BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah suatu jenis eksploratif observasional analitik, yang menilai hubungan antara faktor risiko dengan kejadian penyakit
dengan cara membandingkan kelompok kasus dengan kontrol Ghazali et al., 2008; Madiyono et al., 2008.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di beberapa lokasi, yaitu : BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara, RS Bhayangkara Medan, Laboratorium Terpadu FK
USU, dan First Base Sequencing Service Selangor dengan waktu penelitian dilaksanakan dalam periode waktu dua belas bulan.
3.3. Variabel Penelitian
Variabel tergantung dependen: skizofrenia paranoid Variabel bebas independen: SNP8NRG433E1006 gen NRG1 dan
imunoreaktivitas NRG1 dalam serum
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi target pada adalah suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid, sedangkan populasi terjangkau adalah suku Batak yang
menderita skizofrenia paranoid dan berobat di BLUD RSJ ProvSU.
3.4.2. Sampel
Sampel penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus adalah suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid
Universitas Sumatera Utara
dan memenuhi kriteria inklusi. Kelompok kontrol adalah suku Batak yang tidak menderita skizofrenia paranoid.
3.4.2.1. Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus untuk uji hipotesis terhadap dua proporsi dua kelompok independen
Dahlan, 2009; Dahlan, 2009 sebagai berikut:
[ ]
2 2
2 1
2 1
2 2
1 1
2 P
P Q
P Q
P PQ
n n
− +
Ζ +
Ζ =
β α
Keterangan : P
1
P =
proporsi SNP8PNRG433E1006 berdasarkan judgement Peneliti
2
P =
proporsi SNP8NRG433E1006 yang didapat dari kepustakaan Stefansson et al., 2003; Zhao et al., 2004
1
= 0,504; P
2
=0,154; Q
1
= 0,496; Q
2
Q= 1-P α=0,05
Zα =1,96; β=0,20
Zβ=0.84 =0,846
P=12 P1+P2;
n1=n2= 27,67 Besar sampel minimal kasus dan kontrol adalah masing-masing 30.
3.4.2.2. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling Ghazali et al., 2008; Madiyono et al., 2008.
3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria Inklusi Kasus adalah pasien skizofrenia paranoid suku Batak yang didiagnosis berdasarkan PPDGJI III, kooperatif, berusia 15 sampai
dengan 55 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria Eksklusi Kasus adalah yang menderita penyakit fisik berat, mengalami gangguan jiwa, hamil dan menyusui dan menolak
berpartisipasi. Kriteria kelompok populasi normal sebagai kontrol adalah manusia
berasal dari suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa, tidak mempunyai hubungan keluarga dengan sampel kasus, dan tidak
mempunyai riwayat skizofrenia dalam keluarga dua generasi vertikal dan horizontal, berusia 15-55 tahun.
3.6. Definisi operasional
Tabel 3. 1. Definisi Operasional
No Definisi Variabel
Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
A Skizofrenia paranoid adalah salah
satu subtipe skizofrenia yang gejala klinisnya didominasi oleh adanya
waham dan halusinasi, diagnosis ditegakkan melalui PPDGJI-III
wawancara klinis berdasarkan
PPDGJ-III Menderita
Skizofrenia Paranoid
dan Tidak
menderita gangguan
jiwa Nominal
B Imunoreaktivitas NRG1
serum merupakan hasil pengukuran reaksi
imunitas terhadap NRG1 Teknik ELISA
pgml Rasio
C SNP8NRG433E1006 adalah salah
satu SNP dari gen NRG1 yang berhubungan dengan skizofrenia
pada populasi Icelandic dan Asia Dengan cara
Nested-PCR pada 163 bp, kemudian
dilakukan sequencing
Urutan nukleotida
Nominal
D Suku Batak adalah kelompok
masyarakat yang dikenal sebagai orang Indonesia, dengan penampilan
fisiknya yang mudah dibedakan dengan orang kulit putih Kaukasoid
dan orang kulit hitam Negroid. Suku Batak dibedakan menjadi:
Batak Toba, Mandailing, Karo, Dairi, Simalungun, Angkola. Suku Batak
dalam hal ini adalah yang ayah kandung dan ibu kandungnya juga
Suku Batak, demikian juga kakek dan nenek dari kedua pihak adalah Batak
2 generasi Batak murni Wawancara
sistematis menggunakan
peta silsilah Pedigree
Suku Batak Nominal
E Usia adalah lamanya hidup sejak
lahir Wawancara
Usia dalam tahun
Rasio
Universitas Sumatera Utara
F Durasi penyakit ladalah lamanya
waktu pasien menderita skizofenia paranoid
dinilai berdasarkan catatan rekam
medis, dan dikonfirmasi
melalui wawancara
terhadap pasien dan keluarga
pasien dalam tahun Rasio
G Awitan usia pertama sekali pasien
menunjukkan gejala skizofrenia dinilai berdasarkan
catatan rekam
medis, dan dikonfirmasi
melalui wawancara
terhadap pasien dan keluarga
pasien dalam tahun Rasio
H Dosis Antipsikotika adalah jumlah
antipsikotika dalam mg yang
dikonsumsi pasien saat dilakukan pemeriksaan disetarakan dengan
dosis klorpromazin catatan rekam
medis, dan dikonfirmasi
melalui wawancara
terhadap pasien dan keluarga
pasien dalam mg
Rasio
I Jenis Antipsikotika adalah jenis
antipsikotika yang dikonsumsi pada saat dilakukan pemeriksaan.
catatan rekam medis, dan
dikonfirmasi melalui
wawancara terhadap pasien
dan keluarga pasien
Kombinasi Haloperidol
dan Klorpromazin
, Risperidon, Nominal
J Riwayat endogen adalah riwayat
memiliki keluarga yang menderita skizofrenia pada turunan derajat
pertama atau kedua baik secara horizontal maupun vertikal.
catatan rekam medis, dan
dikonfirmasi melalui
wawancara terhadap pasien
dan keluarga pasien
Memiliki Riwayat
Endogen atau Tidak
Memiliki Riwayat
Endogen Nominal
K Stresor psikososial suatu keadaan
atau peristiwa yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang
sehingga orang tersebut harus beradaptasi atau mengatasi stresor
tersebut, yang timbul dalam waktu satu tahun atau kurang.
melalui wawancara
terhadap pasien dan keluarga
pasien Memiliki
Stresor psikososial
atau tidak memiliki
stresor psikososial
Nominal
Universitas Sumatera Utara
3. 7. Bahan dan Alat Penelitian 3.7.1. Bahan
Penelitian ini membutuhkan beberapa bahan, reagen sebagai berikut : 1. Bahan untuk proses isolasi DNA yaitu darah EDTA 3cc, KIT isolasi
DNA promega, ery lysis buffer EL buffer, ethanol absolut, ethanol 70, air destilata, buffer fosfat, NaCl 6 M, proteinase K, agarosa,
ethidium bromida, loading buffer. 2. Bahan untuk pemeriksaan Nested Polymerase Chain Reaction PCR
yaitu master mix 10 gliserol, KCL 0,001 dATP, dCTP, dGTP, dUTP, biotinylated pemicu, 0,01 tag polymerase,0,05 sodium
azide, MgCl2 25 mM, air destilata, wash hybridization buffer WHB, stringent wash buffer SWB 300ml, ambient wash buffer AWB 700ml,
working conjugate solution WCS, SA-HRP Streptavidin-Horse Radish Peroxidase 10µ l dan buffer sitrat.
3. Bahan NRG1 BETA 1 Human ELISA, yang terdiri dari: a. NRG 1 beta 1 Microplate Item A
b. Wash buffer concentrate 20x Item B c. Standard Item C
d. Assay Diluent A Item D e. Assay Diluent B Item E
f. Detection Antibodi NRG1 beta 1 Item F g. HRP-Streptavidin Concentrate Item G
h. TMB One-step Substrate Reagent Item H i. Stopsolution Item I
Universitas Sumatera Utara
3.7.2. Alat penelitian
1. Alat untuk mengambil sampel darah, yaitu alcohol swabs, spuit 5 cc, torniquette, Padplester
2. Alat untuk ELISA, yaitu : washer thermoscientific, reader
thermoscientific, multichannel pippete thermoscientific, microsentrifuge eppendorf, tabung microcentrifuge eppendorf, tips biru, kuning dan
putih. 3. Alat untuk isolasi DNA, yaitu tips kuning, tips biru, tabung
microcentrifuge, mikropipet 1000 mikro liter, mikropipet 200 mikro liter, vortex, microcentrifuge, Centrifuge klinik, Mesin centrifuge, inkubator,
spatula, elektroforesis, transluminator dan kamera Polaroid 4. Alat untuk pemeriksaan PCR yaitu : Thermal cycler Perkin Elmer 9600,
shaking waterbath dan X-ray film
3.8. Cara kerja penelitian
3.8.1. Persiapan penelitian 3.8.1.1. Etika penelitian
Penelitian ini sudah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara nomor
18KOMETFKUSU2013 tanggal 31 Januari 2013.
3.8.1.2. Pelatihan tim peneliti
Pelatihan tentang cara melakukan wawancara terstruktur dengan MINI ICD X dan penegakan diagnosis dilakukan pada semua tim peneliti
yang terdiri dari residen ilmu kedokteran jiwa dan psikiater. Kelayakan tim peneliti untuk ikut serta ditentukan dengan melakukan post test dan
Universitas Sumatera Utara
penilaian praktik. Dinyatakan memadai jika nilai post test mencapai nilai minimal 90. Bagi tim dokter, dilakukan penilaian konsistensi intra dan antar
observer. Dinyatakan konsisten bila nilai kappa minimal 0,8.
3.8.1.3. Identifikasi subjek yang berpotensi masuk ke dalam Penelitian
Identifikasi subjek dilakukan oleh residen ilmu kedokteran jiwa dan perawat yang sudah dilatih menggunakan daftar tilik identifikasi subjek
penelitian. Apabila subjek memenuhi kriteria penelitian, petugas tersebut akan menghubungi peneliti untuk prosedur informed consent.
3.8.1.4. Informed consent
Diberikan penjelasan yang terperinci pada Suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid maupun suku Batak yang tidak menderita
gangguan jiwa yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi tentang tujuan dan manfaat penelitian, yang berminat mengikuti penelitian
diberikan lembar persetujuan penelitian informed consent.
3.8.1.5. Penilaian lebih lanjut
Subjek penelitian yang bersedia ikut serta dalam penelitian akan menjalani penilaian lebih lanjut sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria
ekslusi.
3.8.1.6. Penegakan diagnosis
Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan MINI ICD-X untuk
penapis adanya gangguan jiwa dan untuk menegakkan diagnosis skizofrenia paranoid dilakukan wawancara klinis berdasarkan PPDGJI III.
Universitas Sumatera Utara
3.8.2. Prosedur pengambilan darah
Pengambilan darah dilakukan pada pukul 08.00–09.00 WIB. Dilakukan pembebatan pada lengan kiri subjek penelitian dengan
torniquette, dibersihkan vena mediana kubiti dengan alcohol swab. Kemudian diambil darah sebanyak 4 cc dari vena mediana cubiti sinistra,
3cc dimasukkan ke dalam tabung EDTA 3cc dan 1 cc untuk pemeriksaan ELISA. Bekas pengambilan darah ditutup dengan pad. Dalam satu jam
pengumpulan darah, darah dikoagulasikan pada temperatur 37 C. Serum
dipisahkan melalui sentrifugasi pada temperatur 4 C selama lima belas
menit dan disimpan pada suhu -80
3.8.3. ELISA
C sampai digunakan untuk dianalisis.
Semua reagen dan sampel diletakkan pada ruangan dengan temperatur ruangan 18-25
o
3.8.3.1. Cara kerja
C sebelum digunakan. Selanjutnya, sampel didilusikan. Assay Diluent A Item D digunakan untuk dilusi sampel
serumplasma. Assay Diluent B Item E satu kali digunakan untuk dilusi supernatan kultur selurine. Selanjutnya, Assay Diluent B 5X diencerkan
dengan distilled water menjadi satu kali.
Semua reagen diletakkan di dalam ruangan dengan temperatur ruang 18-25
o
C sebelum digunakan. Kemudian, 100 µl dari setiap standar dan sampel ditambahkan ke dalam well. Well ditutup dan diinkubasi
selama dua setengah jam pada temperatur ruang atau selama satu malam pada temperatur 4
o
C dan digoncang perlahan. Selanjutnya, larutan tersebut dibuang dan dicuci sebanyak empat kali dengan satu kali
Universitas Sumatera Utara
menggunakan wash solution. Setiap well yang terisi wash buffer 300 µl dicuci dengan menggunakan multi-channel pipette atau autowasher.
Setelah pencucian terakhir, sisa wash buffer dibuang dengan mengaspirasikannya. Kemudian, plate dibalikkan dan dibersihkan dengan
menggunakan kertas tissue. Selanjutnya, 100 µl dari satu kali biotinylated antibody ditambahkan ke masing-masing well. Kemudian, diinkubasi
selama satu jam pada temperatur ruang dengan menggoncangnya secara perlahan. Selanjutnya, larutan dibuang dan diulangi pencucian seperti
sebelumnya. Kemudian, 100 µl HRP-Streptavidin ditambahkan ke masing- masing well. Kemudian, diinkubasi selama empat puluh lima menit pada
temperatur ruang dengan menggoncangnya perlahan. Larutan tersebut dibuang dan diulangi pencucian seperti sebelumnya. Selanjutnya, 100 µl
TMB One –step substrate reagent ditambahkan ke masing-masing well. Kemudian, diinkubasi selama tiga puluh menit pada temperatur ruang
dalam keadaan gelap dengan menggoncangnya secara perlahan. Selanjutnya, 50 µl Stop Solution ditambahkan ke dalam masing-masing
well. Kemudian, hasilnya dibaca dengan segera pada panjang gelombang 450 nm.
3.8.4. Prosedur isolasi DNA
Darah dimasukkan ke dalam tabung EDTA sebanyak 3 cc dengan diinjeksikan secara perlahan-lahan. Kemudian, tabung tersebut dibolak-
balik perlahan agar darah bergabung dengan EDTA. Selanjutnya, disentrifus 3000 rpm selama 10-15 menit. Plasmanya dipisahkan dan
diambil leukositnya sebanyak 300 mikroliter. Pada tabung eppendorf 1,5
Universitas Sumatera Utara
mL lalu ditambahkan EL buffer 900 mikroliter, kemudian dibolak-balin secara perlahan. Tabung tersebut diinkubasi selama sepuluh menit di
dalam kulkas dan selanjutnya disentrifus dalam 13000 rpm selama tiga menit. Supernatan dibuang secara hati-hati dan pelan-pelan agar
endapannya tidak ikut terbuang. Hal ini diulangi sampai lima kali, sampai warna supernatan jernih dan endapan sudah berwarna putih. Setelah
diperoleh endapan putih atau cairan sudah jernih, supernatan dibuang dan endapan divortex selama dua puluh detik. Selanjutnya, 300 uL nuclei lysis
solution ditambahkan dan tabung dibolak-balik agar tercampur. Kemudian protein precipitation 100uL ditambahkan dan divortex selama dua puluh
menit. Selanjutnya, tabung tersebut disentrifugasi 13.000 rpm selama tiga menit pada temperatur ruang. Supernatan dipindahkan ke dalam tabung
eppendorf 1,5 mL yang steril yang telah berisi 300 uL isopropanolol. Kemudian dibolak-balik sekitar tiga detik sampai terlihat benang DNA.
Selanjutnya, disentrifugasi 13.000 rpm selama satu menit, hingga tampak pellet putih. Supernatan dibuang dan ditambahkan 70 etanol sebanyak
300 uL. Kemudian, disentrifugasi 13.000 rpm selama satu menit. Etanol diaspirasi menggunakan pipet dengan hati-hati, lalu dikeringkan dengan
kipas angin sekitar satu jam. Selanjutnya, ditambahkan 100 uL DNA rehydration solution dan disimpan pada suhu 4
C selama satu malam. Besoknya disimpan ke freezer -20
3.8.5. Nested-polymerase chain reaction
C.
Nested-Polymerase Chain Reaction Nested-PCR dilakukan untuk memperoleh hasil sequencing secara langsung. Reaksi amplifikasi
Universitas Sumatera Utara
pertama dilakukan dengan menggunakan primer CCTACCCCTGCACCCCCAATAAATAAA dan CTTCCTGTCGAGTGCCC
CCTGCT. Volume reaksi adalah 10 mikroliter, dan untuk masing-masing
PCR, 30ng dari genomik DNA diamplifikasi dalam 3,5pmol dari setiap primer, 0,25U AmpliTaq Gold, 0,2mM dNTPs, 10 dimethyl sulfoxide, dan
2,5mM MgCl
2
. Diputar dengan temperatur 95 C selama sepuluh menit,
diikuti dengan 40 putaran pada temperatur 94 C selama lima belas detik,
didinginkan pada temperatur 68 C selama tiga puluh detik, dan diekstensi
pada temperatur 72
3.8.6. Sequencing
C selama satu menit. Reaksi kedua didapatkan dengan
menggunakan primer TGCCACTACTGCTGCTGCT dan ACCTTTCCCTCGATCACCAC. Hasil PCR di-sequencing secara
langsung setelah pembersihan hasil PCR dengan menggunakan Big Dye Terminator Cycle Sequencing kit PE Biosystem.
Untuk mendapatkan “sequence lengkap SNP8NRG433E1006 gen NRG1”, terdapat beberapa tahapan. Pertama, produk Nested-PCR
dianalisis menggunakan mesin Applied Biosystems 3730 xl DNA Analyzer dengan protokol Big Dye Terminator v3.1 cycle sequencing kit Chemistry.
Selanjutnya adalah pengolahan menggunakan perangkat lunak komputer. Perangkat lunak komputer digunakan untuk melakukan alignment
terhadap pra sequence forward dan pra sequence reverse. Tahapan mendapatkan sequence lengkap untuk masing-masing subjek penelitian
adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kedua berkas pra sequence forward dan pra sequence reverse dibaca dengan perangkat lunak sequence scanner 1.0; Sequence scanner
adalah perangkat lunak yang diproduksi oleh Applied Biosystem. 2. Urutan nukleotida yang ada dari masing-masing berkas pra sequence
forward dan pra sequence reverse kemudian diektstrak dengan cara menyorot urutan nukleotida pada jendela “sequence” dari bp 1 sampai
bp maksimal yang ditampilkan tanpa mengurangi sedikitpun urutan nukleotida, kemudian urutan nukleotida yang disorot, di gandakan
copy dan di tempelkan paste pada “berkas catatan” file notepad kemudian disimpan masing-masing dengan ekstensi FASTA.
3. Untuk berkas catatan yang berisi sequence DNA yang dihasilkan dari ekstraksi berkas pra sequence reverse, dilakukan reverse complement
dengan cara menggunggah berkas catatan yang berisi sequence DNA yang dihasilkan dari ekstraksi berkas pra sequence reverse ke
http:bioinformatics.orgsmsrev_comp.html. Setelah proses unggah selesai, situs ini akan langsung menampilkan hasil proses reverse
complement. Hasil yang ditampilkan ini dinamakan “berkas catatan hasil reverse complement. Hasil yang ditampilkan pada situs ini,
kemudian disorot, digandakan, dan ditempelkan pada berkas catatan file notepad baru dan disimpan kembali dengan ekstensi FASTA.
4. Tahapan terakhir adalah melakukan alignment “berkas catatan” forward dengan “berkas catatan” hasil reverse complement. Tahapan ini
kembali menggunakan perangkat lunak BLAST Basic Local Allignment Search Tool yang disediakan oleh National Center of Biological
Universitas Sumatera Utara
Informatics NCBI yaitu pada http:blast.ncbi.nlm.nih.gov. Berkas catatan forward dan berkas catatan hasil reverse complement,
diunggah ke alamat situs tersebut, dan hasil alignment akan langsung ditampilkan dalam beberapa menit. Hasil yang ditampilkan pada situs
tersebut merupakan sequence lengkap SNP8NRG433E1006 gen NRG1.
3.9. Alur Penelitian
.
Gambar 3. 1. Alur Penelitian
3.10. Manajemen dan Analisis Data
Dalam menentukan hubungan antara SNP8NRG433E1006 gen NRG1
dengan skizofrenia dilakukan analisis frekuensi SNP8NRG433E1006 gen NRG1 dalam populasi yang bertujuan untuk
SNP8NRG433E1006 Nested-PCR
Izin Komite Etik FK-USU Suku Batak
Universitas Sumatera Utara
mengetahui besarnya penampilan masing-masing karakteristik alel gen NRG1 dalam populasi yang diteliti.
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data statistik.
Analisis univariat: dimulai dengan melakukan analisis variabel dengan mendeskripsikan tiap variabel yang diteliti dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat: digunakan untuk menguji apakah terdapat
perbedaan imunoreaktivitas NRG1 serum pada suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dengan suku Batak yang tidak menderita
gangguan jiwa. Data imunoreaktivitas NRG1 serum adalah numerik, maka teknik analisis yang digunakan adalah uji t-independen apabila data
berdistribusi normal, dan menggunakan uji Mann-Whitney apabila data tidak berdistribusi normal. Kemaknaan hasil uji statistik ditentukan
berdasarkan p 0,05 dan 95 confidence interval CI. Selanjutnya dilakukan analisis bivariat korelasi untuk melihat
pengaruh usia, awitan usia, lamanya panyakit dan dosis obat antipsikotika terhadap imunoreaktivitas NRG1 serum. Teknik analisis yang digunakan
adalah uji Pearson apabila data imunoreaktivitas NRG1 serum berdistribusi normal dan sebagai alternatifnya apabila data tidak
berdistribusi normal adalah uji Spearman. Kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan p 0,05 dan 95 confidence interval CI.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
Kasus yang dikumpulkan sebanyak 55 orang dari suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid yang berobat ke BLUD RS Jiwa
Pemprovsu Medan. Kontrol yang dikumpulkan sebanyak 38 orang dari suku Batak yang ada di BLUD RS Jiwa Pemprovsu Medan dan RS
Bhayangkara Medan. Besar sampel diambil melebihi sampel minimal untuk mengantisipasi kegagalan dalam teknis pengambilan, penyimpanan,
dan pengolahan bahan penelitian.
Tabel 4. 1. Data Dasar Usia, Durasi Penyakit, Awitan, Dosis
Antipsikotika, Jenis Antipsikotika Suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dengan suku Batak
yang tidak Menderita Gangguan Jiwa
Variabel Suku Batak
P Menderita skizofrenia
paranoid n= 55
Tidak menderita gangguan jiwa
n= 38
Usia Tahun Durasi penyakit
Awitan Dosis antipsikotika
Jenis antipsikotika
Kombinasi Haloperidol 3-
15mghari dan
Klorpromazin300-1000mghari Risperidone 2-6mghari
Faktor Endogen Ada
Tidak Ada 37,73 + 7,79
7,45 + 3,800 30,27 + 3,514
1134,55 + 657,498
28 orang 27 orang
9 9,7 46 90,3
37,16 + 7,09 0,699
Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan 28 50,90
27 49,10 23 60,53
15 39,47 0,277
Stresor Psikososial Ada
Tidak Ada 21 38,18
34 61,82 17 44,74
21 55,26 0,533
Dosis ekuivalen Klorpromazin Beberapa pasien mengkonsumsi kombinasi antipsikotika
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang
Universitas Sumatera Utara