BAB II KAJIAN TEORI
Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa teori yang dianggap relevan, yang diharapkan dapat mendukung temuan di lapangan agar dapat
memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah kajian pragmatik, implikatur, gaya bahasa, wacana pojok, dan penelitian yang relevan.
A. Kajian Pragmatik
Yule 2006:3 mengatakan pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau
pembaca. Studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis mengenai maksud yang ingin disampaikan seseorang melalui tuturannya daripada dengan
makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik juga dapat diartikan sebagai studi tentang maksud penutur.
Pragmatik didefinisikan sebagai suatu cabang semiotik, ilmu tentang tanda, hal tersebut dikemukakan oleh Morris dalam Schiffrin, 2007:268. Morris
memandang semiosis proses di mana sesuatu berfungsi sebagai tanda memiliki empat bagian, yaitu 1 tanda sign merupakan seperangkat tindakan
sebagai tanda, 2 penanda designatum adalah kepada apa tanda tersebut mengacu, 3 interpretant adalah efek dari tanda, dan 4 interpreter adalah
individu yang berpengaruh dengan tanda tersebut, ambil cara lain, sesuatu adalah tanda dari sebuah designatum untuk sebuah interpreter kepada tingkatan
interpreter mengambil nilai dari designator dalam sifat kehadiran tanda. Pragmatik adalah studi tentang hubungan tanda-tanda dengan interpreter.
Dengan demikian, Morris dalam Schiffrin, 2007:269 menyimpulkan bahwa
pragmatik adalah studi tentang bagaimana interpreter menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat memaparkan
pengonstruksian dari interpretan tanda itu sendiri. Menurut Lenvinson dalam Tarigan, 1986:33 pragmatik adalah telaah
mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai
kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat- kalimat dan konteks-konteks secara tepat.
Pragmatik juga perlu melibatkan penafsiran, seorang penutur harus mempertimbangkan dan mengatur apa yang ingin mereka katakan disesuaikan
dengan lawan tutur yang diajak bicara, di mana, kapan dan dalam keadaan apa. Pendekatan ini juga mengajak lawan tutur yang diajak berbicara dapat
menyimpulkan pembicaraan yang sedang dibicarakan, baik itu yang tersirat maknanya. Pendekatan tersebut berarti memerlukan suatu keakraban hubungan
baik secara fisik, sosial, ataupun konseptual untuk menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan. Jadi, pragmatik memiliki empat ruang lingkup yaitu 1
pragmatik adalah studi tentang maksud, 2 pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual, 3 pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih
banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan, dan 4 pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan Yule:2006.
Jadi, pragmatik merupakan telaah antara konteks dan makna. Pragmatik mempelajari bagaimana penyampaian makna tidak hanya bergantung pada
pengetahuan linguistik penutur dan lawan tuturnya, tetapi juga dari konteks penuturan, pengetahuan tentang status lawan tutur, dan maksud tersirat yang
ingin disampaikan penutur kepada lawan tuturnya.