TKI; dan 9 Peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya.
Berdasarkan penjelasan undang-undang yang telah disebutkan di atas maka sebenarnya TKI tersebut telah mendapat berbagai pelayanan dan juga perlindungan dari
pemerintah. Jika dilihat dari izin keberangkatannya TKI dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu TKI yang legal dan TKI yang illegal. Perbedaaan dari kedua jenis TKI ini adalah
hanya pada perizinannya, dimana TKI illegal tidak mendapatkan izin secara resmi dari pemerintah. TKI yang seperi ini yang sering mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan di tempat mereka bekerja. Mereka yang menjadi TKI secara illegal sebenarnya tidak mengetahui bahwa
mereka adalah TKI yang tidak resmi dikarenakan semua yang berkaitan dengan perekrutan sebagai TKI di pegang oleh Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia
PJTKI dahulu sekarang telah berganti nama menjadi Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta PPTKIS. Karena peran pemerintah hanya sebagai pemberi
izin saja tidak mengurusi dalam hal perekrutan TKI. Jadi segala jenis yang dibutuhkan
sebagai TKI seperti ketrampilan dan juga kursus bahasa merupakan tanggung jawab PPTKIS.
Setelah PPTKIS melakukan perekrutan sampai pembuatan kursus yang di perlukan maka PPTKIS baru memberikan nama-nama yang menjadi TKI beserta
dokumen yang diperlukan dalam hal pembuatan izin dan juga surat resmi pernyataan dari negara yang menjadi tujuan bekerja bahwa mereka membutuhkan tenaga kerja
kepada BP3TKI. Barulah BP3TKI membuat izin sehingga calon TKI menjadi legal dimata hukum.
Oleh karenanya, jika PJTKIS tersebut tidak benar maka para TKI yang akan menjadi korban dari hal tersebut. Bisa saja TKI menjadi TKI illegal karenanya dan
mendapatkan perlakuan yang tidak wajar di tempat kerja mereka. Sehingga perlu peranan pemerintah dalam hal penertiban PJTKIS yang benar-benar legal dan berbadan
hukum.
2.3 Pengertian Remiten