perahu layar dayung, kail sederhana dan alat tangkap yang masih sangat sederhana. Teknologi dibagi 2 jenis ditinjau dari kapasitas kapalnya yaitu
kapasitas 4 GT dan 0 GT. Perbedaan kapasitas kapal ini secara keseluruhan membedakan jenis alat tangkap, jumlah modal dan tenaga kerja yang
digunakan dalam proses produksi. 9.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek dalam hal ini program bantuan pemerintah, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. 10.
Program bantuan pemerintah difokuskan kepada Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaaan PUMP.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran, maka dibuatlah beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1. Defenisi
11. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut
dengan menggunakan sampan dayung atau biasa nelayan tradisional, perahu motor dan kapal motor.
12. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh
nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapanproduksi ikan setelah dikurangi modal kerja sekali melaut satuan Rp.
13. Harga jual adalah nilai yang diberikan kepada komoditas yang diproduksi
oleh nelayan. Nilai yang dimaksudkan adalah dalam satuan rupiah. 14.
Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam memperoleh hasilnya. Terdiri dari: makan, rokok, minyak solar, minyak
Universitas Sumatera Utara
bensin, upah tenaga kerja, peralatan menangkap ikan umpan sekali melaut satuan Rp..
15. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 perahu atau
kapal motor satuan jiwa. 16.
Lamanya Melaut Pengalaman adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu satuan tahun.
17. Persepsi adalah pengalaman tentang objek program bantuan pemerintah,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.
2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan november - desember tahun 2014. 3. Sampel penelitian adalah nelayan 1 GT di Desa Jaring Halus.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Luas dan Letak Geografis Desa Jaring Halus
Desa Jaring Halus merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Langkat. Secara geografis Desa Jaring Halus berada pada 3°51ʹ30” – 3°59’45”
Lintang Utara dan 98°30’ – 98°42’ Bujur Timur dengan ketinggian 4 – 105 m diatas permukaan laut. Desa Jaring Halus mempunyai area seluas ±2.554 ha.
Desa Jaring Halus merupakan desa pesisir dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Malaka Sebelah Timur : Selotang
– Kecamatan Secanggang Sebelah Selatan : Secanggang
Sebelah Barat : Tapal Kuda – Kecamatan Tanjung Pura.
Desa Jaring Halus memiliki hutan lindung 33 ha, hutan mangrove 11.255 m². berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa hutan mangrove yang ada di
Desa Jaring Halus termasuk masih terlindungi. Formasi lingkungan yang terlindungi ini menciptakan kondisi air tenang yang cocok untuk kehidupan hutan
mangrove dan kondisi seperti ini terdapat pada lingkungan hutan mangrove berupa delta dataran lumpur dan dataran pulau. Kantor Desa Jaring Halus, 2013.
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Desa Jaring Halus termasuk daerah yang beriklim tropis.
Sehingga desa ini memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya
Universitas Sumatera Utara
hari hujan dan volume curah hujan. Dinas Pertanian Kabupaten Langkat yang berada di 14 daerah pengamatan.
Gambar 4.1 Lokasi Kabupaten Langkat
Sumber: Kantor Desa Jaring Halus,2013
4.2. Kependudukan dan Jumlah Nelayan