Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi Mekanisme Kerja dan Toksisitas

9 sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeabel terhadap cairan dan plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis H-1. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2. Reseptor H3 adalah reseptor histamin yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak dan jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok antagonis H3. Reseptor H4 banyak terdapat pada sel basofil dan sumsum tulang. Juga ditemukan pada kelenjar timus, usus halus, limfa dan usus besar. Gambar II.2 Struktur Molekul Histamin Chemdraw 8.0 Histamin dengan rumus kimia C 5 H 9 N 3 atau 2-1 H -imidazol-4-ylethanamine berbentuk higroskopis, kristal berwarna, yang mencair pada 84°C, dan mudah larut dalam air atau etanol, tetapi tidak dalam eter. Histamin memiliki dua dasar pusat, yaitu alifatik gugus amino dan atom nitrogen dari cincin imidazol yang sudah memiliki proton. Dalam kondisi fisiologis, gugus amino alifatik memiliki pK a sekitar 9,4 akan terprotonasi, sedangkan nitrogen kedua cincin imidazol pKa sekitar 5,8 tidak akan terprotonasi. Dengan demikian, histamin biasanya terprotonasi sebagai kation tunggal Paiva, dkk., 1970.

II.4.1 Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi

Subyek manusia dapat mentolerir hingga 180 mg histamin murni tanpa harus ada efek nyata, sedangkan pemberian intravena 0,007 mg histamin menghasilkan vasodilatasi dan peningkatan denyut jantung. Perbedaan ini menunjukkan bahwa histamin tidak efisien diserap oleh tubuh karena adanya enzim dalam saluran usus 10 yang mencegah penyerapan histamin ke dalam sistem peredaran darah Joint FAOWHO, 2012. Pada manusia dan hewan percobaan, histamin terutama dimetabolisme oleh enzim diamin oksidase DAO dan histamin-N-methyltransferase HMT. DAO mengkonversi histamin menjadi asam asetat imidazol, yang dapat terkonjugasi dengan ribosa sebelum diekskresikan. HMT mengkonversi histamin ke methylhistamine, yang kemudian diubah oleh monoamine oxidase MAO menjadi asam asetat N-imidazol. Produk akhir utama metabolisme histamin diekskresikan dalam urin Maintz, dkk., 2007 .

II.4.2 Mekanisme Kerja dan Toksisitas

Dampak histamin melalui aktivasi dari empat jenis reseptor histamin H1, H2, H3 dan H4 danatau dalam membran sel. Reseptor histamin ini diekspresikan pada tipe sel yang berbeda dan bekerja melalui jalur sinyal yang berbeda, sehingga dalam beberapa respons biologis. Misalnya, histamin meningkatkan vasopermeabilitas dan vasodilatasi, menyebabkan urtikaria, flushing, hipotensi dan sakit kepala. Histamin juga menginduksi kontraksi otot polos usus, menyebabkan kram perut, diare dan muntah. Histamin endogen diperlukan untuk fungsi fisiologis normal, tetapi histamin dengan dosis besar beracun karena masuk ke sistem peredaran darah. Hal ini sering menyebabkan gejala keracunan, yang melibatkan berbagai organ. Efek toksikologi histamin adalah berkaitan dengan tindakan fisiologis normal dalam tubuh dan meliputi berikut ini : Dilatasi pembuluh darah perifer, terutama arteri, mengakibatkan hipotensi, flushing dan sakit kepala. Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga gejala seperti edema, urtikaria, haemoconcentration dan peningkatan viskositas darah. Syok dapat terjadi akibat dari pemberian histamin dengan dosis yang sangat tinggi. Efek pada permeabilitas kapiler dimediasi oleh reseptor H1 dan H2 Joint FAOWHO, 2012. 11 Histamin menstimulasi langsung pada jantung. Histamin meningkatkan kontraktilitas jantung dan meningkatkan laju dan kekuatan kontraksi. Efek histamin pada jantung menjelaskan palpitasi oleh beberapa orang yang mengalami keracunan histamin. Histamin dapat menyebabkan kontraksi atau relaksasi otot polos ekstravaskuler. Kontraksi dimediasi oleh reseptor H1, sedangkan relaksasi dikaitkan dengan reseptor H2 Shahid, dkk., 2009. Pada manusia, histamin dapat menyebabkan kontraksi pada otot polos ekstravaskular. Kontraksi otot polos ini paling sering terjadi dalam bronkus dan usus. Pada keracunan histamin, kontraksi otot polos usus sangat jelas, karena awalnya histamin memasuki saluran pencernaan. Kontraksi otot polos usus menyebabkan kram perut, diare dan muntah yang sering dicatat dalam kasus keracunan histamin. Histamin juga merupakan stimulan yang kuat dari kedua neuron sensorik dan motorik. Stimulasi ini mungkin penting dalam memproduksi rasa sakit dan gatal yang sering menyertai lesi urtikaria akibat keracunan histamin. Stimulasi saraf ini dimediasi oleh reseptor H1 Joint FAOWHO, 2012, Nuutinen, dkk., 2010.

II.4.3 Intoleransi Histamin