Analisis Data dalam Kondisi
86 7,5 dan garis 2b berada di titik axis 8,5. Garis 3 pada
baseline
A2 merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis
tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a sesi 7-8 dan garis 2b sesi 8-9.
Median pada garis 2a sesi 7-8 ialah sebagai berikut. Me =
Sugiyono, 2010: 48-49 Me =
= 8,5 Maka titik median pada garis 2a sesi 7-8 adalah x:y 7,5 : 8,5.
Median pada garis 2b sesi 8-9 ialah sebagai berikut. Me =
Sugiyono, 2010: 48-49 Me =
= 8 Maka titik median pada garis 2b sesi 8-9 adalah x:y 8,5 : 8.
Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y 7,5 : 8,5 dan titik x:y 8,5 : 8. Garis tersebut menunjukan
kecenderungan arah yang menurun. 3
Kecenderungan stabilitas Kecenderungan stabilitas ditentukan dengan menggunakan kriteria
stabilitas 15. Untuk menentukan kecenderungan stabilitas, diperlukan data hasil perhitungan dari rentang stabilitas, mean, batas
87 atas, batas bawah, serta data poin, kemudian setelah itu dapat
dihitung presentase kecenderungan stabilitasnya. Rumus rentang stabilitas yang digunakan sebagai berikut Sunanto,
Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79.
Rumus mean yang digunakan ialah sebagai berikut Purwanto, 2009: 201.
Rumus batas atas yang digunakan ialah sebagai berikut Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79.
Rumus batas bawah yang digunakan ialah sebagai berikut Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79.
Rumus presentase kecenderungan stabilitas yang digunakan ialah sebagai berikut Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 80.
Kecenderungan stabilitas
baseline
A1
Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas
Presentase stabilitas = x 100
Batas bawah = mean level - rentang stabilitas
Batas atas = mean level + rentang stabilitas
Mean = Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas
88 = 16 x 0,15
= 2,4 Mean =
= = 15,66
Batas atas = mean level + rentang stabilitas
= 15,66 + x 2,4
= 15,66 + 1,2 = 16,86
Batas bawah = mean level - rentang stabilitas
= 15,66 - x 2,4
= 15,66 – 1,2
= 14,46 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas
bawah 14,46 dengan batas atas 16,86, sedangkan data pada
baseline
A1 ialah 15, 16, dan 16. Banyaknya data poin pada
baseline
A1 ialah 3 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada
rentang dengan data keseluruhan ialah 3:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada
baseline
A1 ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas =
x 100 = 100
89 Presentase kecenderungan stabilitas pada
baseline
A1 disimpulkan
termasuk dalam kategori stabil, karena presentase kecenderungan
stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 - 90 .
Kecenderungan stabilitas fase intervensi B
Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 5 x 0,15
= 0,75 Mean =
= = 3
Batas atas = mean level + rentang stabilitas
= 3 + x 0,75
= 3 + 0,375 = 3,375
Batas bawah = mean level - rentang stabilitas
= 3 - x 0,75
= 3 – 0,375
= 2,625 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas
bawah 2,625 dengan batas atas 3,375, sedangkan data pada intervensi B ialah 1, 3, dan 5. Banyaknya data poin pada intervensi
90 B ialah 1 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada
rentang dengan data keseluruhan ialah 1:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada intervensi B ialah sebagai berikut.
Presentase kecenderungan stabilitas = x 100
= 30 Presentase kecenderungan stabilitas pada intervensi B disimpulkan
termasuk dalam kategori tidak stabil, karena presentase
kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 - 90 .
Kecenderungan stabilitas
baseline
A2
Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 10 x 0,15
= 1,5 Mean =
= = 8,66
Batas atas = mean level + rentang stabilitas
= 8,66 + x 1,5
= 8,66 + 0,75 = 9,41
Batas bawah = mean level - rentang stabilitas
= 8,66 - x 1,5
91 = 8,66
– 0,75 = 7,91
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas bawah 7,91 dengan batas atas 9,41, sedangkan data pada
baseline
A2 ialah 10, 7, dan 9. Banyaknya data poin pada
baseline
A2 ialah 1 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada
rentang dengan data keseluruhan ialah 1:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada
baseline
A2 ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas =
x 100 = 30
Presentase kecenderungan stabilitas pada
baseline
A2 disimpulkan
termasuk dalam kategori tidak stabil, karena presentase
kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 - 90 .
4 Kecenderungan jejak data
Menentukan kecenderungan data dapat dilihat dari kecenderungan arah. Kecenderungan data yang dihasilkan ialah menaik untuk
baseline
A1, menaik untuk intervensi B, dan menurun untuk
baseline
A2. 5
Level stabilitas dan rentang Level stabilitas dan rentang didasarkan pada hasil perhitungan yang
telah dilakukan sebelumnya. Level stabilitas pada
baseline
A1 memperlihatkan kestabilan dengan rentang data antara 15-16. Level
92 stabilitas pada intervensi B memperlihatkan adanya ketidakstabilan
dengan rentang data antara 1-5. Terakhir, level stabilitas pada
baseline
A2 memperlihatkan adanya ketidakstabilan dengan rentang data antara 7-10.
6 Level perubahan
Level perubahan diperoleh dari selisih yang ada antara data pertama dengan data terakhir pada setiap fase. Level perubahan pada fase
baseline
A1 ialah data awal 15 dikurangi data akhir 16 dengan hasil 1. Level perubahan pada fase intervensi B ialah data awal 1
dikurangi data akhir 5 dengan hasil 4. Level perubahan pada fase
baseline
A2 ialah data awal 10 dikurangi data akhir 9 dengan hasil 1. Hasil perhitungan tersebut dituliskan dalam tabel sebagai
berikut. Tabel 10. Tabel Level Perubahan Hasil Pencatatan Kejadian
Kondisi A1
B A2
Level perubahan 15-16
- 1-5
- 10-9
+
Berdasarkan pada tabel tersebut, kesimpulan yang dapat diambil ialah pada fase
baseline
A1 dan fase intervensi B keadaan siswa memburuk, tetapi pada fase
baseline
A2 telah memperlihatkan jika keadaan siswa membaik.
93 Tabel 11. Tabel Analisis Data Pencatatan Kejadian
No Kondisi
A1 B
A2 1
Panjang kondisi 3
3 3
2 Kecenderungan arah
- -
+ 3
Kecenderungan stabilitas Stabil
100 Variabel
30 Variabel
30 4
Jejak data -
- +
5 Level stabilitas dan
rentang Stabil
15-16 Variabel
1-5 Variabel
7-10 6
Perubahan level 15-16
- 1-5
- 10-9
+
b. Analisis data hasil pencatatan durasi
1 Panjang kondisi
Panjang kondisi memperlihatkan banyaknya sesi pada setiap fase. Pada penelitian ini panjang kondisi dalam fase
baseline
A1 adalah 3 sesi, dalam fase intervensi B adalah 3 sesi, dan dalam fase
baseline
A2 adalah 3 sesi. Berdasarkan hal tersebut, maka panjang kondisi dalam penelitian ini adalah A1: B: A2 = 3: 3: 3.
94 2
Kecenderungan arah
Gambar 5. Grafik Hasil Pencatatan Durasi
Kecenderungan arah fase
baseline
A1
Pada fase
baseline
A1, garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 2. Karena panjang
kondisi pada
baseline
A1 adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 1, 2, dan 3. Selanjutnya dalam
baseline
A1 terdapat garis 2a yang terletak antara titik axis 1-2, sedangkan garis 2b terletak antara titik
axis 2-3. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis 1,5 dan garis 2b berada di titik axis 2,5. Garis 3 pada
baseline
A1 merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis
tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a sesi 1-2 dan garis 2b sesi 2-3.
Median pada garis 2a sesi 1-2 ialah sebagai berikut.
5 10
15 20
25 30
35 40
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Dura si P
er ila
k u
S e
lf I
n ju
ry
Sesi
Grafik Pencatatan Durasi
2a 2b
3
1
2a 2b
3 1
2a 2b
3 1
95 Me =
Sugiyono, 2010: 48-49 Me =
= 35 Maka titik median pada garis 2a sesi 1-2 adalah x:y 1,5 : 35.
Median pada garis 2b sesi 2-3 ialah sebagai berikut. Me =
Sugiyono, 2010: 48-49 Me =
= 37 Maka titik median pada garis 2b sesi 2-3 adalah x:y 2,5 : 37.
Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y 1,5 : 35 dan titik x:y 2,5 : 37. Garis tersebut menunjukan
kecenderungan arah yang menaik.
Kecenderungan arah fase intervensi B
Pada fase intervensi B, garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 5. Karena panjang
kondisi pada intervensi B adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 4, 5, dan 6. Selanjutnya dalam intervensi B terdapat garis 2a yang
terletak antara titik axis 4-5, sedangkan garis 2b terletak antara titik axis 5-6. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis
4,5 dan garis 2b berada di titik axis 5,5. Garis 3 pada
baseline
A1 merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis
96 tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a sesi 4-5
dan garis 2b sesi 5-6. Median pada garis 2a sesi 4-5 ialah sebagai berikut.
Me = Sugiyono, 2010: 48-49
Me = = 2
Maka titik median pada garis 2a sesi 4-5 adalah x:y 4,5 : 2. Median pada garis 2b sesi 5-6 ialah sebagai berikut.
Me = Sugiyono, 2010: 48-49
Me = = 4
Maka titik median pada garis 2b sesi 5-6 adalah x:y 5,5 : 4. Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada
titik x:y 4,5 : 2 dan titik x:y 5,5 : 4. Garis tersebut menunjukan kecenderungan arah yang menaik.
Kecenderungan arah fase
baseline
A2
Pada fase
baseline
A2, garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 8. Karena panjang
kondisi pada
baseline
A2 adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 7, 8, dan 9. Selanjutnya dalam
baseline
A2 terdapat garis 2a yang terletak antara titik axis 7-8, sedangkan garis 2b terletak antara titik
axis 8-9. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis
97 7,5 dan garis 2b berada di titik axis 8,5. Garis 3 pada
baseline
A2 merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis
tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a sesi 7-8 dan garis 2b sesi 8-9.
Median pada garis 2a sesi 7-8 ialah sebagai berikut. Me =
Sugiyono, 2010: 48-49 Me =
= 14 Maka titik median pada garis 2a sesi 7-8 adalah x:y 7,5 : 14.
Median pada garis 2b sesi 8-9 ialah sebagai berikut. Me =
Sugiyono, 2010: 48-49 Me =
= 13 Maka titik median pada garis 2b sesi 8-9 adalah x:y 8,5 : 13.
Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y 7,5 : 14 dan titik x:y 8,5 : 13. Garis tersebut menunjukan
kecenderungan arah yang menurun. 3
Kecenderungan stabilitas Kecenderungan stabilitas ditentukan dengan menggunakan kriteria
stabilitas 15. Untuk menentukan kecenderungan stabilitas, diperlukan data hasil perhitungan dari rentang stabilitas, mean, batas
98 atas, batas bawah, serta data poin, kemudian setelah itu dapat
dihitung presentase kecenderungan stabilitasnya. Rumus rentang stabilitas yang digunakan sebagai berikut Sunanto,
Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79.
Rumus mean yang digunakan ialah sebagai berikut Purwanto, 2009: 201.
Rumus batas atas yang digunakan ialah sebagai berikut Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79.
Rumus batas bawah yang digunakan ialah sebagai berikut Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79.
Rumus presentase kecenderungan stabilitas yang digunakan ialah sebagai berikut Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 80.
Kecenderungan stabilitas
baseline
A1
Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas
Presentase stabilitas = x 100
Batas bawah = mean level - rentang stabilitas
Batas atas = mean level + rentang stabilitas
Mean = Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas
99 = 37 x 0,15
= 5,55 Mean =
= = 35,66
Batas atas = mean level + rentang stabilitas
= 35,66 + x 5,5
= 35,66 + 2,75 = 38,41
Batas bawah = mean level - rentang stabilitas
= 35,66 - x 5,5
= 35,66 – 2,75
= 32,91 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas
bawah 32,91 dengan batas atas 38,41, sedangkan data pada
baseline
A1 ialah 33, 37, dan 37. Banyaknya data poin pada
baseline
A1 ialah 3 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada
rentang dengan data keseluruhan ialah 3:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada
baseline
A1 ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas =
x 100 = 100
100 Presentase kecenderungan stabilitas pada
baseline
A1 disimpulkan
termasuk dalam kategori stabil, karena presentase kecenderungan
stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 - 90 .
Kecenderungan stabilitas fase intervensi B
Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 5 x 0,15
= 0,75 Mean =
= = 3
Batas atas = mean level + rentang stabilitas
= 3 + x 0,75
= 3 + 0,375 = 3,375
Batas bawah = mean level - rentang stabilitas
= 3 - x 0,75
= 3 – 0,375
= 2,625 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas
bawah 2,625 dengan batas atas 3,375, sedangkan data pada intervensi B ialah 1, 3, dan 5. Banyaknya data poin pada intervensi
101 B ialah 1 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada
rentang dengan data keseluruhan ialah 1:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada intervensi B ialah sebagai berikut.
Presentase kecenderungan stabilitas = x 100
= 30 Presentase kecenderungan stabilitas pada intervensi B disimpulkan
termasuk dalam kategori tidak stabil, karena presentase
kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 - 90 .
Kecenderungan stabilitas
baseline
A2
Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 16 x 0,15
= 2,4 Mean =
= = 14
Batas atas = mean level + rentang stabilitas
= 14 + x 2,4
= 14 + 1,2 = 15,2
Batas bawah = mean level - rentang stabilitas
= 14 - x 2,4
102 = 14
– 1,2 = 12,8
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas bawah 12,8 dengan batas atas 15,2, sedangkan data pada
baseline
A2 ialah 12, 14, dan 16. Banyaknya data poin pada
baseline
A2 ialah 1 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada
rentang dengan data keseluruhan ialah 1:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada
baseline
A2 ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas =
x 100 = 30
Presentase kecenderungan stabilitas pada
baseline
A2 disimpulkan
termasuk dalam kategori tidak stabil, karena presentase
kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 - 90 .
4 Kecenderungan jejak data
Menentukan kecenderungan data dapat dilihat dari kecenderungan arah. Kecenderungan data yang dihasilkan ialah menaik untuk
baseline
A1, menaik untuk intervensi B, dan menurun untuk
baseline
A2. 5
Level stabilitas dan rentang Level stabilitas dan rentang didasarkan pada hasil perhitungan yang
telah dilakukan sebelumnya. Level stabilitas pada
baseline
A1 memperlihatkan kestabilan dengan rentang data antara 33-37. Level
103 stabilitas pada intervensi B memperlihatkan adanya ketidakstabilan
dengan rentang data antara 1-5. Terakhir, level stabilitas pada
baseline
A2 memperlihatkan adanya ketidakstabilan dengan rentang data antara 12-16.
6 Level perubahan
Level perubahan diperoleh dari selisih yang ada antara data pertama dengan data terakhir pada setiap fase. Level perubahan pada fase
baseline
A1 ialah data awal 33 dikurangi data akhir 37 dengan hasil 4. Level perubahan pada fase intervensi B ialah data awal 1
dikurangi data akhir 5 dengan hasil 4. Level perubahan pada fase
baseline
A2 ialah data awal 16 dikurangi data akhir 14 dengan hasil 2. Hasil perhitungan tersebut dituliskan dalam tabel sebagai
berikut. Tabel 12. Tabel Level Perubahan Hasil Pencatatan Durasi
Kondisi A1
B A2
Level perubahan 33-37
- 1-5
- 16-14
+
Berdasarkan pada tabel tersebut, kesimpulan yang dapat diambil ialah pada fase
baseline
A1 dan fase intervensi B keadaan siswa memburuk, tetapi pada fase
baseline
A2 telah memperlihatkan jika keadaan siswa membaik.
104 Tabel 13. Tabel Analisis Data Pencatatan Durasi
No Kondisi
A1 B
A2 1 Panjang kondisi
3 3
3 2 Kecenderungan
arah -
- +
3 Kecenderungan stabilitas
Stabil 100
Variabel 30
Variabel 30
4 Jejak data -
- +
5 Level stabilitas dan rentang
Stabil 33-37
Variabel 1-5
Variabel 12-16
6 Perubahan level 33-37
- 1-5
- 16-14
+