29
rasa optimis yang tinggi dalam mencapai sesuatu sesuai dengan diharapankan. Sebaliknya, seseorang dengan kontrol diri yang rendah
menilai bahwa dirinya kurang memiliki kemampuan. Sehingga hal ini memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberhasilan
studi.
2.4.3 Jenis Kelamin dan Prestasi Belajar
Jenis kelamin juga merupakan salah satu variabel demografi yang menarik untuk diteliti jika dihubungkan dengan prestasi belajar.
Selain jenis kelamin dapat berpengaruh pada prestasi belajar, perbedaan jenis kelamin juga menarik untuk diteliti sehubungan dengan prestasi
belajar.Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya adalah Colley dalam Santrock, 2007. Colley menemukan bahwa tidak ada
perbedaan jenis kelamin pada kemampuan atau prestasi Matematika di grade 4, 8, dan 12. Adeyinka, dkk dalam Santrock, 2007 juga
menemukan bahwa perbedaan jenis kelamin memberikan pengaruh dan kontribusi pada prestasi belajar siswa. Dimana siswa laki-laki memiliki
usaha yang keras dan kemampuan untuk memberikan yang terbaik dalam prestasi belajar, bila dibandingkan dengan siswa perempuan.
Rumusan penelitian yang berbeda juga ditemukan oleh Hyness, dkk 1988 melakukan penelitian pada siswa SMA kulit hitam dalam
kaitannya dengan prestasi belajar. Kemudian mereka menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan
perempuan pada pencapaian prestasi belajar. Senada dengan penelitian
30
di atas, Burleson Samter 1992 juga meneliti perbedaan jenis kelamin di antara mahasiswa, keduanya menemukan bahwa tidak ada
perbedaan jenis kelamin pada prestasi akademik mahasiswa. Arslan, Canl, Sabo 2012 melakukan penelitian terhadap 553 orang siswa
sekolah menengah pertama di Turki untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian
menyatakan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa perempuan dan laki-laki. Siswa perempuan memiliki prestasi belajar
Matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hal ini disebabkan karena pada saat proses belajar berlangsung, siswa
perempuan lebih menunjukkan sikap belajar yang positif seperti duduk dengan tenang, menyimak pelajaran dengan baik, serta mengemukakan
pertanyaan ketika terdapat bagian pelajaran yang tidak dipahami. Hal ini menyebabkan prestasi belajar perempuan lebih tinggi dari pada
prestasi belajar Matematika laki-laki. Dalam kesempatan yang berbeda, Lauzon 2001 melakukan
penelitian untuk melihat perbedaan prestasi belajar Matematika siswa ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian membuktikan bahwa
terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa siswa laki-laki kurang tekun
dalam belajar, sulit berkonsentrasi, maupun kurang bertanggung jawab.Sedangkan siswa perempuan lebih mampu mengontrol diri untuk
dapat mengatur waktu belajar dengan baik sehingga menghasilkan prestasi yang maksimal. Dronen, dkk 2006 juga melakukan penelitian
31
terhadap untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian membuktikan bahwa siswa perempuan
lebih tekun dan berkonsentrasi dalam belajar. Siswa perempuan mampu mengatur waktu bersantai karena lebih terobsesi untuk memperoleh
hasil belajar yang tinggi. Sedangkan siswa laki-laki mudah tergoda dengan kegiatan lain selain belajar, kurang tekun dalam belajar, sulit
berkonsentrasi, bahkan siswa laki-laki tidak mampu mengatur waktu antara belajar dan bermain serta nonton TV.
Berdasarkan fenomena dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah penulis utarakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dukungan sosial teman sebaya, kontrol diri, dan jenis kelamin sebagai prediktor prestasi belajar siswa. Artinya semakin tinggi dukungan
sosial yang diberikan oleh teman sebaya diikuti dengan kontrol diri yang tinggi maka akan memberikan peningkatan pada prestasi belajar
siswa.
2.5 LANDASAN TEORI