3.5 Kerangka Kerja
Tahapan penelitian adalah sebagai berikut: -
Tahap pertama, rekam medis dari seluruh penderita polip nasi sejak januari
2010 sampai desember 2010 dikumpulkan dan diperiksa.
- Tahap kedua, data dari rekam medis di pindahkan kedalam format SPSS
untuk dianalisa. Data yang dikumpulkan mencakup karaketristik penderita jenis kelamin, usia, suku, pekerjaan, keluhan utama, stadium polip nasi,
hasil pemeriksaan histopatologi, hasil ct scan, dan penatalaksanaan.
- Tahap ketiga, dilakukan analisa data dan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik.
- Tahap keempat, dilakukan pembahasan atas hasil analisa data dan
disajikan sebagai laporan hasil penelitian.
Rekam Medis 2010
Penderita Polip Nasi - Jenis Kelamin
- Umur - Suku
- Pekerjaan - Keluhan Utama
- Lama Keluhan - Stadium Polip Nasi
- Histopatologi - CT-Scan
- Penatalaksanaan
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan design case series dimana pengambilan data dari data klinis di Bagian Rekam
Medik Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher FK USU RSUP H. Adam Malik Medan. Data penelitiannya adalah seluruh kasus
polip nasi yang berobat di RSUP H. Adam Malik sejak Januari 2010 sampai dengan Desember 2010.
Tabel 4.1 Proporsi penderita polip nasi menurut kelompok umur
Proporsi tertinggi penderita polip nasi terdapat pada kelompok umur 35 -
44 dan kelompok umur 45 – 54 tahun sebanyak 9 20,9 penderita. Umur
Jumlah Persen
≤ 14 2
4,7 15-24
8 18,6
25-34 6
13,9 35-44
9 20,9
45-54 9
20,9 55-64
4 9,3
65-74 3
7,0 ≥ 75
2 4,7
Total 43
100.0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Persen
Laki-laki 22
51,2 Perempuan
21 48,8
Total 43
100 Jenis kelamin terbanyak menderita polip nasi adalah laki-laki sebanyak 22
51,2 penderita dan perempuan sebanyak 21 48,8 penderita.
Tabel 4.3 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan keluhan utama dan keluhan tambahan
Keluhan Utama Jumlah
Persen Hidung Tersumbat
43 100.0
Keluhan Tambahan Bersin-bersin
Ingus encer Sakit kepala
Telinga sakit Telinga berdengung
Hidung berdarah campur ingus
Suara sengau Lender mengalir di
tenggorok Penciuman berkurang
Hidung berbau 16
8 16
1 3
9
1 2
1 1
37,2 18,6
37,2
2,3 6,9
20,9 2,3
4,6
2,3 2,3
Proporsi keluhan utama pada penderita polip nasi adalah hidung tersumbat sebanyak 43 100 penderita. Dan proporsi keluhan tambahan pada penderita
polip nasi yang terbanyak adalah bersin-bersin dan sakit kepala sebanyak 16 37,2 penderita dan terkecil adalah telinga sakit, suara sengau, penciuman
berkurang dan hidung berbau masing-masing 1 2,3 penderita.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan stadium Stadium
Jumlah Persen
Stadium 1 7
16.2 Stadium 2
18 41.9
Stadium 3 18
41.9 Total
43 100.0
Proporsi penderita polip nasi berdasarkan stadium polip nasi yang
terbanyak dijumpai adalah stadium 2 dan 3 yaitu masing-masing sebanyak 18 41,9 penderita.
Tabel 4.5 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan histopatologi Jenis Histopatologi
Jumlah Persen
Stroma jaringan ikat dan massa basofilik 2
4.7 Stroma gembur diinfiltrasi oleh limfosit dan
PMN yang difuse 8
18.6 Kelenjar-kelenjar bentuk bulat tubular,
sebagian berdilatasi kistik 1
2.3 Jaringan dengan epitel metaplasia,
permukaan mengalami disorganisasi, inti membesar, pleomorfik, kromatin kasar.
1 2.3
Tidak terdata 31
72.1 Total
43 100.0
Proporsi penderita polip nasi berdasarkan histopatologi adalah dengan stroma gembur diinfiltrasi limfosit dan PMN yang difuse sebanyak 8 18,6
penderita dan terendah adalah kelenjar-kelenjar bentuk bulat tubular, sebagian berdilatasi kistik dan jaringan dengan epitel metaplasia, permukaan mengalami
disorganisasi, inti membesar, pleomorfik, kromatin kasar masing-masing sebanyak sebanyak 1 2,3 penderita.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan infeksi sinus paranasal yang terlibat dilihat dari hasil ct-scan
Hasil Ct-Scan Jumlah
Persen Sinusitis maksilaris unilateral
2 4.7
Multisinusitis unilateral 7
16.2 Multisinusitis bilateral
5 11.6
Pansinusitis 2
4.7 Sinusitis frontalis dupleks
1 2.3
Tidak terdata 26
60.5 Total
43 100.0
Proporsi penderita polip nasi berdasarkan infeksi sinus paranasal dari hasil ct-scan terbanyak adalah multisinusitis unilateral sebanyak 7 16,3 penderita
dan terendah adalah sinusitis frontalis dupleks sebanyak 1 2,3 penderita.
Tabel 4.7 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan hidung yang terlibat dilihat dari nasoendoskopi
Hidung yang terlibat Jumlah
Persen Kanan
17 39.5
Kiri 12
27.9 Kanan dan kiri
14 32.6
Total 43
100.0 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan hidung yang terlibat terbanyak
adalah kavum nasi kanan sebanyak 17 39,5 penderita dan terendah adalah pada kavum nasi kiri sebanyak 12 27,9 penderita.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan penatalaksanaan Penatalaksanaan
Jumlah Percent
Medikamentosa 20
46.5 Operatif
23 53.5
Total 43
100.0 Proporsi penderita polip nasi berdasarkan penatalaksanaan terbanyak
adalah operatif sebanyak 23 53,5 penderita dan terendah adalah medikamentosa sebanyak 20 46,5 penderita.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan di Departemen THT-KL FK USU bagian Rekam Medik RSUP H. Adam Malik didapatkan data penderita polip nasi mulai
Januari 2010 hingga Desember 2010 sebanyak 43 penderita dari seluruh pasien yang datang berobat ke poliklinik THT.
Dari table 5.1 dapat dilihat proporsi penderita polip nasi dari kelompok umur yang terbanyak adalah pada kelompok umur 35-44 tahun dan 45-54 tahun
yaitu masing-masing 20,9. Hampir sama dengan hasil penelitian Munir 2006 didapati persentase
tertinggi pada penderita polip nasi terdapat pada kelompok umur 35-44 tahun 30. Hanis 2010 di Amerika Serikat diperkirakan prevalensi penderita polip
nasi antara 1-4 pada dewasa sedangkan di Eropa dilaporkan sekitar 1-2 pada dewasa. Penelitian Kirtsreesakul 2005, polip nasi biasanya terjadi pada rentang
usia 30 tahun sampai 60 tahun. Hosemann 1994 dan Hedman 1999 prevalensi polip hidung dilaporkan 1-2 pada orang dewasa di Eropa dan sedangkan di
Finlandia 4,3. Usia kasus polip nasi berkisar 40 tahun mungkin disebabkan oleh pada
usia tersebut adalah usia produktif dimana penderita aktif bekerja sehingga kemungkinan telah lama terpapar polusi saat bekerja. Bisa juga dapat disebabkan
stress yang dapat menurunkan respon imun sehingga lebih rentan terjadinya inflamasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.2 dapat dilihat proporsi jenis kelamin penderita polip nasi mempunyai perbandingan yang hampir sama dimana laki-laki sebanyak 51,2
sementara perempuan 48,8. Di RSUP H. Adam Malik Medan selama Januari 2003 sampai Desember 2003 didapatkan kasus polip nasi sebanyak 32 orang
terdiri dari 20 pria dan 12 wanita Ananda 2005, selama Maret 2004 sampai Februari 2005 didapatkan kasus polip nasi sebanyak 26 orang terdiri dari 17 pria
dan 9 wanita Munir 2006 dan selama September 2009 sampai Oktober 2010 didapatkan kasus polip nasi sebanyak 21 orang terdiri dari 15 pria 71,4 dan 6
wanita 28.6 Harahap 2010. Pada penelitian Fransina 2008 menunjukkan bahwa perbandingan pria dan wanita 2-3 : 1 dengan prevalensi 0,2-4,3. Pada
penelitian Kirtsreesakul 2005 dimana prevalensi polip nasi dua sampai empat kali lebih sering terjadi pada pria. Dowel 1992 pada penelitiannya menjumpai
perbandingan laki-laki dan perempuan 2,5 : 1. Wang 2005 di Singapura
mendapatkan perbandingan polip hidung pada laki-laki dan perempuan berkisar 2- 3 : 1 dan Mangunkusumo 2004 mendapatkan perbandingan laki-laki dan
perempuan 2 : 1. Pada penelitian Drake lee 1987 mendapatkan perbandingan pria dan wanita 2- 4:1.
Tingginya persentasi laki-laki dibandingkan perempuan kemungkinan disebabkan oleh aktifitas yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, dimana
laki-laki lebih aktif berada diluar rumah sehingga lebih sering terpapar polusi yang dapat menyebabkan hiperreaktifitas hidung. Hiperreaktifitas hidung
merupakan suatu keadaan meningkatnya sensitifitas mukosa hidung terhadap zat- zat iritan non spesifik seperti parfum, asap rokok, asap lalu lintas. Perubahan suhu
juga dapat menyebabkan keluhan pada hidung seperti ingus encer. Zat-zat iritan
Universitas Sumatera Utara
tersebut dalam konsentrasi yang tinggi dapat memicu gejala hidung pada setiap orang. Penelitian Collins et al 2002 di Inggris pada tahun 1020 pasien polip nasi
didapatkan laki-laki 2,48 kali lebih sering terpapar senyawa kimia dan debu dibandingkan perempuan namun tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin
dengan polip nasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa laki-laki 2,25 kali lebih sering merokok dibandingkan perempuan namun berdasarkan literatur belum ada
penelitian yang menunjukkan adanya peran merokok dalam perkembangan polip nasi Haro et al 2009.
Dari tabel 5.3 dapat dilihat proporsi keluhan utama pada penderita polip nasi adalah hidung tersumbat sebanyak 100. Dan keluhan tambahan terbanyak
adalah bersin-bersin dan sakit kepala masing-masing sebanyak 37,2. Hal ini hampir sesuai dengan penelitian Suheryanto 1999 mendapatkan
penderita polip dengan keluhan hidung tersumbat yang paling banyak 94,4. Penelitian Munir 2006 mendapatkan keluhan utama pada penderita polip nasi
adalah hidung tersumbat 14 54 dan keluhan sakit kepala 12 46. Demikian juga Malcolm 1997 dan Soriano 2004 mengatakan gejala yang paling sering
pada polip hidung adalah sumbatan hidung. Munir 2006 berat ringannya gejala utama polip nasi tergantung besar
kecilnya polip, atau pada saat mendapat serangan radang atau alergi. Rinore biasanya encer atau mukopurulen bila ada infeksi, dan dapat menetes ke belakang
sebagai post nasi drip. Bersin-bersin terjadi apabila latar belakang alergi yang mendasarinya. Infeksi sinus paranasal dapat terjadi bersamaan dengan polip nasi.
Keluhan hidung tersumbat dapat berupa keluhan subjektif yang disebabkan tekanan mekanis dari polip yang berada di dalam sinus paranasal, maupun
Universitas Sumatera Utara
obstruksi aliran udara hidung akibat perluasan polip ke dalam rongga hidung Ferguson Orlandi 2006. Sakit kepala biasanya terjadi pada pasien polip nasi
yang disertai dengan infeksi sekunder dan disebabkan oleh obstruksi aliran udara hidung Drake-Lee 1997.
Pada penelitian ini keluhan hidung tersumbat mungkin disebabkan oleh polip yang sudah meluas kedalam rongga hidung, keluhan bersin-bersin mungkin
disebabkan oleh adanya alergi pada penderita polip nasi, dan keluhan sakit kepala mungkin disebabkan adanya infeksi sekunder pada sinus paranasal dan adanya
obstruksi aliran udara hidung. Dari tabel 5.4 dapat dilihat proporsi stadium polip nasi yang terbanyak
dijumpai adalah stadium 2 dan 3 yaitu masing-masing sebanyak 41,9. Pada penelitian Hanis 2010 memperlihatkan bahwa stadium 3 paling banyak
ditemukan 79.1. Fokken et al 2007 mengatakan bahwa polip nasi asimptomatis dapat hadir atau menetap, dan tidak terdiagnosis dengan
pemeriksaan klinis. Dengan kata lain, polip yang tidak menimbulkan gejala tidak terdiagnosis karena tidak terlihat dengan rinoskopi anterior dan atau karena pasien
tidak menemui dokter mereka untuk masalah ini. Memang, sepertiga pasien dengan polip nasi tidak mencari perobatan medis untuk gejala sinonasal mereka.
Fokken et al 2007 juga mengatakan bahwa polip nasi yang besar dapat dilihat dengan rinoskopi anterior, sedangkan nasoendoskopi digunakan untuk
mendiagnosis polip nasi yang lebih kecil. Nasoendoskopi merupakan prasyarat untuk memperkirakan adanya prevalensi polip nasi pada penderita.
Tingginya frekuensi polip nasi menunjukkan bahwa polip hidung sering kali kecil. Dan jika polip nasi mencapai ukuran yang lebih besar, akan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan gejala yang menyebabkan gangguan pada kualitas hidup penderita Tos Larsen 2001.
Pada penelitian ini dijumpai stadium polip nasi terbanyak adalah stadium 2 dan 3. Hal ini mungkin disebabkan
Dari tabel 5.5 dapat dilihat proporsi polip nasi berdasarkan histopatologi terbanyak dijumpai adalah stroma gembur diinfiltrasi oleh limfosit dan PMN yang
difuse sebanyak 18,6. Berdasarkan penemuan histopatologi, Hellquist HB mengklassifikasikan polip nasi menjadi 4 tipe yaitu : I Eosinophilic edematous
type stroma edematous dengan eosinofil yang banyak, II Chronic inflammatory or fibrotic type mengandung banyak sel inflamasi terutama limfosit dan neutrofil
dengan sedikit eosinofil, III Seromucinous gland type tipe I+hiperplasia kelenjar seromucous, IV Atypical stromal type Kirtsreesakul 2002.
karena pasien tidak menemui dokter mereka untuk polip nasi yang tidak menimbulkan gejala, sehingga pada saat polip sudah
meluas, mereka baru mencari pengobatan medis.
Penelitian Volges 2001 menemukan tipe I sebanyak 94,8 dari 39 kasus, Bucholtz 1999 menemukan tipe I sebanyak 69 dari 16 kasus, Mangunkusumo
2004 menemukan tipe II sebanyak 72,4. Munir 2008 menemukan tipe I sebanyak 62 dari 26 kasus.
Fokkens et al 2007 mengatakan bahwa polip nasi berbentuk seperti anggur, berasal dari kompleks ostiomeatal. Polip nasi terdiri dari jaringan ikat
longgar, edema, sel-sel inflamasi dan beberapa kelenjar dan pembuluh darah, dan ditutupi dengan berbagai jenis sel epitel. Epitel pseudostatified respiratory
merupakan epitel terbanyak dengan sel-sel silia dan sel-sel goblet. Eosinofil adalah sel inflamasi yang paling sering pada polip nasi, juga dijumpai neutrofil,
Universitas Sumatera Utara
sel mast, sel plasma, limfosit dan monosit serta fibroblast. Kim et al 2002 mengatakan bahwa rongga hidung memiliki dinding yang tebal dan mengandung
fibrocytes, infiltrasi sel-sel inflamasi seperti neutrofil, limfosit, eosinofil, pembuluh darah dan kelenjar mucinous. Polip nasi lebih berhubungan pada
inflamasi kronis dari pada alergi Kim et al 2002. Pada penelitian ini dijumpai hasil histopatologi berupa stroma gembur
diinfiltrasi oleh limfosit dan PMN yang difuse dimana hal ini mungkin dsebabkan oleh karena ahli patologi anatomi tidak memberikan kesimpulan berdasarkan tipe
histopatologi menurut Hellquist HB. Dari tabel 5.6 dapat dilihat proporsi polip nasi berdasarkan infeksi sinus
paranasi yang terlibat dilihat dari hasil ct-scan terbanyak adalah multisinusitis unilateral sebanyak 16,3. Ct-scan penting untuk menunjukkan penyebaran dari
penyakit, kegagalan penatalaksanaan dengan obat-obatan, dan ketika diduga adanya komplikasi. Ct-scan paling baik dilakukan sesudah pengobatan dengan
obat-obatan untuk menggambarkan penyakit kronis Assanasen 2001. Dari tabel 5.7 dapat dilihat proporsi penderita polip nasi berdasarkan
hidung yang terlibat pada penderita polip nasi terbanyak adalah kavum nasi kanan sebanyak 39,5. Tos Larsen 2001 mengatakan bahwa polip nasi yang kecil
dan soliter dapat terbentuk pada ruangan sempit dari kompleks ostiomeatal. Pada penelitian ini dijumpai adanya polip nasi di hidung sebelah kanan
mungkin disebabkan oleh karena faktor kebetulan pada pasien polip nasi ini terdapat ruangan sempit dari kompleks ostiomeatal disebelah kanan ataupun ada
faktor lain seperti kelainan anatomi yang dapat menyebabkan kavum nasi kanan ini menjadi lebih sempit sehingga dapat terbentuk polip nasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.8 dapat dilihat penderita polip nasi berdasarkan penatalaksanaan yang terbanyak adalah operatif sebanyak 53,5. Endoskopi telah
meningkatkan diagnosis dan manajemen dari polip hidung. Penatalaksanaan awal polip nasi adalah dengan obat-obatan Assanasen 2001. Pemberian kortikosteroid
untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa. Untuk polip stadium 1 dan 2 sebaiknya diberikan kortikosteroid intranasi selama 4-6
minggu. Bila reaksinya baik, pengobatan ini diteruskan sampai polip atau gejalanya menghilang HTA 2006. Pengangkatan polip nasi secara operatif
dilakukan jika polip nasi tidak respons dengan obat-obatan. Tujuan dari operasi adalah untuk memperbaiki fisiologi hidung dengan membebaskan hidung dari
polip nasi dan memperbaiki drainase dari sinus yang infeksi Assanasen 2001.
Pada penelitian ini penatalaksanaan polip nasi yang dilakukan berupa operatif mungkin disebabkan oleh karena penderita polip nasi yang datang berobat
dalam keadaan stadium 2 dan 3.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan