harfiah dari kata-kata. Bagian lain yang signifikan dari takhayul Jepang berakar pada kuno Jepang kuno Pagan penyembah berhala, animisme budaya dan
menganggap hidup dan hal-hal alami sebagai memiliki kekuatan tertentu atau alkohol. Dengan demikian, takhayul Jepang banyak melibatkan keyakinan
tentang hewan dan penggambaran hewan mewujudkan nasib baik atau buruk.
2.2 Fungsi Kepercayaan Jepang
Negara Jepang dikenal sebagai bangsa yang sangat menghargai alam. Masyarakat Jepang memiliki suatu kebudayaan yang mendasar dalam memandang
alam sebagai segala sesuatu yang hidup dan humanis. Menurut Brahmantyo 2008, masyarakat Jepang adalah masyarakat yang selalu menghargai leluhur,
termasuk leluhur alam. Bagi mereka, semua makhluk memiliki jiwa yang patut dikenang, semua tidak terkecuali, baik itu yang hidup dan bergerak, seperti
manusia dan hewan, yang hidup dan yang tidak bergerak, seperti tumbuhan, maupun yang tidak hidup dan tidak bergerak, seperti gunung, sungai, laut, air
terjun, batu, semua memiliki jiwa. Wicaksono 2005, menyatakan bahwa bangsa Jepang memandang alam
seperti halnya manusia. Mereka “hidup”, mempunyai “perasaan”, serta “bahasa”. Hal ini sangat berkaitan erat dengan sistem kepercayaan masyarakat Jepang.
Dikatakan bahwa tidak ada negara lain di dunia ini yang memiliki sistem kepercayaan primitif sekuat yang dimiliki oleh masyarakat Jepang. Hal ini dapat
dipahami dari masih kuatnya nilai-nilai tradisional kepercayaan Shinto dalam masyarakat. Menurut Temples in Japan dalam People All Over the World Irasshai
2007, Shinto 神道 , yang secara harafiah berarti “Jalan Dewa”, merupakan
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan asli masyarakat Jepang. Shinto didasarkan pada pemikiran yang percaya dengan banyak dewa politheisme dan kekuatan alam matahari, bulan,
gunung, laut, angin, ombak, petir, dan sebagainya, sehingga hal ini berpengaruh pada sikap masyarakat Jepang yang menaruh hormat sangat tinggi terhadap alam.
Bukan hanya dalam kepercayaan Shinto saja, dalam agama Buddha yang juga merupakan kepercayaan masyarakat Jepang selain Shinto dan memiliki pengaruh
yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat Jepang pun mempunyai konsep ajaran yang hampir serupa, yaitu bahwa alam adalah pusat kehidupan.
Masing-masing negara, bahkan setiap individu memiliki konsep yang berbeda dalam memahami arti religi agama dalam kehidupannya, namun
perbedaan itu tetap berpangkal pada satu keyakinan terhadap adanya Tuhan. Mengenai konsep religi bagi masyarakat Jepang, ada dua konsep dasar ketuhanan.
Konsep pertama menyatakan tuhan sebagai suatu entitas lebih tinggi yang memelihara, memberikan perlindungan dan cinta, konsep kedua adalah tuhan
sebagagi dasar dari segala yang ada atau merupakan inti terdalam dari realitas Bellah, Robert. N,1992: 81.
Maka, dapat diketahui bahwa konsep dasar tentang religi Jepang juga mengajarkan hal yang sama pada seluruh penganutnya. Keberadaan sang Pencipta
sudah seharusnya kita yakini dalam hati kita masing-masing. Hal itu dapat kita rasakan, ketika kita merasakan kegelisahan atau kesedihan, dengan keyakinan
terhadap Tuhan akan dapat memberi ketenangan. Begitu juga pada saat hadirnya kebahagian akan timbul rasa syukur atas
karunia tersebut. Dari pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa Jepang
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu negara religius, dan dalam satu tahun penuh terdapat kegiatan ritual keagamaan yang tetap berlangsung di negara paling timur ini.
Negara Jepang mempunyai keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan negara maju lainnya. Mereka masih mempercayai hal-hal yang berbau
supranatural dalam kehidupan sehari-harinya. Pada setiap tahun baru, orang Jepang mempunyai kebiasaan untuk pergi ke kuil dan membeli jimat atau
biasanya disebut omamori. Omamori adalah kartu yang telah diberkati oleh kekuatan dewa yang dipuja di jinja.
Bagi mereka, omamori dipercaya bisa membawa keberuntungan baik pada usaha maupun hidup mereka. Banyak orang Jepang menggunakan jimat ini untuk
menangkal kesialan seperti kecelakaan mobil dan kebakaran. Bahkan banyak juga atlit yang dating ke kuil untuk berdoa agar ia mendapatkan keberuntungan di awal
musim. Dari banyaknya fenomena seperti ini, kita dapat melihat bahwa
masyarakat Jepang masih saja mempercayai dunia lain dan keberadaan supranatural. Menurut Swanger, orang Jepang mempercayai fenomena ini karena
dipengaruhi oleh kebudayaan dan tradisi bangsa mereka. Sejak dahulu kala, kepercayaan dan tradisi mereka seperti Shinto telah menanamkan rasa percaya
terhadap keberadaan supranatural. Konsep Shinto mengenai dunia kematian menjadi penyebab kuat mengapa
orang Jepang sampai sekarang masih percaya terhadap keberadaan dunia lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Omamori dalam Kepercayaan Jepang