4
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan tanaman padi di Kabupaten Bengkulu telah dilaksanakan sejak tahun 2015. Pada tahun 2015,
kegiatan pendampingan dilaksanakan dalam bentuk koordinasi dengan dinas pertanian, lembaga penyuluhan, dan instansi terkait lainnya. Guna mempercepat
penyebarluasan teknologi PTT Padi sawah, meningkatkan pengetahuan petani dan petugas dilakukan pendampingan budidaya PTT padi berupa display varietas
unggul baru dengan rekomendasi pemupukan berdasarkan Kalender Tanam Terpadu KATAM. Selaian itu juga dilakukan bimbingan teknis dalam pertemuan
kelompok dengan materi penanaman padi sistem tanam Jajar Legowo 4: 1 dan rekomendasi pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi.
Pada tahun 2016, kegiatan pendampingan pengembangan kawasan tanaman padi difokuskan pada pendampingan teknologi PTT padi dengan jajar
legowo, teknologi budidaya padi organik, dan teknologi hazton. Kegiatan tersebut diharapkan dapat mempercepat penyebarluasan inovasi teknologi PTT padi
sawah kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman padi di Provinsi Bengkulu dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
petani dan petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi.
1.3. Tujuan
a. Mempercepat penyebarluasan inovasi teknologi PTT padi kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman pangan komoditas
padi di Provinsi Bengkulu. b. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani dan
petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi.
1.4. Keluaran yang Diharapkan
a. Tersebarluasnya inovasi teknologi PTT padi kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman pangan komoditas padi di
Provinsi Bengkulu. b. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani dan
petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi.
5
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat yang
dapat diperoleh
dari kegiatan
pendampingan pengembangan kawasan tanaman padi di Provinsi Bengkulu ini, antara lain 1
petani dan petugas penyuluh di kawasan pendampingan
mendapatkan bimbingan teknis budidaya tanaman padi sesuai dengan teknologi PTT padi
melalui berbagai kegiatan diseminasi, seperti display, pelatihan, temu lapang, dan panen raya, 2 petani mampu merancang usaha tani yang efisien dalam
penggunaan input dan pemanfaatan sumberdaya lahan, dan 3 terbentuk koordinasi yang semakin baik antara lembaga kelompok tani, penyuluh, dan
stakeholders sehingga dapat menjamin ketersediaan saprodi dan implentasi teknologi PTT padi.
Dampak yang diperoleh yaitu adopsi dan penerapan inovasi teknologi PTT padi spesifik lokasi di kawasan pertanian nasional tanaman pangan di Provinsi
Bengkulu berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi di Provinsi Bengkulu sebesar 10-20 . Peningkatan tersebut akan menyebabkan
meningkatnya pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dan produksi padi dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada padi
berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
6
I I . TI NJAUAN PUSAKA
Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik
buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan.
Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru dan lokasinya dapat berupa hamparan atau
spot partial namun terhubung dengan aksesibilitas memadai.
Kriteria khusus kawasan tanaman pangan dalam aspek luas agregat kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan adalah:
padi, jagung, dan ubi kayu minimal 5.000 hektar; kedelai minimal 2.000 hektar; kacang tanah minimal 1.000 hektar; serta kacang hijau dan ubi jalar minimal 500
hektar. Disamping aspek luas agregat, kriteria khusus kawasan tanaman pangan juga mencakup berbagai aspek teknis lainnya yang bersifat spesifik komoditas
Kementan, 2012. Kontribusi Badan Litbang Pertanian terhadap pencapaian target produksi
beras setiap tahunnya telah ditunjukkan dengan tersedianya berbagai inovasi teknologi padi antara lain varietas unggul inbrida dan hibrida dengan
penyediaan benih sumbernya, teknologi budidaya spesifik lokasi, panen dan pasca panen, serta komponen teknologi inovatif lainnya. Di lain pihak, secara
berkesinambungan inovasi teknologi tersebut terus didiseminasikan kepada pengguna
melalui Spectrum
Diseminasi Multi
Channel serta
melalui pendampingan dalam penerapannya.
Strategi peningkatan produksi tanaman pangan tahun 2012 oleh pemerintah adalah melalui: 1 Peningkatan Produktivitas, 2 Perluasan Areal
Tanam dan Optimalisasi Lahan, 3 Pengamanan Produksi, dan4Penguatan Manajemen. Prioritas utama pencapaian sasaran produksi padi nasional oleh
pemerintah tahun 2012 adalah peningkatan produktivitas padi melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu SL-PTT
padi seluas 3,5juta ha. Sedangkan prioritas kedua adalah melalui upaya peningkatan produksi lainnya
pada kawasan areal tanam seluas 10,52juta ha dan perluasan areal tanam seluas 545 ribu ha DitjenTanaman Pangan, 2012.
7
PTT menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi, sehingga mampu menghasilkan
produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi yang berkelanjutan Dirjen Tanaman Pangan, 2008. Ada 5 lima prinsip utama PTT Padi yaitu:
1 Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di
laboratorium lapangan. 2 Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan
sosial budaya, dan ekonomi petani setempat. 3 Terpadu. Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara
terpadu 4 Sinergis atau serasi.
Pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung.
5 Dinamis. Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan I ptek serta kondisi sosial ekonomi setempat.
Dalam pelaksanaan PTT terdapat dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen teknologi dasar yaitu
teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini terdiri dari atas 1 varietas unggul baru, inbrida atau
hibrida, 2 benih bermutu dan berlabel, 3 pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos, 4 pengaturan
populasi tanaman secara optimum, 5 pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, 6 pengendalian OPT organisme pengganggu
tanaman dengan pendekatan PHT Pengendalian Hama Terpadu. Komponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan
kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas 1 pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, 2 penggunaan bibit muda
21 hari, 3 tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun, 4 pengairan secara efektif dan efisien, 5 penyiangan dengan landak atau gasrok, dan 6 panen tepat
waktu dan gabah segera dirontok. Proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis,
lengkap, sederhana aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra.
Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun
8
melihat, tetapi
lebih ditekankan
untuk mampu
melaksanakan, mengevaluasi membuat
penilaian menemukan,
menentukan pilihan,
mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan
tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu. Karena itulah maka adopsi suatu inovasi
teknologi berlangsung secara bertahap dan berdasarkan konsep tersebut, maka model percepatan adopsi akan terbangun oleh peubah-peubah yang
berhubungan dengan proses menarik perhatian, menumbuhkan minat, membangkitkan hasrat sehingga akhirnya memutuskan untuk menerapkan
inovasi. Menurut Tjiptopranoto 2000 dalam penerapan teknologi yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya setempat dengan
biaya murah dan mudah untuk diterapkan, akan tetapi dapat memberikan kenaikan hasil dengan cepat. Hal ini menjadi aspek penting untuk keberlanjutan
penerapan teknologi maupun sistem usahatani yang dianjurkan dan dengan demikian diharapkan petani mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi
dimaksud dalam usahataninya, sehingga pendapatan menjadi meningkat. Salah satu faktor kunci keberhasilan program yang sudah diidentifikasi
adalah melakukan pembinaan, pendampingan dan penyeliaan yang sistematis dan intensif. Apabila tidak dilakukan pendampingan, pelaksanaan kegiatan pada
umumnya tidak fokus, idak ada rasa memiliki, dilaksanakan apa adanya, dan rawan penyimpangan Badan Litbang Pertanian, 2007.
Pendampingan merupakan bagian dari kegiatan pengembangan dan diseminasi inovasi teknologi dengan proses komunikasi timbal balik, dimana para
pelaku menyediakan sekaligus juga menerima informasi dan teknologi serta adanya kesepahaman dan kesepakatan bersama. I novasi teknologi berpeluang
untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat - sifat antara laian; 1 bermanfaat bagi petani secara nyata, 2 lebih unggul
dibandingkan dengan teknologi yang telah sudah ada, 3 sudah tersedianya bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi, 4
memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi, 5 meningkatkan efisiensi dalam berproduksi, 6 bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan
usaha pertanian Kartono, 2009.
9
2.1. Hasil- hasil Penelitian Sebelumnya