tidak berbeda nyata p0,05 dengan natrium alginat 5. Pembentukan jel kalsium alginat dipengaruhi oleh jumlah anion karboksilat dan ion Ca
2+
yang tersedia dalam sistem. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rokka dan Rantamaki, 2010 yang menyatakan bahwa
penambahan kation divalen misalnya Ca
2+
yang berfungsi sebagai penaut silangantarmolekul alginat, akan menyebabkan terjadinya gelatinisasi yang akan membentuk
jelmatriks kalsium alginat. Jika anion karboksilat dalam sistem terlalu banyak dan ion Ca
2+
tidak mencukupi, jel tidak akan terbentuk. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan penggunaan alginat 6 tidak meningkatkan rendemen beads. Rendemen yield akan sangat
berpengaruh pada jumlah sel yang terenkapsulasi dalam beads kalsium alginat. Hasil penelitian Sultana et al. 2000 dan Castilla etal. 2010 menunjukkan bahwa efisiensi
enkapsulasi sel meningkat seiring dengan meningkatnya rendemen beads.
2. Perbandingan Natrium Alginat dengan Bahan Pengisi
Bahan pengisi filler yang digunakan untuk pengkapsul adalah biopolimer berbasis protein berupa susu skim bubuk dan berbasis karbohidrat berupa maltodekstrin. Penggunaan
filler berbasis protein dan karbohidrat diharapkan dapat melindungi sel selama proses pengeringan serta menghasilkan BALterenkapsulasi dalam bentuk kering. Konsentrasi
biopolimer yang digunakan adalah 5 berdasarkan hasil yang didapat pada tahap penentuan total biopolimer bahan pengkapsul.
Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 16 menunjukkan hasil bahwa penggunaan filler berupa susu skimmenghasilkan rendemen 71,50 - 91,80 dan penggunaan filler
berupa maltodekstrin menghasilkan rendemen antara 72,36 - 94 sedangkan tanpa filler menghasilkan rendemen 63,41. Alginat 5 tanpa filler memiliki rendemen terendah,
sedangkan penggunaan filler pada perbandingan 2:1 dan 3:1 memiliki rendemen yang relatif hampir sama. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis filler yang digunakan pada perbandingan
2:1 dan 3:1 tidak mempengaruhi rendemen beads yang dihasilkan.
Gambar 9: Pengaruh perbandingan alginat-filler terhadap ukuran dan bentuk beads Gambar 9 menunjukkan bahwa setiap jenis filler maltodekstrin dan susu skim adalah
komposisi yang optimum untuk digunakan pada tahap penelitian selanjutnya. Hal ini dikarenakan rendemen pada alginat - filler 2:1 berbeda nyata p0,05 dengan 3:1 dan
menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan perbandingan alginat - filler 1:1. Selain itu, filler yang digunakan pada perbandingan 2:1 juga memiliki
konsentrasi lebih banyak dibandingkan 3:1, sehingga filler yang lebih banyak kemungkinan dapat lebih melindungi probiotik saat pengeringan. Selain itu, perlakuan dengan
perbandingan alginat - filler 2:1 memiliki ukuran beads yang lebih kecil dibandingkan 3:1. Ukuran beads yang lebih kecil kemungkinan memiliki proses fermentasi dan pengeringan
yang lebih cepat.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Tanpa Bahan Pengkapsul
susu skim Maltodekstrin
R e
nde m
e n
B e
a ds
Bahan Pengisi
1:00 1:01
2:01 3:01
3. Pengujian Viabilitas, Efisiensi dan Jumlah Populasi BAL Terenkapsulasi