Analisis Pengaruh Realisasi Kredit terhadap Produksi Tomat, (Studi Kasus : Credit Union La Erlatih – Latih Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo)
Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN A. Identitas Responden Nama :
Usia :
Anggota keluarga :
B. Pertanyaan untuk responden
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu Bertani Tomat?
2. Berapa luas lahan yang Bapak/Ibu miliki untuk pertanian Tomat?
3. Berapa banyak jumlah pekerja yang digunakan untuk pertanian Tomat tersebut? 4. Berapa banyak hasil produksi Tomat Bapak/Ibu setiap panen?
5. Adakah usaha lain yang Bapak/Ibu lakukan selain bertani tomat ? Jika iya, usaha apa saja?
6. Apa saja kebutuhan Bapak/Ibu dalam bertani tomat ?
NO KEBUTUHAN NILAI Rp
1 Lahan 2 Bibit
3 Pengelolahan Lahan
4 Pupuk
(2)
7. Jumlah modal yang Bapak/Ibu miliki adalah Rp………
8. Rata-rata pendapatan perbulan yang diperoleh dengan modal sendiri (sebelum memperoleh kredit) adalah Rp………
9. Dengan modal sendiri maka kebutuhan sehari-hari Bapak/Ibu …. a. Sangat tercukupi
b. Tercukupi c. Cukup d. Kurang e. Sangat kurang
10. Modal kredit yang diperoleh Bapak/Ibu dari CU.La Erlatih - latih adalah : Rp………
11. Rata-rata pendapatan perbulan yang diperoleh dengan menggunakan modal kredit Rp……….
12. Penggunaan kredit yang diterima (pilih salah satu) : a. 100% untuk pengembangan usaha tani
b. 80% - 99% untuk pengembangan usaha tani c. 60% - 79% untuk pengembangan usaha tani d. 40% - 59% untuk pengembangan usaha tani e. 40% untuk pengembangan usaha tani
(3)
13. Penggunaan lain dari kredit :
NO Keterangan Ya Tidak % dari total kredit
1 Kebutuhan Rumah Tangga 2 Sekolah Anak
3 Lainnya
14. Menurut Bapak/Ibu perolehan kredit (pilih salah satu) : a. Sangat sulit
b. Sulit c. Biasa d. Mudah
e. Sangat mudah
15. Hambatan apa yang diperoleh dalam mengambil kredit?
NO Keterangan Beri Tanda Centang
(V) 1 Agunan
2 Lama waktu
3 Syarat Pendukung Kredit 4 Urusan Bertele-tele
(4)
16. Dengan adanya penambahan modal kredit pertanian maka pendapatan Bapak/Ibu :
a. Menjadi lebih tinggi b. Tetap sama
c. Masih kurang
17. Jumlah kredit untuk dapat meningkatkan usaha tani Bapak/Ibu sebaiknya : Rp………
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu atas perhatian dan kerjasamanya dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut, yang nantinya akan saya gunakan untuk penelitian skripsi saya.
Regression
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables
Removed Method 1 LUAS LAHAN,
MODAL KREDIT, MODAL SENDIRIb
. Enter
a. Dependent Variable: PRODUKSI b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,973a ,947 ,943 2,84029
(5)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5229,180 3 1743,060 216,067 ,000b
Residual 290,420 36 8,067
Total 5519,600 39
a. Dependent Variable: PRODUKSI
b. Predictors: (Constant), LUAS LAHAN, MODAL KREDIT, MODAL SENDIRI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3,612 1,103 -3,273 ,002
MODAL SENDIRI 7,112E-7 ,000 ,417 3,074 ,004
MODAL KREDIT 5,027E-7 ,000 ,257 2,324 ,026
LUAS LAHAN 6,011 2,505 ,446 2,400 ,022
a. Dependent Variable: PRODUKSI
Correlations
Correlations
MODAL SENDIRI MODAL KREDIT LUAS LAHAN PRODU
MODAL SENDIRI Pearson Correlation 1 ,208 ,814**
Sig. (2-tailed) ,198 ,000
N 40 40 40
MODAL KREDIT Pearson Correlation ,208 1 ,701**
Sig. (2-tailed) ,198 ,000
N 40 40 40
LUAS LAHAN Pearson Correlation ,814** ,701** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 40 40 40
PRODUKSI Pearson Correlation ,834** ,656** ,966**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
(6)
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation MODAL SENDIRI 40 2000000,00 30000000,00 11175000,0000 6975736,33647 MODAL KREDIT 40 3000000,00 26000000,00 11075000,0000 6078071,13466
LUAS LAHAN 40 ,50 3,00 1,9125 ,88352
PRODUKSI 40 3,00 38,00 21,4000 11,89656
(7)
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti.2007. Dinamika Koperasi, Rineka Cipta, Jakarta
Arief, Sritua. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia Press.Jakarta .
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan Kesebelas, PT.Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Bina Aksara. Yogyakarta. Ashari. 2004. Kredit Dalam Pertanian di Indonesia. Gramedia. Jakarta Baswir, Revisond, 2000, Koperasi Indonesia, Yogyakarta: BPFE-UGM.
Denni. 2013. Analisis Peranan Pemberian Kredit Oleh Cu.Budi Murni Terhadap Usaha Petani Kelapa Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu Dairi. Universitas Sumatera Utara
Hcristina. 2009. Pembiayaan BRI Unit Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan. Universitas Sumatera Utara
Nachrowi, Djalal Nachrowi. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometrika. PT.Grafindo Persada. Jakarta.
Ps, Djarwanto. 2003. Statistik Non Parametik. BPFE. Yogyakarta.
Rasidah. 2010.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng. Universitas Sumatera Utara
Sastradipoera, Komaruddin, 2001, Kamus Uang, Kredit, dan Bank, Bandung: Kappa-Sigma.
Sitio, Arifin, Halomoan Tamba, 2001, Koperasi Teori dan Praktik, Jakarta: Erlangga
Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis.Yogyakarta: Andi
Tjiptoadinugroho,R, 1994, Perbankan Masalah Perkreditan Jakarta:PT.Pradnya Paramitha
(8)
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan prosedur dan langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi dan pengolahan data untuk memecahkan permasalahan.
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Cinta Rakyat Kecamatan merdeka Kabupaten Karo, khususnya kepada petani tomat. Penelitian dilakukan mulai november hingga desember 2015.
3.2 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan modal sendiri, modal kredit dan luas lahan yang mempengaruhi produksi petani tomat terhadap kesejahteraannya. Berikut disajikan definisi variabel modal sendiri, modal kredit, luas lahan, tingkat produksi atau tingkat kesejahteraan :
a. Produksi petani Tomat (Y) adalah kegiatan yang dilakukan petani tomat Desa Cinta Rakyat dalam pertanian untuk menghasilkan tomat dengan satuannya adalah ton.
b. Modal sendiri (X1) adalah biaya pribadi yang digunakan petani tomat dalam pembiayaan pengembangan pertaniannya dalam rupiah
c. Modal kredit (X2) adalah pinjaman dalam bentuk kredit pertanian yang diberikan kepada petani tomat di Desa Cinta rakyat dalam jangka waktu tertentu dalam rupiah.
(9)
d. Luas lahan (X3) adalah luas tanah yang dipakai oleh petani tomat di Desa Cinta Rakyat.
3.3 Pemilihan Responden
Menurut Arikunto (992;102) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani kelapa sawit yang menerima kredit pertanian berdasarkan luas lahan pertaniannya di Desa Cinta Rakyat. Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk mewakili penelitian. Besarnya ukuran sampel didasarkan pada analisis yang akan digunakan untuk menguji hipotesis.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu secara kebetulan dengan peneliti dapat digunakan sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiono, 1997 ; 62)
Menurut Arikunto (992;107), “apabila populasi kurang dari 100 maka semua akan menjadi sampel. Jika populasi lebih dari 100 maka akan diambil 5% - 10% atau 20% - 25% dari jumlah populasi”. Dari data dilapangan jumlah populasi petani tomat adalah 160 orang, maka dipilihlah jumlah sampel 20 % dari total jumlah populasi yaitu 40 orang.
3.4Jenis Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penelitian secara empiris melalui
(10)
penyebaran kuisioner terhadap 40 responden yaitu petani tomat yang menerima kredit untuk mengolah lahan pertaniannya di Desa Cinta Rakyat, sedangkan data sekunder adalah data diperoleh dari studi kepustakaan, buku-buku, jurnal ekonomi, dan Badan Pusat Statistik.
3.5 Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah kuisioner yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian. Pengertian metode angket menurut (Arikunto, 2006:151) “Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2008:199) “Angket atau kuisioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang dilakukan berdasarkan data primer yang diperoleh langsung dari penyebaran kuisioner kepada petani tomat yang menerima kredit pertanian di Desa Cinta Rakyat yaitu analisis terhadap data secara rinci dan totalitas, dimana data menggunakan program komputer SPSS (Statistik Produk Service Solution) versi 15 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.
(11)
3.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis regresi linier berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai Y dapat diperoleh dengan rumus :
Y = α + �1X1 + β2X2 + β3X3 + ε dimana :
Y = Tingkat produksi atau tingkat kesejahteraan petani tomat α = Konstanta (bilangan yang nilainya tetap)
X1 = Modal Sendiri (equity capital) X2 = Realisasi Kredit Pertanian (credit) X3 = Luas lahan (Ha)
β123 = Koefisien regresi ε = Kesalahan penduga
3.6.1.1 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1.2 Koefisien Determinan (R-square)
Setelah menaksir parameter dan standard error-nya, perlu untuk diperiksa apakah model regresi yang terestimasi cukup baik atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut, harus dilakukan suatu cara untuk mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data. Ukuran yang digunakan untuk keperluan ini adalah Goodness of Fit (R2)
Determinasi dilakukan untuk menilai seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu member penjelasan mengenai variabel
(12)
dependen. Besarnya koefisien determinasi adalah antar 0 hingga 1< (0<R2<1) dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependennya.
3.6.1.3 Uji t-statistik
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.
Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis di atas yaitu :
a. H0 : b1 = 0, masing-masing variabel bebas tidak memperngaruhi variabel tidak bebasnya.
b. H0 : b1 ≠ 0, masing-masing variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya.
Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis diatas yaitu:
a. H0 diterima jika t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, hal ini berarti variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebasnya secara signifikan.
b. H0 ditolak jika t tabel ≥ t hitung ≥ t tabel, hal ini berarti variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya secara signifikan.
(13)
3.6.1.4 Uji F- statistik
Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersam-sama terhadap dependen variabel. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
a. H0 : b1 : b2 : b3 = ………. bk = 0 (tidak ada pengaruh) b. H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 = ………. bk = 0 (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen bersam-sama mempengaruhi variabel dependen.
Dengan demikian pengujian pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut :
a. H0 diterima jika F hitung < F tabel
b. H0 ditolak jika F hitung > F table
(14)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Sejarah Singkat Desa Cinta Rakyat
Desa Cinta Rakyat adalah Desa yang terletak di Kabupaten Karo. Desa ini berjarak sekitar 3 km dari Berastagi. Desa ini juga berdekatan dengan Gunung Sinabung yaitu sekitar 7 km. Desa ini sangat dikenal sebagai penghasil berbagai jenis tanaman dan kualitas tanamannya dapat bersaing di luar kota maupun di luar negeri.
4.2 Letak Geografis
Desa Cinta Rakyat terletak di Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatann merdeka dibentuk atas dasar PERDA 04 tahun 2005. Kecamtan Merdeka dengan luas 44,17 km2 berada pada ketinggian rata – rata 1000 – 1400 m diatas permukaan laut dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Berastagi - Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan merdeka
- Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan simpang empat - Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Deliserdang
4.3 Iklim
Desa Cinta Rakyat beriklim tropis dengan pergantian musim penghujan dan kemarau. Musim penghujan antara bulan Nopember – April dipengaruhi oleh
(15)
angin musim barat sedang musim kemarau antara bulan Mei – Oktober yangdipengaruhi oleh angin musim timur. Sedang kan jumlah curah hujan 1601 mm dan jumlah hari hujan 129 hari.
4.4 Demografis
Keadaan penduduk di Desa Cinta Rakyat diketahui berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tiap tahunnya mengalami peningkatan. Dapat dilihat dari tabel berikut ini data penduduk di Desa Cinta Rakyat 2010 – 2013
Tabel 4.1
Proyeksi Penduduk Desa di Kecamatan Merdeka Tahun 2013– 2015
No Desa 2013 2014 2015
1 Deram 481 499 520
2 Ujung Teran 778 798 801
3 Cinta Rakyat 2692 2700 2716
4 Sada Perarih 1485 1490 1496
5 Semangat 1149 1160 1182
6 Merdeka 1999 2010 2025
7 Gongsol 2142 2160 2185
8 Jaranguda 2421 2435 2450
9 Semangat Gunung 647 665 670
Jumlah 13794 13917 14045
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa penduduk terbanyak di berada di Desa Cinta Rakyat pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk 2716 orang. Pada
(16)
umumnya suku-suku yang mendiami wilayah Desa Cinta rakyat mayoritas bersuku bangsa karo. Sedangkan agama mayoritas yang dianut adalah Kristen dan Islam.
4.5 Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah
Pada umumnya Desa Cinta Rakyat memiliki potensi sebagai lahan pertanian yang cukup luas yang hasil pertaniannya cukup besar sehingga mata pencaharian penduduk yang utama adalah petani. Kontribusi sektoral yang menonjol terhadap pembentukan PDRB Desa Cinta Rakyat yaitu sektor pertanian sebesar 65,12 %, sektor industri pengolahan sebesar 9,1 %, sektor perdagangan, 10,09 %, sektor jasa-jasa sebesar 5,07 %, sektor konstruksi sebesar 2,11 %, sektor keuangan sebesar 1,29 %, sektor angkutan dan komunikasi sebesar 5,79 %, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,53 %.
4.6 Deskripsi Responden
Dengan kuisioner yang telah disebarkan oleh penulis, maka jawaban dari responden dapat memberikan informasi terhadap kondisi petani tomat yang ada di Desa Cinta Rakyat adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentae
1 Laki – Laki 22 55%
2 Perempuan 18 45%
Jumlah 40 100%
(17)
Maka jenis kelamin diketahui bahwa sebagian besar jumlah responden lebih banyak didominasi dari jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22 orang atau 55% dan sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 18 orang atau 45%. Hal ini berkaitan dengan kedudukan laki-laki dalam keluarga sebagai kepala keluarga yang merupakan sumber pendapatan keluarga sehingga lebih mengambil andil dalam memberikan informasi kepada penulis.
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
NO Pendidikan Jumlah Persentase
1 SD Sederajat 5 12.5%
2 SMP Sederajat 10 25
3 SMA Sederajat 20 20
4 Diploma &Sarjana 5 12.5%
Total 40 100%
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 dari 40 responden yang diteliti, menunjukan jumlah petani tomat tamatan SMA berjumlah 20 orang atau sebesar 50%. Petani tomat yang tingkat pendidikanya hanya sampai tamat SMA lebih besar dari tingkat pendidikan lainya. Diposisi kedua diikuti tamatan SD berjumlah 5 petani tomat atau sebesar 12,5% dan diposisi ketiga diikuti oleh tamatan SMP yang berjumlah 10 petani tomat atau sebesar 25%, kemudian tamatan D3 yaitu berjumlah 5 petani
(18)
tomat atau sebesar 12,5%. Dapat disimpulkan bahwa petani tomat di Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka moyoritas tingkat pendidikannya tamatan SMA.
4.6.1 Hubungan Antara Usia Responden dengan Lama Bertani Tabel 4.4
Usia Responden
Usia (Tahun) Jumlah Persentase
20 -30 2 5 %
31 – 40 9 22.5 %
41 – 50 15 37.5 %
51 - 60 11 27.5 %
61 – 75 3 7.5 %
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Dengan memperhatikan tabel 4.4 responden yang menerima pinjaman kredit dapat dilihat bahwa responden paling banyak berusia antara 41 – 50 tahun sebanyak 15 responden (37.5%), kemudian antara usia 51 – 60 tahun sebanyak 11 responden (27.5%), kemudian antara usia 31 – 40 tahun sebanyak 9 responden (22.5%), antara usia 61–75 tahun sebanyak 3 responden (7.5%), sedangkan yang paling sedikit adalah 20–30 tahun sebanyak 2 responden (5%).
(19)
Tabel 4.5
Lama Bertani Tomat
Sumber: Data Primer (diolah)
Dengan memperhatikan tabel 4.5, responden yang menerima pinjaman kredit dapat dilihat bahwa responden paling banyak dengan lama bertani antara 7 – 12 tahun sebanyak 15 responden (37.5%), kemudian antara 13 – 18 tahun sebanyak 12 responden (30%), kemudian antara 0 – 6 tahun sebanyak 10 responden (25%) dan responden yang paling sedikit dengan lama bertani 19 – 28 tahun sebanyak 3 responden (7.5%).
Lama Bertani ( Tahun) Jumlah Persentase
0 – 6 10 25 %
7 – 12 15 37.5 %
13 – 18 12 30 %
19 – 28 3 7.5 %
(20)
Tabel 4.6
Hubungan Antara Usia Responden dengan Lama Bertani
Usia(tahun)
Lama Bertani(tahun)
0-6 7-12 13-18 19-28 Jumlah responden
20-30 3 0 0 0 3
31-40 6 5 1 0 12
41-50 1 7 3 0 11
51-60 0 3 8 0 11
61-75 0 0 0 3 3
Jumlah
responden 10 15 12 3 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden paling banyak berada diantara usia 51 - 60 tahun dengan lama bertani antara 13 - 18 tahun, kemudian diantara usia 41 - 50 tahun dengan lama bertani antara 13 - 18 tahun, kemudian antara usia 31 - 40 tahun dengan lama bertani anatara 0 – 6 tahun, kemudian responden yang paling sedikit diantara usia 61 - 75 tahun dengan lama bertani antara 19 - 28 tahun hanya 3 responden tetapi 3 responden inilah paling lama bertani dari 40 responden.
Dalam hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara usia petani dengan lama bertani. Maka dapat disimpulkan bahwa petani tomat di Desa Cinta Rakyat sudah dijalankan sejak usia mereka masih muda, petani tersebut tidak mengganti profesinya sebagai petani tomat hingga saat ini.
(21)
4.6.2 Hubungan Antara Luas lahan dengan Hasil Produksi Tabel 4.7
Luas Lahan Petani Tomat (Rante)
Frekuensi Jumlah Persentase
0-1 15 37.5%
2-3 25 62.5%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah
Dengan memperhatikan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden paling banyak memiliki luas lahan antara 0 – 1 rante sebanyak 15 responden (37.5%), kemudian responden yang memiliki luas lahan 2 – 3 rante sebanyak 25 responden (62.5%) Dapat disimpulkan bahwa responden yang menerima pinjaman kredit pertanian mulai dari luas lahan terkecil sampai luas lahannya yang sudah memadai untuk dikelola dengan menggunakan pinjaman kredit.
Tabel 4.8
Hasil Produksi Tomat (Ton)
Frekuensi Hasil Produksi Jumlah Persentase
0-5 5 12.5%
6-10 10 25%
11-20 2 5%
21-30 23 57.5%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah
Dengan memperhatikan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa responden yang memperoleh hasil produksi tomat antara 0 – 5 ton sebanyak 5 responden (12.5%),
(22)
Responden yang memperoleh hasil produksi 6-10 ton yaitu sekitar 10 responden(25%). Kemudian responden yang memperoleh 11-20 ton yaitu 2 responden (5%), dan responden yang memperoleh hasil produksi tomat 21-30 ton yaitu 23 responden (57.5%). Dapat disimpulkan bahwa petani tomat yang menerima pinjaman kredit sudah memperoleh hasil produksi mulai dari hasil produksi terkecil hingga terbesar.
Tabel 4.9
Hubungan antara Luas lahan dengan Hasil Produksi
Luas Lahan (Rante)
Hasil Produksi (Ton) Jumlah
Pekerja
0-5 6-10 11-20 21-30
0-1 4 10 2 0 16
2-3 0 0 1 23 24
Jumlah responden
4 10 3 23 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Dari tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang mempunyai luas lahan terluas ada 23 responden dengan hasil produksi berada pada frekuensi 21 – 30 ketika panen. Berdasarkan hasil responden pada tabel tersebut juga dijelaskan bahwa ada sekitar 4 responden dengan hasil produksi pada frekuensi 0-5, dan 10 responden pada hasil produksi 6-10 ton, dan 2 responden dengan hasil produksi pada frekuensi 11-20 ton. Dapat disimpulkan bahwa semakin luas lahan responden tersebut akan mempengaruhi tingkat produksinya juga.
(23)
4.6.3 Hubungan Antara Luas Lahan dengan Jumlah Pekerja Tabel 4.10
Luas Lahan Petani Tomat (Rante)
Frekuensi Jumlah Persentase
0 – 1 15 37.5 %
2 – 3 25 62.5 %
Total 40 100 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Dengan memperhatikan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa responden paling banyak memiliki luas lahan antara 0 – 1 rante sebanyak 15 responden (37.5%), kemudian responden yang memiliki luas lahan 2 – 3 rante sebanyak 25 responden (62.5%) Dapat disimpulkan bahwa responden yang menerima pinjaman kredit pertanian mulai dari luas lahan terkecil sampai luas lahannya yang sudah memadai untuk dikelola dengan menggunakan pinjaman kredit.
Tabel 4.11
Jumlah Pekerja Petani Tomat (Orang) Kategori Jumlah Pekerja (Orang) Jumlah Persentase
1 – 5 15 37.5 %
6 – 10 25 62.5 %
Total 40 100.00 %
(24)
Dengan memperhatikan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa responden yang menerima pinjaman kredit paling banyak yang memiliki jumlah pekerja antara 6 – 10 orang sebanyak 25 responden (62.5%), kemudian responden yang menerima pinjaman dengan jumlah pekerja antara 1 – 5 orang sebanyak 15 responden (12.5%).
Tabel 4.12
Hubungan Antara Luas Lahan dengan Jumlah Pekerja
Luas lahan (Rante)
Jumlah pekerja
Jumlah responden 1-5 6-10
0-1 35 0 35
2-3 0 5 5
Jumlah responden 34 5 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.12 menunjukkan hubungan antara luas lahan dengan jumlah pekerja yaitu responden lebih banyak memiliki luas lahan diantara 2-3 rante ada 35 responden dan jumlah pekerjanya yaitu 6-10 orang. kemudian ada 15 responden yang memiliki jumlah pekerja diantara 1-5 orang Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan bahwa semakin luas lahan petani maka semakin banyak jumlah pekerja yang dibutuhkan.
(25)
4.6.4 Hubungan Antara Jumlah Pekerja dengan Hasil Produksi
Tabel 4.13 Jumlah Pekerja Tomat
Kategori Jumlah Pekerja (orang) Jumlah Persentase
1 – 5 16 37.5 %
6 – 10 24 62.5 %
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Dengan memperhatikan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa responden yang menerima pinjaman kredit paling banyak yang memiliki jumlah pekerja antara 6 – 10 orang sebanyak 25 responden (85%), kemudian responden yang memiliki jumlah pekerja antara 1 – 5 orang sebanyak 15 responden (12.5%)
Tabel 4.14
Hasil Produksi Tomat (Ton) Frekuensi
Hasil produksi Jumlah Persentase
0 – 5 5 12.5 %
6 – 10 10 25 %
11 – 20 2 5 %
21 – 30 23 57.5 %
Total 40 100.00 %
(26)
Dengan memperhatikan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa responden yang memperoleh hasil produksi tomat antara 0 – 5 ton sebanyak 5 responden (12.5%), Responden yang memperoleh hasil produksi 6-10 ton yaitu sekitar 10 responden(25%). Kemudian responden yang memperoleh 11-20 ton yaitu 2 responden (5%), dan responden yang memperoleh hasil produksi tomat 21-30 ton yaitu 23 responden (57.5%). Dapat disimpulkan bahwa petani tomat yang menerima pinjaman kredit sudah memperoleh hasil produksi mulai dari hasil produksi terkecil hingga terbesar.
Tabel 4.15
Hubungan Antara Jumlah Pekerja dengan Hasil Produksi Jumlah pekerja
(orang)
Produksi(ton) Jumlah
Responden 0-5 6-10 11-20 21-30
1-5 4 10 2 0 16
6-10 0 0 1 23 24
Jumlah responden 4 10 3 23 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa responden yang memliki jumlah pekerja antara 1– 5 orang sebanyak 16 responden. Dan yang menghasilkan 0-5 ton ada 4 responden, 6-10 ton ada 10 responden dan yang menghasilkan 11-20 ton ada 2 responden. Responden yang paling banyak memperoleh hasil produksi kelapa sawit antara 21 – 30 ton ada 23 responden yaitu dengan jumlah tenaga kerja 6-10 orang. Responden yang menghasilkan 11-20 ada 1 responden dan yang menghasilkan produksi 21-30 ton sebanyak 23 responden. Dalam hal ini berarti
(27)
ada hubungan yang signifikan antara jumlah pekerja dengan hasil produksi. Maka petani tomat di Desa Cinta Rakyat membutuhkan jumlah pekerja sesuai dengan hasil produksi untuk mendapatkan produksi yang besar dengan jumlah pekerja yang banyak.
4.6.5 Hubungan Antara Usaha Lain dengan Kebutuhan Hidup Tabel 4.16
Usaha Lain Responden
Jenis Usaha Jumlah Persentase
Tidak ada 12 30 %
Bertani Cabai merah 15 37.5 %
Grosir /warung 3 7.5 %
Lainnya 10 25 %
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Dari tabel 4.16 menunjukkan bahwa responden lebih banyak memiliki usaha lain selain bertani tomat yaitu bertani cabai merah ada 15 responden (37.5%) dan merupakan responden terbanyak yang memiliki usaha lain, kemudian ada 13 responden yang memiliki grosir/warung serta lainnya, sedangkan responden yang hanya bertani tomat hanya 12 responden. Dapat disimpulkan bahwa walaupun responden sudah bertani tomat masih tetap membuka usaha lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
(28)
Tabel 4.17
Kebutuhan Hidup Responden
Keterangan Jumlah Persentase
Sangat tercukupi 5 12.5 %
Tercukupi 9 22.5 %
Cukup 21 52.5 %
Kurang 5 12.5 %
Sangat Kurang 0 0
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa kebutuhan hidup responden yang terbanyak adalah cukup sebanyak 21 responden (52.5%), sedangkan yang sangat tercukupi dan tercukupi ada 14 responden, dan kebutuhan hidup yang masih kurang ada 5 responden. Dapat disimpulkan bahwa walaupun responden sudah memiliki lahan tomat masih saja ada kebutuhan hidupnya yang kurang atau tidak tercukupi.
(29)
Tabel 4.18
Hubungan Antara Usaha Lain dengan Kebutuhan Hidup
Usaha Lain
Kebutuhan Hidup
Jumlah Responden Sangat
tercukupi
tercukupi Cukup kurang Sangat kurang
Tidak Ada 2 3 14 3 0 22
Bertani Tomat 3 4 3 2 0 13
Grosir/Warung 0 1 2 0 0 3
Lainnya 0 1 2 0 0 3
Jumlah
Responden 5 9 21 5 0 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa hubungan antara usaha lain dengan kebutuhan hidup dari responden dapat diketahui lebih banyak kebutuhan hidupnya cukup dan memiliki usaha lain selain bertani tomat sedangkan kebutuhan hidupnya yang masih kurang ada 5 responden walaupun sudah memiliki lahan tomat. Hal ini disebabkan penggunaan pinjaman kredit yang belum maksimal seluruhnya untuk pengelolaan lahan tomat responden tersebut.
(30)
4.6.6 Hubungan Persentase Penggunaan Kredit
Tabel 4.19
Persentase Penggunaan Kredit Untuk Usaha Bertani % Penggunaa Kredit Jumlah Persentase
100 % untuk usaha tani 7 17.5 %
80 – 99 % untuk usaha tani 6 15 % 60- 79% untuk usaha tani 12 30 % 40 – 59 % untuk usaha tani 11 27.5 % < 40 % untuk usaha tani 4 10 %
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.19 di atas, dapat diketahui bahwa persentase penggunaan kredit pertanian dari 40 responden hanya 7 responden (17.5%) yang menggunakan kredit 100% untuk pengembangan atau pengelolaan lahan tomat responden tersebut, kemudian yang paling banyak responden menggunakan kredit berada pada persentase 60% - 79% untuk pengembangan lahan tomat sebanyak 12 responden, kemudian persentase penggunaan kredit di bawah 40% untuk pengembangan tomat responden ada 4 responden.
(31)
Tabel 4.20
Persentase Penggunaan Lain dari Kredit % dari
Total kredit Keterangan Jumlah responden
10%-40% Kebutuhan rumah tangga 18
10%-30% Sekolah anak 15
≤10% lainnya
Atau tidak ada Lainnya 17
Total 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.20 di atas, dapat diketahui bahwa persentase penggunaan lain dari kredit oleh responden lebih banyak untuk kebutuhan rumah tangga dan sekolah anak sebanyak 33 responden, sedangkan persentase di bawah 10% penggunaan lain dari total kredit hanya ada 7 responden. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan lain dari kredit lebih dominan dibandingkan penggunaan kredit sepenuhnya untuk pengembangan lahan tomat responden tersebut.
(32)
Tabel 4.21
Hubungan Persentase Penggunaan Kredit dengan Penggunaan Lain Kredit Persentase
penggunaan kredit untuk usaha tani
Penggunaan lain kredit
Jumlah responden <10%
lainnya atau tidak ada
Kebutuhan rumah tangga (10%-40%)
Sekolah anak (10%-30%)
100% 5 0 0 5
80%-99% 1 4 2 7
60%-79% 1 6 2 9
40%-59% 0 1 5 6
<40% 0 7 6 13
Jumlah
responden 7 18 15 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Berdasarkan tabel 4.21, dapat diketahui bahwa penggunaan kredit untuk usaha tani responden lebih banyak pada persentase <40% ada 13 responden dengan penggunaan lain kredit tersebut lebih banyak untuk kebutuhan rumah tangga 10% - 40% dari kredit yang diterima responden, kemudian persentase penggunaan kredit untuk usaha tani 60% – 79% ada 9 responden dengan penggunaan lain untuk sekolah anak 10% - 40% dari kredit yang diterima respond
(33)
4.6.7 Hubungan Antara Perolehan Kredit dengan Hambatannya
Tabel 4.22 Persentase Perolehan Kredit
Keterangan Jumlah Persentase
Sangat sulit 0 0.00 %
Sulit 12 30 %
Biasa 7 42.5 %
Mudah 8 20 %
Sangat Mudah 3 7.5 %
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.22 dapat dilihat bahwa perolehan kredit dari 40 responden ada 12 responden menyatakan sulit untuk memperoleh kredit, menyatakan biasa 17 responden, dan menyatakan mudah ada 8 responden serta ada juga yang mengatakan sangat mudah untuk memperoleh kredit tersebut sebanyak 3 responden. Dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh kredit responden yang menyatakan sulit dan biasa mendapat hambatan seperti dijelaskan pada tabel 4.22.
(34)
Tabel 4.23
Hambatan Memperoleh Kredit
Keterangan Jumlah Persentase
Agunan 6 15 %
Lama waktu 5 12.5 %
Syarat Pendukung Kredit 12 30 %
Urusan bertele – tele 7 42.5 %
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa responden untuk memperoleh kredit mendapat berbagai hambatan yaitu masalah agunan, lama waktu, syarat pendukung kredit, dan urusan bertele-tele. Berdasarkan hasil responden, hambatan paling banyak dalam mengajukan permohonan kredit adalah urusan bertele-tele ada 17 responden, kemudian syarat pendukung kredit ada 12 responden, agunan ada 8 responden. Sedangkan responden yang mengalami masalah lama waktu dalam memperoleh kredit hanya ada 5 responden saja.
(35)
Tabel 4.24
Hubungan Antara Perolehan Kredit dengan Hambatan Memperoleh Kredit
Perolehan kredit
Hambatan
Jumlah responden Agunan Lama
Waktu
Syarat Pendukung Kredit
Urusan Bertele-tele
Sulit 4 3 3 8 18
Biasa 2 1 4 9 16
Mudah 0 1 3 0 4
Sangat
mudah 0 0 2 0 2
Jumlah
responden 6 5 12 17 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Berdasarkan Tabel 4.24 dapat dilihat bahwa hubungan perolehan kredit dengan hambatan memperoleh kredit mempunyai hubungan yang signifikan. Artinya responden yang menyatakan perolehan kredit biasa dan sulit karena mereka memperoleh hambatan dalam hal urusan bertele-tele dan syarat pndukung kredit. Hambatan utama untuk memperoleh kredit adalah urusan bertele-tele. Hal ini dapat dilihat dari 40 responden ada 17 responden menyatakan urusan bertele-tele merupakan hal yang sering terjadi dalam permohonan kredit sehingga menghabiskan waktu dalam pengurusan permohonan.
(36)
4.6.8 Hubungan % Penggunaan Kredit dengan Perubahan Produksi
Tabel 4.25
Persentase Penggunaan Kredit Untuk Usaha Bertani
% Penggunaan Kredit Jumlah Persentase
100 % untuk usaha tani 7 17.5 %
80 – 99 % untuk usaha
tani 6 15 %
60 – 79 % untuk usaha
tani 12 30 %
40 – 59 % untuk usaha
tani 11 27.5 %
< 40 % untuku usaha
tani 4 10 %
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.25 di atas, dapat diketahui bahwa persentase penggunaan kredit pertanian dari 40 responden hanya 7 responden (17.5%) yang menggunakan kredit 100% untuk pengembangan atau pengelolaan lahan tomat responden tersebut, kemudian yang paling banyak responden menggunakan kredit berada pada persentase 60% - 79% untuk pengembangan lahan tomat sebanyak 12 responden, kemudian persentase penggunaan kredit di bawah 40% untuk pengembangan lahan tomat responden ada 4 responden.
(37)
Tabel 4.26
Perubahan Produksi Tomat Responden
Keterangan Jumlah Persentase
Menjadi Lebih tinggi 32 80 %
Tetap sama 8 20 %
Masih Kurang 0 0.00 %
Total 40 100.00 %
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 4.26 di atas menunjukkan perubahan produksi responden setelah memperoleh kredit, dari 40 responden perubahan produksinya lebih banyak menjadi lebih tinggi sebanyak 32 responden. Dalam hal ini juga dapat dilihat bahwa masih ada responden perubahan pendapatannya masih tetap walaupun sudah memperoleh kredit sebesar 8 responden.
(38)
Tabel 4.27
Hubungan Antara Persentase Penggunaan Kredit dengan Perubahan Produksi %penggunaan
kredit untuk usaha tani
Perubahan produksi
Jumlah responden Menjadi
lebih tinggi
Tetap sama
Masih kuran
100% 6 0 0 3
80%-99% 8 0 0 6
60%-79% 10 1 0 10
40%-59% 9 2 0 9
<40% 4 0 0 8
Jumlah responden 37 3 0 40
Sumber : Data Primer yang Diolah
Berdasarkan tabel 4.27 bahwa hubungan antara persentase penggunaan kredit dengan perubahan produksi dapat dilihat dari 40 responden yaitu produksi yang menjadi lebih tinggi dari sebelumnya lebih banyak menggunakan pinjaman kredit 60% - 79% dan penggunaan kredit 100% untuk usaha bertani tomat dibandingkan penggunaan kredit dibawah 40% untuk usaha bertani tomat. Sedangkan perubahan produksi yang masih tetap masih ada walaupun responden sudah memperoleh kredit, ini disebabkan masih tahap memulai mengolah lahan mereka dan juga penggunaan lain dari kredit tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara persentase penggunaan pinjaman kredit ada hubungan yang signifikan dengan perubahan produksi. Ini disebabkan penggunaan pinjaman kredit tidak
(39)
seluruhnya untuk usaha bertani tomat, karena kebanyakan pinjaman kredit dipergunakan untuk usaha lain oleh responden tersebut.
Berdasarkan hasil survey lapangan perubahan produksi petani tomat dari 40 responden rata rata meningkat, berikut persentase perubahan pendapatan setelah memperoleh pinjaman kredit pertanian petani tomat Desa cinta Rakyat. Tabel 4.28
Persentase Perubahan Produksi Tanaman Tomat Responden Setelah Memperoleh Kredit
NO Luas lahan (rante)
Modal sendiri (rupiah)
Pinjaman kredit (rupiah)
Produksi (ton) Perubahan Produksi Sebelum Sesudah Produksi % 1 2 10.000.000 14.000.000 15 25 10 66,6% 2 3 20.000.000 16.000.000 22 35 10 45.4 % 3 2 12.000.000 12.000.000 18 25 7 38.8 %
4 1 4.000.000 8.000.000 7 10 3 42.8 %
5 2 18.000.000 6.000.000 20 25 5 25 % 6 3 11.000.000 25.000.000 25 37 12 48 %
7 1 3.000.000 8.000.000 6 10 4 66,6 %
8 1 5.000.000 7.000.000 5 5 0 0.00 % 9 2 11.000.000 13.000.000 14 28 14 100 % 10 3 23.000.000 13.000.000 24 38 14 58.3 %
11 1 6.000.000 6.000.000 5 8 3 60 %
12 1 4.000.000 7.000.000 4 7 3 75 %
13 2 20.000.000 4.000.000 23 27 4 17.3 % 14 0.5 2.000.000 4.000.000 3 4 1 33.3 % 15 3 30.000.000 6.000.000 30 35 5 16.6 % 16 2 18.000.000 9.000.000 19 22 3 15.7 % 17 2.5 12.000.000 14.000.000 16 20 4 25 % 18 3 17.000.000 19.000.000 20 38 8 40 % 19 3 20.0000.000 14.000.000 21 32 11 52.3 %
20 1 5.000.000 8.000.000 5 9 4 80 %
(40)
22 0.5 2.000.000 4.000.000 2 3 1 50 % 23 2.5 13.000.000 16.000.000 24 30 6 25 % 24 2 20.000.000 3.000.000 27 27 0 0.00 % 25 2 10.000.000 14.000.000 15 24 9 60 %
26 1 3.000.000 8.000.000 5 8 3 60 %
27 2 8.000.000 9.000.000 7 10 3 42.8 % 28 3 20.000.000 13.000.000 24 36 12 50 % 29 3 14.000.000 20.000.000 28 34 6 21.4 % 30 3 20.000.000 6.000.000 30 35 5 16.6 % 31 2 8.000.000 15.000.000 15 26 11 73.3 % 32 1 5.000.000 7.000.000 7 10 3 42.8 % 33 1 7.000.000 6.000.000 6 11 5 83.3 % 34 3 10.000.000 26.000.000 20 30 10 50 % 35 3 14.000.000 20.000.000 25 34 9 36 % 36 2.5 10.000.000 22.000.000 14 28 14 100 % 37 0.5 2.000.000 4.000.000 5 5 0 0.00 %
38 1 4.000.000 7.000.000 6 9 3 50 %
39 1 5.000.000 9.000.000 7 11 4 57.1 % 40 2.5 14.000.000 16.000.000 15 30 15 100 %
Kredit pertanian yang disalurkan oleh CU. La Erlatih – Latih yang ada di Desa Cinta Rakyat yang diprioritaskan pada sektor pertanian diharapkan dapat membangun atau meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan para debiturnya yang berasal dari sektor pertanian dan tentunya dengan memanfaatkan kredit yang diterima secara efisien untuk usaha yang dapat meningkatkan produksitifitas pertanian. kondisi yang tercermin dari penghasilan setelah menerima pinjaman kredit untuk menjalankan usaha masih ada debitur yang berstatus diragukan dan macet atau tidak 100% berstatus lancar. Ada kemungkinan kondisi ini timbul karena ada debitur menggunakan kredit bukan untuk pengembangan usaha taninya tetapi untuk konsumsi yang bukan membantu
(41)
produkstifitas bertani tomat. Misalnya untuk biaya sekolah anak-anaknya, kebutuhan rumah tangga, dan konsumsi lainnya. Dari 40 responden yang disurvei produksi pertaniannya 80,00% produksinya meningkat setelah meminjam kredit dan 20,00% responden pendapatannya tetap sama atau tidak mengalami perubahan.
(42)
4.7 Hasil Analisis Regresinya
Metode analisis regresi linier berganda digunakan dengan rumus :
Y = α + �1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
dimana :
Y = Tingkat produksi
Α = konstanta (bilangan yang nilainya tetap) X1 = Modal Sendiri (Rupiah)
X2 = Pinjaman Kredit Pertanian (Rupiah) X3 = Luas lahan (Rante)
β123= koefisien regresi ε = kesalahan penduga
4.7.1 Analisis Regresi X1, X2, dan X3 Terhadap Y
Dari data pada tabel 4.28 dapat diperoleh hasil dengan menggunakan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = -3,613 + 7,112 X1 + 5,027X2 + 6,011X3 T hitung = (3,074) (2,324)(2,400)
R Square = 0,973 F hit = 216,067
Berdasarkan model hasil estimasi di atas dapat ditentukan bahwa :
a. Koefisien regresi modal sendiri (X1) 7,112 mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan tingkat produksi dan signifikan. Dalam hal ini ketika modal sendiri meningkat maka produksi juga meningkat.
b. Koefisien regresi modal kredit pertanian (X2) 5,027 mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan tingkat produksi dan signifikan. Artinya jika pinjaman kredit pertanian naik maka akan meningkatkan tingkat produksi tanaman tersebut.
c. Koefisien regresi luas lahan (X3) 6,011 mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan tingkat produksi dan signifikan. Artinya jika luas lahan pertanian meningkat atau naik maka akan meningkatkan tingkat produksi
(43)
d. R2 menunjukkan 0,973 artinya secara bersamaan atau serentak variable modal sendiri (X1), modal kredit (X2), dan luas lahan (X3) mampu memberikan penjelasan variasi tingkat pendapatan sebesar 97.3% dan sisanya sebesar 2.7% dijelaskan oleh variable yang tidak disertakan dalam model estimasi.
Uji t-statistik modal sendiri (X1) adalah sebagai berikut : Hipotesis :
a. H0 : b1 = 0, masing - masing variabel bebas tidak ada pengaruh H0 : b1 ≠ 0, masing – masing variable bebas ada pengaruh
b. df = n - k – 1 df = 40 - 3 - 1 df = 36
c. α = 5 % d. t tabel = 1,688
e. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima apabila t hitung < t tabel H0 ditolak apabila t hitung > t tabel
f. t hitung modal sendiri = 3,074
g. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa variable modal sendiri (X1) t hitung < t table (3,074>1,668) artinya H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable modal sendiri (X1) berpengaruh secara nyata terhadap variable tingkat produksi (Y) petani tomat di Desa Cinta Rakyat pada tingkat kepercayaan 95 %.
(44)
Uji t-statistik modal kredit (X2) adalah sebagai berikut : Hipotesis :
a. H0 : b1 = 0, masing - masing variabel bebas tidak ada pengaruh H0 : b1 ≠ 0, masing – masing variable bebas ada pengaruh
b. df = n - k – 1 df = 40 - 3 – 1 df = 36 c. α = 5 % d. t tabel = 1,688
e. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima apabila t hitung < t tabel H0 ditolak apabila t hitung > t tabel
f. t hitung modal kredit = 2,324
g. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa variable modal kredit (X2) t hitung < t table (2,324 >1,668) artinya H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable modal kredit (X2) berpengaruh secara nyata terhadap variable tingkat produksi (Y) petani tomat di Desa Cinta Rakyat pada tingkat kepercayaan 95 %.
Uji t-statistik Luas Lahan (X3) adalah sebagai berikut : Hipotesis :
a. H0 : b1 = 0, masing - masing variabel bebas tidak ada pengaruh H0 : b1 ≠ 0, masing – masing variable bebas ada pengaruh
(45)
b. df = n - k – 1 df = 40 - 3 – 1 df = 36 c. α = 5 % d. t tabel = 1,688
e. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima apabila t hitung < t tabel H0 ditolak apabila t hitung > t tabel
f. t hitung Luas lahan = 2,400
g. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa variable Luas lahan (X3) t hitung > t table (2,400>1,668) artinya H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable luas lahan (X3) berpengaruh secara nyata terhadap variable tingkat produksi (Y) petani tomat di Desa Cinta Rakyat pada tingkat kepercayaan 95 %.
Uji F – Statistik
Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama- sama terhadap dependen variable.
a. Hipotesis
H0 : b1 : b2 : b3 = ………bk = 0 ( tidak ada pengaruh) H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 =………..bk = 0 (ada pengaruh)
(46)
b. V1 = k = 3 V2 = n – k – 1
= 40 – 3 – 1 = 36
c. α = 5% d. F tabel = 2,87
e. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima jika F hitung < F � H0 ditolak jika F hitung > F �
f. F hitung = 216,067
g. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa F hitung > F tabel (216,067 > 2,87). Dalam hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal sendiri, modal kredit pertanian, dan luas lahan berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap tingkat produksi petani tomat di desa Cinta Rakyat.
(47)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnnya tentang perbandingan modal sendiri, pinjaman kredit pertanian, dan luas lahan terhadap peningkatan produksi petani tomat di Desa Cinta Rakyat dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dari hasil perhitungan koefisien regresi modal sendiri mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan tingkat produksi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi modal sendiri yang dimiliki oleh petani maka akan meningkatkan produksi petani tomat tersebut.Dimana dengan semakin tingginya modal yang dimiliki maka petani dapat memenuhi kebutuhan untuk menanam tomat.
b. Dari hasil perhitungan koefisien regresi pinjaman kredit pertanian mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat produksi atau dapat dikatakan jika pinjaman kredit pertanian semakin tinggi maka akan semakin tinggi kesempatan untuk mengembangkan usaha pertanian petani tomat tersebut.
c. Dari hasil perhitungan koefisen regresi luas lahan berpengaruh positif terhadap tingkat produksi atau dapat dikatakan jika luas lahan pertanian semakin luas maka semakin besar kesempatan petani tomat untuk mengembangkan usaha mereka dan semakin besar hasil produksi yang didapat dari luas lahan yang semakin luas. Namun jika pengolahan lahan kurang maksimal akan menyebabkan perubahan produksi berkurang ataupun tetap tidak ada perubahan, misalnya tomat tersebut terserang hama maka akan mengurangi hasil produksi.
(48)
5.2 Saran
Adapun saran penulis setelah melakukan penelitian terhadap pengaruh realisasi kredit terhadap produksi tanaman tomat di Desa Cinta Rakyat adalah sebagai berikut :
a. Produksi tanaman tomat akan semakin meningkat jika modal sendiri lebih ditingkatkan lagi, pendapatan dari modal sendiri hendaknya digunakan untuk pengolahan dan pemeliharaan pertanian sehingga nantinya tidak perlu lagi meminjam ke tempat lain untuk mencari tambahan modal.
b. Kredit pertanian yang disalurkan oleh CU.La Erlatih - Latih seharusnya diprioritaskan pada sektor pertanian dengan harapan dapat membangun dan meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani tomat yang sudah menjadi debitur kredit pertanian.
c. Luas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani tomat sebaiknya dikembangkan dan diolah dengan adanya modal tambahan dari pinjaman kredit pertanian, misalnya memperluas lahan pertanian untuk modal ke masa mendatang bukan memanfaatkan kredit tersebut untuk keperluan lain.
d. Diharapkan agar CU.La Erlatih – latih dalam menjalankan tugasnya melakukan atau dalam memberikan pelayanan kepada nasabah tidak pilih kasih. Dengan pengertian bahwa pihak CU. La Erlatih - Latih tidak membedakan apakah dia nasabah dari kalangan ekonomi menengah, dari pihak aparat desa, atau dari pihak pemerintahan daerah.
e. Diharapkan bagi para petani tomat agar menggunakan pinjaman kredit dengan benar atau tidak menggunakannya untuk yang lain-lain, agar produktifitas pertanian tomat dapat semakin meningkat.
(49)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Pertanian
Pertanian rakyat dalam arti luas untuk sebagian meliputi perkebunan rakyat, perikanan, peternakan dan pencarian hasil-hasil hutan. Usaha tani seperti ini umumunya diusahakan dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup petani dengan keluarganya. Sedangkan faktor-faktor produksi atau modal yang dipergunakan sebagian besar berasal dari dalam usaha tani sendiri.
Pengertian dalam arti sempit yaitu usaha pertanian keluarga dimana produksi bahan makanan utama seperti beras, palawija, dan tanaman holtikuktura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Pertanian dalam arti ini diusahakan di atas tanah-tanah sawah, ladang, dan pekarangan. Pada umumnya penggunaan hasil-hasil tanaman ini adalah keperluan konsumsi keluarga. Aspek pembangunan pertanian sangat urgen untuk dipersoalkan dalam suatu negara khususnya yang tergolong pada negara pertanian dimana peranan sektor tersebut cukup besar dalam total perekonomian. Konsekuensi dari keadaan tersebut adalah terdapatnya hubungan yang sangat erat atau saling terkait antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya.
Sektor pertanian adalah sektor yang aktif dimana pembangunan pertanian didorong dari segi fungsi produksi melalui penelitian-penelitian pembangunan pertanian, pembangunan prasarana sosial dal ekonomi dalam investasi yang cukup besar. Fenomena di atas merupakan gambaran tentang betapa strategisnya peran
(50)
sektor pertanian dalama pembangunan nasional. Peran sektor pertanian tentu akan lebih optimal jika didukung dengan sistem perencanaan yang terpadu, berkelanjutan dan diimbangi dengan penyediaan anggaran yang memadai. Untuk memperkuat sektor pertanian, maka ketersedian modal bagi pelaku usaha pertanian merupakan sebuah keharusan.
Fungsi modal dalam usaha tani tidak hanya sebagai salah satu faktor produksi, tetapi juga berperan dalam peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi teknologi seperti benih bermutu, pupuk berimbang, atau teknologi pasca panen. Pada era teknologi pertanian yang semakin modern, pengerahan modal yang intensif baik untuk alat-alat pertanian maupun sarana produksi mungkin akan menjadi suatu keharusan. Bagi pelaku pertanian (khususnya petani), situasi tersebut dapat kembali memunculkan masalah karena sebagian besar petani tidak sanggup mendanai usaha tani yang padat modal dengan dana sendiri.
Untuk menutupi kekurangan modal, petani umumnya mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal mereka, baik formal maupun informal. Kredit formal dapat berupa kredit program maupun non program (kredit komersial). Kredit program umumnya terkait dengan pelaksanaan program pemerintah. Contoh kelembagaan kredit formal antara lain bank, koperasi dan pegadaian yang menerapkan persyaratan cukup ketat dalam pelayanan peminjaman. Sementara pada kredit informal, pada umumnya tidak memerlukan persyaratan yang rumit, akan tetapi memiliki sistem bunga yang sangat tinggi.
(51)
Dari segi ketersediaan dana, secara teoritis sebenarnya lembaga perbankan formal memiliki potensi besar untuk pembiayaan usaha pertanian. Namun demikian, perbankan yang mempunyai legalitas dalam menghimpun dana masyarakat dalam jumlah yang sangat besar ternyata belum maksimal dalam mendanai sektor pertanian. Untuk mendukung ketersediaan modal petani, pemerintah sejak masa awal orde baru telah meluncurkan kebijakan kredit program yang diawali dengan Bimas. Dari waktu ke waktu program kredit pertanian ini telah mengalami berbagai perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran, dan bantuan kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian.
2.1.1 Peran Modal Dalam Pembangunan Pertanian
Modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-barang pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, tanah, pupuk, investasi dalam mesin, dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan.
Masalah permodalan merupakan suatu masalah utama yang dihadapi petani. Pada umumnya petani terbentur dalam masalah modal yang akan digunakan dalam meningkatakan usaha pertanian. Meskipun banyak petani yang mempunyai kemampuan untuk meningkatakan hasil pertaniannya tetapi tidak mempunyai modal yang cukup sehingga petani tidak dapat mengembangkan
(52)
pertaniannya lebih maju. Maka secara jelas bahwa modal merupakan faktor yang utama untuk menetukan arah perkembangan pertanian dikelola.
Dalam membicarakan modal dalam pertanian orang selalu sampai pada soal kredit yang merupakan modal dari pihak luar atau lembaga keuangan. Dengan demikian modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit). Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal dari pinjaman, masing-masing menyumbang secara langsung pada produksi. Bedanya pada bunga yang harus dibayar pada kreditur. Namun pelaku usaha tani yang bijaksana juga harus menghitung bunga modal yang dimilikinya sendiri, walaupun tidak perlu dibayar. Modal yang produktif adalah modal yang menyumbangkan hasil total lebih banyak dari biayanya.
Esensi modal bagi pelaksanaan pembangunan pertanian menunjukkan peranan kredit pertanian sangat penting dalam pembangunan sektor pertanian. Kredit merupakan salah satu faktor pendukung utama pemgembangan adopsi tekologo usaha tani. Kredit pertanian bukan sekedar faktor pelancar pembangunan pertanian akan tetapi berfungsi pula sebagai satu titik kritis pembangunan pertanian. Peran kredit sebagai pelancar pembangunan pertanian antara lain : 1. Membantu petani kecil dalam mengatasi keterbatasan modal dengan bunga
relatif ringan.
2. Mengurangi ketergantungan petani kepada pedagang perantara dan pelepas uang
(53)
4. Intensif bagi petani untuk meningkatkan produksi pertanian demi kesejahteraan petani itu tersebut.
2.2 Usaha tani
Mosher (1968) dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak.
Berkaitan dengan pendefinisian Mosher di atas dan fakta pertanian di Indonesia, maka menurut penjelasan Mubyarto (1989), ada perbedaan yang amat besar antara keadaan pertanian rakyat (usaha tani) dan perkebunan. Tidak hanya dalam luasnya usaha, tetapi juga dalam tujuan produksi dan cara mengusahakannya. Itulah sebabnya dikenal ilmu pengelolaan perkebunan (estatemanagement), di samping ilmu usaha tani (farm management). Jadi usaha tani tidak dapat diartikan sebagai perusahaan tetapi suatu cara hidup (way of life) dan perkebunan adalah perusahaan.
Petani akan bertindak sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu memperhitungkan antara hasil yang diharapkan diterima pada waktu panen (penerimaan) dengan pengorbanan (biaya) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang dikeluarkannya disebut biaya produksi. Penghitungan yang cermat akan menghasilkan aktivitas
(54)
usaha tani yang bagus atau kita sebut sebagai usaha tani yang produktif dan efisien.
Usaha tani yang produktif berarti usaha tani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input (Mubyarto, 1989).
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah gambaran bahwa dalam proses usaha tani, petani bertindak sebagai pengelola yang melakukan aktivitas manajemen terhadap sumberdaya yang dia kelola. Manajemen yang dilakukan petani tidak harus kompleks dan tertulis tetapi dia akan melakukan perhitungan-perhitungan ekonomi dan keuangan terkait dengan keputusan-keputusan yang akan dia ambil. Keputusan tersebut berkenaan dengan pengalokasian sumberdaya yang dia kelola sebagai faktor produksi untuk mencapai usaha tani yang produktif dan efisien. Faktor produksi dalam pertanian yaitu tanah, modal dan tenaga kerja, disamping petani sebagai pengelola atau manajer usaha tani.
2.3 Pengertian Kredit
Kata „kredit‟ berasal dari bahasa Yunani, yaitu „credere‟ yang artinya „percaya‟ (Prapto dan Achmad Anwari). Dalam arti luas, kredit diartikan sebagai kepercayaan, yakni si pemberi kredit percaya bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian dan si penerima kredit merupakan
(55)
penerima kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.
Menurut Gatot Supramono, kredit merupakan perjanjian pinjam meminjam uang antar bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit percaya terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan dikembalikan (dibayar) lunas (Supramono, 1995).
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Di samping itu, lembaga intermediasi keuangan adalah proses pembelian surplus dana dari unit ekonomi yaitu sektor usaha lembaga pemerintahan dan individen rumah tangga untuk tujuan penyediaaan dan bagi unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana bagi unit ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit.
Fungsi lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi adalah : 1. Asset transmutation
Lembaga keuangan mempunyai asset berupa janji-janji untuk membayar atau dapat diartikan sebagai pinjaman kepada pihak lain dengan jangka waktu sesuai dengan kebutuhan peminjam. Dan lembaga keuangan dalam membiayai
(56)
aset tersebut dananya dapat diperoleh dari penabung yang jangka waktunya menurut kebutuhan penabung.
2. Liquiditas
Likuiditas berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh uang tunai pada saat dibutuhkan atau diartikan pula kemampuan bank memenuhi kewajibannya segera.
3. Income allocation
Mengalokasikan penghasilan waktu sekarang untuk persiapan yang akan datang
4. Transaction
Peran lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi adalah membentuk jasa agar terjadi transaksi moneter.
Pada umumnya jika ditinjau dari aspek pendanaan kredit, kredit dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
a. Kredit bersubsidi (kredit program), yakni kredit yang disediakan pemerintah dalam mebiayai berbagai program sektor ekonomi dengan bunga yang rendah dan persyaratan yang rendah.
b. Kredit komersial, yakni kredit yang diberikan oleh perbankan dengan persyaratan-persyaratan yang berlaku umum atau yang berlaku di pasar.
2.3.1 Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
(57)
a. Ada pihak yang besedia dan mempunyai kelebihan uang, dana, barang, dan jasa serta menawarkan kelebihan uang, dana, barang, dan jasa tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Pihak ini disebut kreditur atau pemberi kredit.
b. Ada pihak yang membutuhkan dana dan mengajukan permohonan untuk memperoleh uang, dana, barang, dan jasa tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang diinginkannya. Pihak ini disebut debitur atau penerima kredit.
Pemberi kredit biasanya dalam keadaan atau posisi yang lebih kuat sehingga lebih memperhatikan dan memperhitungkan unsur-unsur :
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan memberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu/dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya telah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah permohonan kredit.
b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya, di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
(58)
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. c. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan kreditur (pemberi kredit), baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja. Misalnya, terjadi bancana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
d. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut dikenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
Kelima unsur di atas, dalam setiap pemberian kredit harus benar-benar diperhatikan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. 2.3.2 Tujuan Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuam pemberian kredit ini tidak akan terlepasdari misi lembaga keuangan tersebut. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain :
(59)
a. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh kreditur sebagai balas jasa biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Di sisi lain nasabah akan bertambah maju dalam usahanya.
b. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya yakni membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu pemerinatah
Bagi pemerintah, semakin banyak kredit yang disebarkan akan semakin baik, karena dengan kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor. Keuntungan terseabila kredit yang diberikan berupa, penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat devisa negara karena mengurangi impor dan bahkan meningkatkan devisa negara apabila kredit yang siberikan untuk keperluan ekspor.
2.3.3 Jenis-jenis kredit
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain: 1. Dilihat dari segi kegunaan
(60)
Kredit ini biasanya digunakan untuk keperluan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi yang masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif sama. Contohnya, untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.
b. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya, Misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksio perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan utuk peningkatan usaha atau produkdi ataupun investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan peroduk pertanian dan kredit pertambangan akan menghasilkan bahan tambang atau industri lainnya.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secra pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barabg dan jasa yang dihasilkan, karen amemang untuk digunakan atau dipakai oleh sesseorang atau badan usaha. Sebagai contoh, kredit perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumsi lainnya.
(61)
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini seiring diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalm jumlah besar. Contoh, kredit ekspor dan impir.
3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lam 1 tahun biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam, atau untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh untuk pertanian jangka seperti jeruk, atau peternakan kambing.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang masa pengembaliannya di atas 3 atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufakur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan. a. Kredit dengan jaminan
(62)
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
5. Dilihat dari segi sektor usaha terdiri dari:
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan dalam jangka panjang kambing atau sapi.
c. Kredit Industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.
d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, timah, dan minyak.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa.
f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para profesional, seperti dosen, dokter dan pengacara.
(63)
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah.
2.3.4 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Sebelum memberikan suatu fasilitas kredit, maka kreditur harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan sebagai standar penilaian setiap kreditur.
Biasanya, kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P kredit.
Adapun analisis singkat 5C kredit adalah sebagai berikut : a. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang yang akan diberi kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat pribadi seperti pola hidup, keadaan keluarga, hobby, dll. Ini semua merupakan ukuran kemauan membayar.
b. Capacity
Untuk melihat nasabah ddalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu juga dalam kemampuannya dalam menjalankan usahanya, termasuk ketentuan
(64)
yang ia miliki. Pada akhirnya terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang di salurkan.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi). Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
d. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. e. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekrang dan kemungkinan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta diakibatkan dengan prospek usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yangbaik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Penilaian dengan analisis 7P kredit adalah : a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
(65)
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. c. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam, apakah untuk modal kerja,konsumtif, produktif, dan lain sebagainya.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah akan menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah dimasa yang akan datang apakah akan menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya. g. Protection
(66)
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jmainan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
2.3.5 Jaminan Kredit
Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut :
1) Dengan Jaminan a. Jaminan Benda
Yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti : Tanah, kebun, sawah, bangunan, rumah, pabrik, kendaraan bermotor, mesin-mesin/peralatan, barang dagangan, tanaman,/kebun/sawah,dll.
b. Jaminan surat-surat berharga
Yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti: sertifikat saham, sertifikat obligasi, sertifikat tanah, sertifikat deposito, rekening tabungan yang dibekukan, rekening giro yang dibekukan, wesel, bukti pemilikan kendaraan bermotor (BPKP), dan lain-lain.
c. Jaminan orang
Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya.
(67)
2) Tanpa Jaminan
Kredit tanpa jaminan yaitu, kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan-perusahaan yang menang benar-benar bonafit dan profesional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.
2.4 KOPERASI KREDIT 2.4.1 Pengertian Koperasi
Dilihat dari asal katanya, istilah koperasi berasal dari bahasa inggris cooperation yang berarti usaha bersama. Secara umum, koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis.
Menurut pasal 1 UUD No.25/1992, yang dimaksud dengan koperasi di Indonesia adalah :
“Badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan”.
(68)
Berikut adalah dua pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal koperasi lebih jauh :
Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan (Hatta, 1954).
Koperasi adalah suatu perkumpuloan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko serta menerima imblan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan (ILO, 1996, Edilius dan Sudarsono,1993).
Bila dirinci lebih jauh, beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik dari uraian mengenai pengertian koperasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka.
2) Bentuk kerjasam dalam koperasi bersifat sukarela
3) Masing-masing anggota koperasi mempunyai hak dan kewajiban yang sama. 4) Masing-masing anggota koperasi berkewajiban untuk mengembangkan serta
mengawasi jalannya usaha koperasi.
(69)
2.4.2 Tujuan Koperasi
Menurut pasal 3 UU No.25/1992, tujuan koperasi Indonesia adalah sebagai berikut Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan prekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,adil dan makmur, berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.
Berdasarkan bunyi pasal 3 UU No. 25/1992 itu dapat disimpulkan bahwa tujuan koperasi Indonesia dalam garis besarnya meliputi 3 hal sebagai berikut : 1) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya
2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat
3) Turut serta membangun tatanan prekonomian nasional 2.4.3 Prinsip-Prinsip Koperasi
a. Peranan Prinsip Koperasi
Secara garis besar, peranan prinsip-prinsip koperasi adalah sebagai berikut : 1) Sebagai pedoman pelaksanaan usah koperasi dalam mencapai tujuannya 2) Sebagai ciri khas yang membedakan koperasi dari bentuk-bentuk
perusahaan lainnya a. Prinsip Koperasi Rochdale.
Sejarah prinsip koperasi bermula dari prinsip-prinsip koperasi yang dikembangkan oleh:
1) Barang-barang yang dijual bukan barang palsu dan dengan timbangan yang benar
(1)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Pertanian ... 8
2.1.1 Peran Modal Dalam Pembangunan Pertanian ... 10
2.2 Pengertian Usaha Tani………. 12
2.3 Pengertian Kredit……….... 13
2.3.1 Unsur - Unsur Kredit ... 15
2.3.2 Tujuan Kredit ... 19
2.3.3 Jenis - Jenis Kredit ... 20
2.3.4 Prinsip – Prinsip Pemberian Kredit ... 24
2.3.5 Jaminan Kredit ... 26
2.4 Koperasi Kredit ... 28
2.4.1 Pengertian Koperasi ... 28
2.4.2 Tujuan Koperasi ... 29
2.4.3 Prinsip – Prinsip Koperasi ... 30
2.4.4 Jenis – Jenis Koperasi ... 32
2.4.5 Tujuan Koperasi Kredit ... 34
2.4.6 Koperasi Kredit Sebagai Perangsang Kemajuan Ekonomi……….. 35
2.5 Pengertian Teori Produksi ... 36
2.5.1 Faktor Produksi ... 36
2.5.2 Fungsi Produksi ... 40
2.6 Tanaman Tomat ... 40
2.7 Penelitian Terdahulu ... 41
2.8 Kerangka Konseptual ... 42
(2)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian... 44
3.2 Defenisi Operasional ... 44
3.3 Pemilihan Responden ... 45
3.4 Jenis dan Analisis Pengumpulan Data ... 46
3.4.1 Jenis Data ... 46
3.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 46
3.4.3 Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Desa Cinta Rakyat... 50
4.2 Letak Geografis... 50
4.3 Iklim ... 50
4.4 Demografis ... 51
4.5 Keadaan Mata Pencaharian Dan Potensi Wilayah ... 52
4.6 Deskripsi Responden ... 52
4.6.1 Hubungan Antara Usia dengan Lama Bertani ... 54
4.6.2 Hubungan Antara Luas Lahan Dengan Hasil Produksi ... 57
4.6.3 Hubungan Antara Luas Lahan Dengan Jumlah Pekerja ... 59
4.6.4 Hubungan Antara Jumlah Pekerja Dengan Hasil Produksi ... 61
4.6.5 Hubungan Antara Usaha Lain Dengan Kebutuhan Hidup ... 63
4.6.6 Hubungan Persentase Penggunaan Kredit ... 66
4.6.7 Hubungan Antara Perolehan Kredit Dengan Hambatannya ... 69
4.6.8 Hubungan % Penggunaan Kredit Perubahan Produksi ... 72
4.7 Hasil Analisis Regresi ... 78
4.7.1 Analisis Regresi X1, X2 dan X3 terhadap Y ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 84
5.2 Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
(3)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Luas Tanaman dan Produksi Tanaman
Kabupaten Karo Tahun 2015... 4
4.1 Proyeksi Penduduk Desa di Di Kecamatan Merdeka Tahun 2015 ... 51
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53
4.4 Usia Responden ... 54
4.5 Lama Bertani Tomat ... 56
4.6 Hubungan Antara Usia Responden Dengan Lama Bertani... 56
4.7 Luas Lahan Petani Tomat ... 57
4.8 Hasil Produksi Petani Tomat (Rante) ... 57
4.9 Hubungan Antara Luas Lahan Dengan Hasil Produksi ... 58
4.10 Luas Lahan Petani Tomat ... 59
4.11 Jumlah Pekerja Petani Tomat ... 59
4.12 Hubungan Antara Luas Lahan Dengan Jumlah Pekerja ... 60
4.13 Jumlah Pekerja Petani Tomat (Orang) ... 61
4.14 Hasil Produksi Tomat (Ton) ... 61
4.15 Hubungan Antara Jumlah Pekerja Dengan Hasil Produksi Tomat ... 62
4.16 Usaha Lain Responden ... 63
4.17 Kebutuhan Hidup Responden ... 64
4.18 Hubungan Antara Usaha Lain Dengan Kebutuhan Hidup ... 65
4.19 Persentase penggunaaan Kredit ... 66
Untuk Usaha Bertani ... 66
4.20 Persentase Penggunaan Lain Kredit ... 67
4.21 Hubungan Persentase Penggunaan kredit Dengan Penggunaan Lain Kredit ... 68
4.22 Persentase Perolehan Kredit ... 69
4.23 Hambatan Memperoleh Kredit ... 70
4.24 Hubungan Antara Perolehan Kredit Dengan Hambatan Memperoleh Kredit ... 71
4.25 Persentase Penggunaan Kredit Untuk Berusaha Tani ... 72
4.26 Perubahan Produksi Tomat Responden………... 73
4.27 Hubungan Antara Persentase Penggunaan Kredit Dengan Produksi Tomat ... 74
(4)
4.28 Persentase Perubahan Produksi Tanaman Tomat... Responden Setelah Memperoleh Kredit ... 75
(5)
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
1 Kuisioner Penelitian ... 2 Crosstabulation Data Hasil penelitian ...
(6)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman