PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS IV SDN WONOHARJO 1 DESA WONOHARJO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009 2010

(1)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS IV

SDN WONOHARJO 1 DESA WONOHARJO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Oleh: ENY SUSANTI

X 1206030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS IV

SDN WONOHARJO 1 DESA WONOHARJO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh: ENY SUSANTI

X 1206030

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs.Amir Fuady, M.Hum. Dr. Nugraheni Eko W.,S.S., M.Hum. NIP 195207291980101001 NIP 197007162002122001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa Tanggal : 27 Juli 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra.Raheni Suhita, M.Hum. ... Sekretaris : Atikah Anindyarini, S.S., M.Hum. ... Anggota I : Drs.Amir Fuady, M.Hum. ……….. Anggota I : Dr. Nugraheni Eko W.,S.S.,M.Hum. ………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 196007271987021001


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Eny Susanti. PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 WONOHARJO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran berbicara, yaitu kedisiplinan, minat, keaktifan, perhatian dan kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara; (2) kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara yang meliputi intonasi, pilihan kata, kelancaran, dan pemahaman.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SDN 1 Wonoharjo dengan subjek siswa kelas IV yang berjumlah 13 siswa. Objek penelitian adalah pembelajaran menulis yang termasuk dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, serta tahap analisis dan refleksi. Tahap perencanaan tindakan meliputi: (1) membuat skenario pembelajaran, (2) mempersiapkan sarana pembelajaran, (3) mempersiapkan instrumen penilaian, dan (4) mengajukan solusi alternatif berupa media gambar berseri untuk pembelajaran menulis. Pada tahap pelaksanaan diadalan pengamatan tentang tindakan yang dapat mengatasi masalah yang ada. Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Tahap observasi dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas penggunaan media gambar berseri dalam pembelajaran, serta mengolah data untuk mengetahui kualitas hasil dan proses pembelajaran menulis siswa dengan metode pasangan terstruktur, juga untuk mengetahui kelemahan yang muncul. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh simpulan bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang sudah mencapai tujuan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan terdapat peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan menulis yang meliputi: (1) peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis tersebut ditandai dengan meningkatnya: (a) jumlah siswa yang disiplin dalam mengikuti pembelajaran menulis, (b) jumlah siswa yang berminat dalam mengikuti pembelajaran menulis, (c) jumlah siswa yang aktif baik untuk maju dengan kesadaran sendiri maupun untuk mengeluarkan pendapat saat pembelajaran menulis, (d) jumlah siswa yang memperhatikan guru dan siswa lain yang sedang berbicara, dan (e) jumlah siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran menulis, (2) Peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan dalam keterampilan menulis, yaitu: (a) pada siklus I sebesar 54% atau sebanyak 7 siswa, (b) pada siklus II diperoleh hasil ketuntasan belajar sebesar 69% atau sebanyak 9 siswa, dan (c) pada siklus III diperoleh hasil ketuntasan belajar sebesar 84% atau sebanyak 11 orang.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Eny Susanti. THE USE OF PICTURE SERIES TO IMPROVE STUDENTS’ WRITING ABILITY: A Classroom Action Research at Grade IV of SDN 1 WONOHARJO WONOGIRI in Academic Year 2009/2010. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, July 2010.

The objectives of the research were to improve: (1) the quality of teaching and learning process in speaking class, covering students’ discipline, interest, activity, attention and seriousness in speaking class; (2) the quality of students’ learning outcomes in speaking class which covers intonation, word choice, fluency, and comprehension.

This clasroom action research was conducted at SDN 1 Wonoharjo toward 13 students of its grade IV. The object of the research was writing class which is included in Bahasa Indonesia lesson. This research was conducted in three cycles. Each cycle consisted of four phases, namely planning, action, observation, and analysis as well as reflection. The planning phase includes: (1) constructing teachign scenarion, (2) preparing teaching aids, (3) preparing evaluation instruments, and (4) proposing picture series as an alternative solution for writing class. In the phase of action, an observation was done to solve the existing problem. The observation was done to collect the data which were going to be processed to determine the next step. It was done by observing and interpreting the activity of using picture series in writing class, as well as analyzing the data to find out the quality of students’ learning process and outcomes through structured pairing method. it was also to detect the weaknesses that might raise. Analysis and reflection were done by analysing the outcomes of observation and interpretation, so that it could be found which of the research that must be refined and which had reached the objective of the research.

Based on the research findings, it can be cocluded that there was an improvement in the quality of writing class, including: (1) the improvement in the quality of teaching and learning process was indicated by: (a) the number of students who were discipline in participating in the writing class, (b) the number of students who were interested in joining writing class, (c) the number of students who were actively participate in the teaching in learning process by voluntarily doing the task in front of the class and expressing their idea during the class, and (e) the number of students who sriously learn in the writing class, (2) The improvement in students’ learning outcomes was indicated by the increase of students who achieved the passing grade for writing skill, which is in detail: (a) in cycle I as many as 54% or 7 students, (b) in cycle II as many as 69% or 9 students, and (c) in cycle III as many as 84% or 11 students.


(7)

commit to user

vii MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al Insyirah: 7)

“Kebanyakan orang gagal adalah orang yang tak menyadari betapa dekatnya mereka dengan titik sukses saat mereka memutuskan untuk meyerah”


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan teristimewa untuk: 1. Bapak Ibu, kakak dan adikku tercinta yang menjadi semangat dalam menopang langkahku dengan kasih sayang, doa, dan pengorbanannya yang tak pernah bertepi;

2. Didik, sumber inspirasi dan semangat yang selalu menemaniku dalam perjuangan ini. Seseorang spesial yang selama ini menemaniku dan memberikan semangat untuk menyelesaikan tugas ini;

3. Saudara perjuangan teman-teman Kost Cinta Damai terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini;

4. Sahabat-sahabat dan teman seperjuangan anak Bastind ’06 (Afni, Yulian, Ana, Siti, Anis, Tanti, Rini, Sinta, Anas, Wahyu, Robet, Roza) semoga persahabatan ini takkan lekang oleh waktu. Semangat kawan, perjuangan kita belum usai; 5. Almamater.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. atas rahmat dan hidayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu, terutama kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi ini;

2. Drs. Soeparno, M.Pd., Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini;

3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta izin untuk menyususun skripsi ini;

4. Drs.Amir Fuady, M.Hum. selaku pembimbing skripsi I dan Dr. Nugraheni Eko W.,S.S.,M.Hum. selaku pembimbing skripsi II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar;

5. Suyanto A.Ma.Pd.,selaku Kepala SDN 1 Wonoharjo yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan PTK di SDN 1 Wonoharjo;

6. Rinto Raharjo A.Ma., selaku guru kelas 1V SDN 1 Wonoharjo yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam proses penelitian ini;

7. Siswa-siswi kelas IV SDN 1 Wonoharjo yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian ini;

8. Bapak, Ibu, kakak, adik, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa restu dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini;


(10)

commit to user

x

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca.

Surakarta, Juli 2010


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN . ... iv

ABSTRAK ... ... v

MOTTO ... ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI .... ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Hakikat Menulis Karangan ... 7

a. Pengertian Menulis... 7

1) Tahap-tahap Kegiatan Menulis ... 8

2) Jenis-jenis Tulisan ... 10

3) Tujuan Penulisan ... 12

b. Pengertian Mengarang ... 13

1) Unsur Karang-mengarang ... 14

2) Teknik-teknik Mengarang ... 15

3) Manfaat Karang-mengarang... 16


(12)

commit to user

xii

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 18

b. Pembelajaran Menulis Karangan ... 20

c. Penilaian Keterampilan Menulis Karangan ... 21

3. Penilaian Proses Belajar-Mengajar ... 25

a. Hakikat Penilaian Proses Belajar-Mengajar... 25

b. Kriteria dalam Menilai Proses Belajar-Mengajar. ... 26

4. Hakikat Media Pembelajaran ... 30

a. Pengertian Media. ... 30

b. Jenis Media pembelajaran ... 31

c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 32

d. Pengertian Media Gambar... 33

e. Manfaat Media Gambar ... 34

f. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar ... 35

g. Pengertian Media Gambar Berseri ... 36

h. Media Gambar Seri sebagai Media Pembelajaran ... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Hipotesis Tindakan... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B. Pendekatan Penelitian ... 42

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Sumber Data Penelitian ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Uji Validitas Data ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 45

H. Prosedur Penelitian... 46

I. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN ... 50


(13)

commit to user

xiii

1. Survei awal ... 50

a. Pelaksanaan Survei Awal ... 50

b. Obervasi dan Interpretasi ... 50

c. Analisis dan Refleksi... 55

B. Pelaksanaan Penelitian ... 55

1. Siklus Pertama ... 55

a. Perencanaan Tindakan I ... 55

b. Pelaksanaan Tindakan I... 56

c. Observasi dan Interpretasi ... 57

d. Analisis dan Refleksi... 62

2. Siklus Kedua ... 62

a. Perencanaan Tindakan II ... 62

b. Pelaksanaan Tindakan II ... 64

c. Observasi dan Interpretasi ... 65

d. Analisis dan Refleksi... 70

3. Siklus Ketiga ... 70

a. Perencanaan Tindakan III ... 70

b. Pelaksanaan Tindakan III ... 71

c. Observasi dan Interpretasi ... 72

d. Analisis dan Refleksi... 76

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 77

1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran... 77

2. Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran... 79

3. Kendala-kendala yang Dihadapi dan Upaya Mengatasinya ... 82

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 85

A. Simpulan ... 85

B. Implikasi . ... 85

C. Saran .... ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Berpikir ... 40 2. Penelitian Model Suhardjono ... 46


(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aspek Penilaian Karangan ... 23

2. Penilaian Proses Keterampilan Menulis ... 28

3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 42

4. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 49

5. Nilai Hasil Proses Pembelajaran Menulis Prasiklus ... 53

6. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Prasiklus ... 54

7. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan Siklus 1 ... 60

8. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Siklus I ... 61

9. Nilai Hasil Proses Pembelajaran Menulis Siswa Siklus II ... 67

10. Nilai Hasil Keterampilan Menulis Siswa Siklus II ... 69

11. Nilai Hasil Proses Pembelajaran Menulis Siswa Siklus III ... 74

12. Nilai Hasil Keterampilan Menulis Siswa Siklus III ... 75

13. Prosentase Hasil Pembelajaran Antarsiklus ... 80


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Prasiklus ... 92

1.Cacatan Lapangan 1 ... 93

2.Catatan Lapangan 2 ... 95

3.Catatan Lapangan 3 ... 97

Siklus 1 ... 99

4.Catatan Lapangan 1 ... 100

5.Catatan Lapangan 2 ... 103

6. Catatan Lapangan 3 ... 105

7. RPP ... 106

8. Tugas ... 109

9. Daftar Nilai Siswa ... 110

10. Daftar Nilai Proses ... 111

11. Lembar Observasi Guru Siklus 1 ... 112

Siklus 2 ... 113

12. Cacatan lapangan 1 ... 114

13. Cacatan lapangan 2 ... 116

14. Cacatan lapangan 3 ... 118

15. RPP ... 120

16. Tugas ... 124

17. Daftar Nilai Siswa ... 125

18. Penilaian Proses Kegiatan Menulis ... 126

19. Lembar Observasi Guru Siklus 2 ... 127

Siklus 3 ... 128

20. Cacatan lapangan 1 ... 129

21. Cacatan lapangan 2 ... 130

22. Cacatan lapangan 3 ... 132


(17)

commit to user

xvii

24. Daftar Nilai Siswa ... 137

25. Tugas ... 138

26. Daftar Nilai Proses ... 139

27. Lembar Observasi Guru Siklus 1 ... 140

28. Perolehan Nilai Keterampilan Menulis selama Penelitian ... 141


(18)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung. Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak), merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia.

Keterampilan berbahasa yang dapat dihubungkan dengan media gambar diam adalah menulis dan berbicara. Menulis selain sebagai kegiatan kreativitas juga merupakan kegiatan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis juga harus bisa memanfaatkan bahasa dan kosakata yang diperolehnya. Penulis juga harus memahirkan kegiatan menulis tersebut dalam latihan-latihan tertentu sehingga dapat benar-benar menguasai keterampilan menulis tersebut. Menulis selain dapat menjadi ajang sebuah kreativitas juga dapat menjadikannya sebagai penyampai gagasan tentang suatu hal.

Salah satu cara untuk meningkatkan proses belajar mengajar menulis karangan adalah dengan mengubah media atau pola ajar yang digunakan oleh guru. Dalam hal ini pola ajar yang dilakukan adalah dengan menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran untuk membantu dalam pembelajaran. Permasalahan pun muncul seperti yang sudah penulis alami ketika melakukan observasi di kelas IV SDN 1 Wonoharjo Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV di SDN 1 Wonogiri diperoleh fakta bahwa masih terdapat siswa yang kemampuan menulis di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan para siswa mengalami kesulitan menuangkan ide ketika mendapat tugas dari guru untuk membuat tulisan atau sejenisnya. Pada umumnya mereka mengalami kesulitan dalam menentukan tema, menyusun kalimat, kurang menguasai kaidah bahasa, dan sebagainya.


(19)

commit to user

Kesulitan seperti inilah yang dihadapi para siswa sehingga menyebabkan mereka tidak bisa menyampaikan ide dan gagasan dengan baik, bahkan mereka menjadi enggan untuk menulis. Hal ini tidak terlepas dari peran guru sebagai penyampai materi pelajaran. Pembelajaran keterampilan menulis yang selama ini disampaikan oleh guru hanya berorientasi pada penyampaian teori dan pengetahuan bahasa, sedang proses pembelajaran keterampilan menulis sering kali diabaikan oleh guru. Pembelajaran demikian menyebabkan siswa jenuh dan bosan.

Bertolak dari hasil observasi itu penulis menemukan masalah, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran mengarang. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa kelas IV SDN 1 Wonoharjo ketika dalam mengajarkan pelajaran mengarang antara lain:

1. Siswa kurang mampu menggunakan dan memilih kata dalam menuangkan buah pikirnya, sering mengulang kata “lalu” dan “terus”.

2. Isi kalimat relatif tidak menggambarkan topik.

3. Kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak sinambung, paragraf yang satu dengan paragraf yang lain tidak koheren.

Rendahnya keterampilan menulis narasi siswa diindikasikan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam mengorganisasikan ide dengan baik, pengembangan kerangka karangan, dan penyusunan kalimat serta kosakata yang digunakan masih terbatas. Mereka masih belum memahami penggunaan ejaan yang benar. Selain itu, masalah rendahnya keterampilan menulis narasi siswa juga dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya: (1) kurangnya media yang digunakan, (2) siswa masih kurang memanfaatkan media pembelajaran sebagai sarana menuangkan ide, gagasan, atau pendapat mereka, (3) masih digunakannya model pembelajaran yang konvensional (ceramah), dan (4) siswa membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksi sebuah tulisan. Akibatnya, kemampuan menulis anak hanya sekitar 20% siswa yang menulis dengan baik sisanya hanya mengerjakan asal-asalan saja. Jadi, nilai sebagian siswa masih tergolong rendah dari nilai rata-rata yang harus dicapai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 6,5.


(20)

commit to user

Hal ini dapat mematikan kreativitas mereka dalam mengungkapkan ide. Padahal, kreativitas ini sangat diperlukan dalam kegiatan menulis narasi. Pembelajaran yang membosankan ini tidak membuat siswa merasa senang sehingga tidak dapat menghasilkan ide-ide yang kreatif dan imajinatif untuk merangkai sebuah cerita dalam menulis narasi. Beberapa kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran di atas berdampak pada kualitas proses dan hasil pembelajaran yang kurang maksimal sehingga keterampilan menulis narasi siswa tidak maksimal.

Data tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang terampil dalam menulis narasi. Setelah ditelaah anak didik harus dibantu dengan menggunakan alat bantu dalam pembelajaran. Sebuah media atau alat bantu dapat dijadikan sebagai alat untuk membantu dan membenahi serta menggali potensi anak tersebut dalam keterampilan berbahasa. Selain itu, peneliti berpendapat bahwa guru di SDN 1 Wonoharjo Wonogiri masih belum ada yang menggunakan media pembelajaran. Maka dari itu, peneliti mengajukan suatu media pembelajaran yang mudah ditemukan dan dipergunakan berupa media gambar berseri. Selain hal di atas, ada pula hal lain yang mendorong penelitian ini yakni kemungkinan pada saat di sekolah dasar materi yang diajarkan kurang tentang jenis-jenis paragraf, buku-buku di perpustakaan yang kurang lengkap, kurangnya minat membaca siswa, serta kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia terutama keterampilan menulis.

Keterampilan menulis juga digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Hal ini dapat dicapai dengan baik jika pembelajar mampu menyusun dan merangkai jalan pikiran serta mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif (Syarkawi, 2008:2). Menulis pada prinsipnya adalah bercerita tentang sesuatu yang ada di angan-angan pencerita dan dapat menuangkan dalam bentuk tulisan. Namun, menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam tulisan tidak mudah.

Banyak orang yang pandai berbicara atau berpidato, tetapi mereka masih kurang mampu menuangkan gagasannya ke dalam bentuk bahasa tulisan. Oleh


(21)

commit to user

karena itu, untuk bisa menulis narasi dengan baik, seseorang harus mempunyai kemampuan menulis yang juga baik. Kemampuan menulis dapat dicapai melalui proses belajar dan berlatih.

Penelitian mengenai keterampilan menulis banyak dilakukan dengan menawarkan media yang bermacam-macam sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Penelitian tentang menulis narasi sudah mulai banyak dilakukan meskipun masih terbatas. Beberapa penelitian tentang menulis narasi yang telah ada selalu menunjukkan adanya peningkatan. Masing-masing penelitian menggunakan media dan teknik yang berbeda-beda dan menghasilkan peningkatan yang berbeda-beda pula. Akan tetapi, upaya peningkatan menulis narasi masih perlu dikembangkan dan dilakukan melalui berbagai cara.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti berusaha untuk memberikan alternatif media pembelajaran menulis yang mudah dan baik dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Media pembelajaran yang ditawarkan adalah media gambar berseri. Ide ini diperkuat pendapat bahwa media gambar berseri adalah media pembelajaran yang dekat dengan calon penulis terutama calon penulis narasi atau dalam hal ini adalah siswa. Adanya media yang dekat dengan siswa berarti memudahkan siswa untuk memulai kegiatan menulis narasi. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul ”Peningkatkan Kemampuan Menulis Narasi dengan Menggunaan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas IV SDN 1 Wonoharjo Wonogiri”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan gambar berseri dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 1 Wonoharjo?

2. Apakah dengan menggunakan media gambar seri dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa dalam penulisan narasi pada siswa kelas IV SDN 1 Wonoharjo?


(22)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan proses pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan

media gambar berseri di kelas IV SDN 1 Wonoharjo Desa Wonoharjo Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.

2. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media Gambar berseri di kelas IV SDN 1 Wonoharjo Desa Wonoharjo Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai:

a. Bahan kajian dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi.

b. Memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis narasi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

1. Memberi kemudahan bagi siswa dalam menuangkan ide maupun gagasan ke dalam bentuk tulisan narasi.

2. Meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa dengan menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

b. Bagi guru

1. Mengatasi kesulitan pembelajaran menulis narasi yang dialami guru. 2. Sebagai bahan acuan untuk membuat pembelajaran menulis narasi lebih


(23)

commit to user c. Bagi peneliti

1. Mengaplikasikan teori yang diperoleh.

2. Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian yang terkait dengan pembelajaran menulis.


(24)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis

Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Menurut Guntur Tarigan (2008: 04) menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1996: 2) menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Wiyanto (2004: 1-2) mengemukakan bahwa menulis mempunyai dua kegiatan utama. Kegiatan yang pertama adalah mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat, sedangkan yang kedua kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Hal ini dapat disimpulkan menulis adalah merupakan kegiatan mengubah bunyi menjadi tulisan sebagai upaya untuk mengungkapkan gagasan menjadi bahasa tulis. Menulis memerlukan sejumlah potensi pendukung antara lain kesungguhan, kemauan keras, bahkan belajar dengan sungguh-sungguh (Nursisto, 1999: 4). Oleh karena itu, menciptakan iklim budaya tulis-menulis atau mengarang akan mendorong seseorang untuk lebih aktif, kreatif, dan cerdas.

Penciptaan budaya menulis memerlukan waktu yang tidak sebentar. Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan). Tulisan adalah suatu sistem komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Guntur Tarigan (dalam Agus Suriamiaharja, 1996: 1) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan

lambang–lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang

sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut dan mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Robert Lado (dalam Suriamiaharja, 1996: 1) mengatakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafiknya.


(25)

commit to user

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1996: 8) menyebutkan pengertian menulis mempunyai ciri-ciri (1) merupakan suatu bentuk komunikasi, (2) merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, (3) adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak tempat dan waktu.

Menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan (Nurudin, 2007: 4). Oleh karena itu, menulis memerlukan proses dan kecakapan seseorang untuk memfokuskan topik tulisan, sehingga tersusun secara sistematis untuk mengembangkan ide-ide dengan menggunakan pilihan kata atau diksi yang tepat serta mengikuti kaidah penulisan (Suhartono, 2007: 149-150)

1) Tahap-tahap Kegiatan Menulis

Menulis sebagai suatu aktivitas melahirkan ide dan perasaan lewat tulisan secara tertata sehingga dipahami oleh pembaca. Tahap-tahap menulis narasi menurut Sabarti dkk, (1996: 2-5) yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi/perbaikan.

a) Tahap prapenulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan sebelum menulis. Dalam tahap ini ada lima hal yang harus dilakukan, yaitu

1. Pemilihan topik

Topik merupakan bahan atau pokok pembicaraan dalam tulisan. Pemilihan topik meruapakan langkah awal untuk menentukan apa yang

akan disajikan dalam tulisan. Topik tulisan dapat diperoleh dari berbagai sumber. Semi (1990: 11-12) mengemukakan bahwa ada enpat sumber dalam pemilihan topik, yaitu pengalaman, pengamatan, imajinasi serta pendapat dan keyakinan.

2. Pembatasan topik

Setelah pemilihan topik, maka topik tersebut diberi batasan. Membatasi topik berarti mempersempit ruang lingkup pembicaraan dalam penulisan.

3. Pemilihan judul

Topik yang telah dipilih harus diberi judul. Sebuah judul harus dapat mencerminkan dari keseluruhan isi dalam tulisan. Akan tetapi, judul dapat dibuat


(26)

commit to user

fiktif. Judul dibuat secara manasuka oleh pengarangnya. Terkadang judul tulisan dala karangan fiktif sama sekali tidak berhubungan dengan isi tulisan.

4. Tujuan penulisan karangan

Tujuan penulisan karangan akan mengarah pada maksud yang hendak dicapai. Tujuan ini harus ditentukan lebih dahulu agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan menulis. Jadi, tujuan penulisan tersebut akan mengarahkan penulis pada jenis tulisan yang diinginkan oleh penulis.

5. Kerangka karangan

Kerangka karangan atau sering disebut dengan outline merupakan rencana

kerja yang digunakan penulis dalam mengembangkan tulisannya. Kerangka ini dapat berupa kerangka topik yang terdiri dari topik-topik serta kerangka kalimat yang terdiri dari kalimat-kalimat.

b) Tahap penulisan

Pada tahap penulisan, topik-topik dijabarkan ke dalam subtopik. Dalam tahap ini, penguasaan bahasa sangat diperlukan untuk mengemukakan gagasan. Tahap penulisan

juga harus memperhatikan content (isi), gagasan, form (organisasi isi), grammar (tata

bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosakata) serta mechanics

(ejaan) (Burhan Nurgiyantoro, 2008: 306).

c) Tahap revisi/perbaikan

Tahap revisi atau perbaikan dilakukan setelah buram seluruh tulisan selesai. Tahap revisi ini juga disebut dengan penyuntingan bahasa. Penyuntingan ini berkenaan dengan penyuntingann naskah. Adapun penyuntingan bahasa mencakup ketepatan penyajian tulisan yang harus disesuaikan dengan jenis naskah, berupa fiksi atau nonfiksi.

Nurudin (2007: 92) menjelaskan bahwa menulis melalui tahap-tahap: (1)

prapenulisan yang meliputi: a) memilih dan membatasi topik dan brainstorming yang

terdiri dari mendaftar, menulis bebas dan pengelompokan; (2) merencanakan menulis: (a)

membuat subdaftar; (b) menuliskan kalimat topik; dan (c) membuat outline; (3) menulis

dan merevisi draf: (a) menulis draf kasar; (b) merevisi dan mengoordinasikan tulisan: dan (c) menulis akhir.

Bobbi Deporter dan Mike Hirnacki (2002: 195) meyebutkan tahap-tahap menulis yaitu (1) sebelum menulis/persiapan, terdiri dari pengelompokan dan menulis cepat ; (2) draf kasar, menelusuri dan mengembangkan gagasan; (3) berbagi dengan teman untuk


(27)

commit to user

membaca dan memberi umpan baik; (4) perbaikan (revisi); (5) penyuntingan (editing); (6)

penulisan kembali; dan (7) evaluasi.

2) Jenis-jenis Tulisan

Lauri S. Friedman, (2009: 1) menyatakan ”Provides model essays on a current controversial issue guiding students in writing a five-paragraph essay, including persuasive, descriptive, expository and cause-and-effect essays”. Artinya: Ada lima pembelajaran menulis yang dihadapi siswa yaitu persuasif, deskriptif, eksposisi, dan sebab-akibat. Berbeda dengan Laminudin Finoza (2002: 188) yang membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan cara penyajian dan tujuan umum yang tersirat di balik wacana tersebut, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.

a) Narasi

Menurut Nurudin (2007: 59) narasi merupakan bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Jenis tulisan ini dapat berbentuk cerita fiktif (khayal) dan cerita nonfiktif (nyata). Narasi fiktif dapat dijumpai pada karya sastra, seperti cerpen dan novel, sedangkan narasi nonfiktif sering kali terdapat pada berita-berita di surat kabar. Tulisan jenis ini memiliki penanda, antara lain:

(1) berupa cerita tentang peristiwa dan pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa kejadian yang benar-benar terjadi pula berupa imajinasi semata, (3) terdapat konflik yang dapat menarik pembaca, (4) memiliki nilai estetika, khususnya narasi fiktif; (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya memuat dialog (Nurudin, 2007: 60)

b) Deskripsi

Deskripsi disebut juga pelukisan atau penggambaran. Hal itu disebabkan rincian tentang objek tulisan dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca seolah ikut mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Karangan ini berhubungan dengan pengalaman panca indera pembaca seperti penglihatan seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca; seakan-akan pembaca melihat sendiri objek tersebut (Abdul Rani,dkk, 2006: 46).


(28)

commit to user

Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu (Masnur Muslich, 2007: 1). Eksposisi dipaparkan suatu kejadian atau masalah secara analitis, spasial, dan kronologis supaya pembaca dapat memahami informasi tersebut. karangan ini berusaha menguraikan suatu objek yang mampu memperluas pengetahuan pembaca.

d) Argumentasi

Gorys Keraf (2007: 3) berpendapat argumentasi merupakan tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Penulis berusaha meyakinkan pembaca untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti atau fakta-fakta yang menguatkan argumen penulis. Tulisan ini dikembangkan dengan pola pemberian contoh-contoh, analogi, sebab-akibat, atau dengan pola deduktif dan induktif. Pemaparan tulisan berdasarkan cara bernalar atau berpikir yang logis sehingga pembaca dapat menerima kebenaran yang disampaikan oleh penulis secara objektif.

e) Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang (Laminudin Finoza, 2002: 199). Persuasi merupakan bentuk tulisan yang menyimpang dari argumentasi. Hal itu disebabkan dalam argumentasi terdapat usaha untuk membujuk dan meyakinkan pembaca didasarkan pada kelogisan pembuktian fakta-fakta yang disajikan. Sementara itu, dalam persuasi usaha untuk mempengaruhi tersebut memanfaatkan aspek-aspek psikologis. Persuasi juga didasarkan pada kemampuan penulis untuk mengendalikan emosi pembaca dan mengarahkan mereka pada sasaran yang ingin dicapai penulis.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menarik simpulan tentang perbedaan kelima jenis tulisan tersebut. Tulisan narasi menekankan urutan peristiwa dari waktu ke waktu, deskripsi memberikan gambaran tentang objek tulisan dan berusaha menjadikan pembaca ikut merasakan penggambaran tersebut, eksposisi menjelaskan suatu pengetahuan atau informasi, argumentasi meyakinkan pembaca tentang kebenaran suatu hal secara logis, sedangkan persuasi memengaruhi pembaca secara psikologis. Berdasar dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang-lambang grafik untuk menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain .


(29)

commit to user

3) Tujuan penulisan

Setiap penulisan harus mengungkapkan dengan jelas tujuan tulisannya. Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan terlebih dahulu. Tujuan ini merupakan titik tolak dalam seluruh kegiatan menulis tersebut. Peumusan tujuan penulisan merupakan suatu gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya. Rumusan tujuan penting dalam menentukan bahan-bahan yang diperlukan, macam organisasi karangan yang akan diterapkan atau mungkin juga sudut pandang yang akan dipilih. Tujuan merupakan penentu pokok, mengarahkan, serta membatasi karangan. Kesadaran mengenai tujuan selama proses penulisan akan menjaga keutuhan tulisan.

Tujuan penulisan dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu jika sebuah tulisan akan mengembangkan gagasan yang merupakan tema seluruh tulisan, tujuan dapat dinyatakan dalam bentuk tesis. Akan tetapi, untuk suatu tulisan yang tidak mengembangkan gagasan seperti itu, tujuan penulisan dapat dituliskan dalam bentuk persyaratan maksud. Seorang penulis sebelum menulis terlebih dahulu mengutarakan gagasan (ide) pokoknya. Gagasan pokok harus dengan jelas dinyatakan dalam kalimat yang lengkap. Kalimat yang memuat gagasan pokok atau pokok pikiran tulisan ini disebut tesis. Jadi, sebuah tesis adalah sebuah kalimat yang merupakan kunci untuk seluruh tulisan, seperti halnya kalimat utama di dalam sebuah paragraf pertama dalam karangan, sedangkan untuk suatu tulisan yang tidak mengembangkan gagasan yang merupakan tema seluruh tulisan tujuan dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan maksud. Kalau tesis hanya terdapat di dalam tulisan yang mengembangkan gagasan secara dominan. (Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan, 1996: 11).

b. Pengertian Narasi

Nurudin (2007: 71) mengatakan bahwa narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkai tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu tertentu.

Sejalan dengan Nurudin tentang pentingnya perbuatan dan urutan waktu dalam sebuah narasi, Gorys Keraf (2004: 136) menyebutkan bahwa narasi merupakan satu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Oleh karena itu narasi sulit sekali dibedakan dari deskripsi. Oleh karena itu, harus ada unsur lain yang diperhitungkan, yaitu unsur


(30)

commit to user

waktu. Dengan demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar. Unsur yang terpenting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.

Peristiwa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi meng-gambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkain waktu.

Atar Semi (1990: 33) mengemukakan ciri penanda narasi, yaitu, (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya; (3) berdasarkan konflik; (4) memiliki nilai estetika kerena isi dan cara penyampainnya bersifat sastra; (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya memliki dialog.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tulisan narasi adalah bentuk wacana berupa cerita tentang peristiwa tindak-tanduk perbuatan atau pengalaman manusia yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya secara kronologis. Semua kegiatan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian periawa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusah dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.

1. Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi

ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian


(31)

commit to user

disajikan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis ataupun lisan.

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapt pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara ber-ulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka se-seorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Sedangkan narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.

2. Narasi Sugestif

Narasi sugesti berusaha memberi makna atas oerisriwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi). Narasi segestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca dapat menarik suatu makna baru diluar apa yang di-ungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah suatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah se-suatu yang tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai se-suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu ber-ubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan dijelaskan dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.

Dengan demikian narasi tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai se-buah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk mengahadapi suatu peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka pada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.


(32)

commit to user

3. Pembelajaran menulis Narasi di SD

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan usaha sadar guru untuk membuat siswa terampil berbahasa dan memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Gino, dkk

(2000 : 10) istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran” yang

berarti cara (perbuatan)., mengajar atau mengajarkan. Lebih lanjut, Winkel (1995: 36) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sementara itu Sanaky (2009: 3) memberikan pengertian bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membuat siswa menjadi berubah menuju arah yang lebih baik.

Dalam proses tersebut, guru harus memahami berbagai faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa Indonesia. Sabarti Akhadiah M.K., dkk. (1992: 2) menyebutkan ada lima faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, pokok bahasan, kondisi siswa, sarana, dan lingkungan sosial. Berikut penjabaran dari kelima faktor di atas.

1) Tujuan Pembelajaran yang Ingin Dicapai

Tujuan yang ingin dicapai merupakan faktor penentu dalam memilih materi pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran, memilih media serta melakukan evaluasi pembelajaran. Tujuan tersebut mengarah kepada kemampuan yang ditujukan oleh sejumlah perilaku yang diharapkan, dapat diperlihatkan siswa setelah mengikuti pelajaran. Secara garis besar, kemampuan tersebut dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(33)

commit to user

2) PokokBahasan

Pokok bahasan yang diberikan akan mempengaruhi pemilihan kegiatan belajar yang direncanakan. Hal ini disebabkan oleh metode maupun media dalam pembelajaran setiap pokok bahasan mempunyai karakteristik yang berbeda. Sebagai contoh pokok bahasan menulis akan berbeda dalam penggunaan metode dan strategi pengajarannya dengan pokok bahasan berbicara.

3) KondisiSiswa

Faktor ini turut serta mempengaruhi dan menentukan jenis kegiatan belajar serta bahan belajar yang dipilih. Kondisi siswa ini merupakan faktor internal siswa yang turut menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999: 236) menyebutkan beberapa faktor internal tersebut, antara lain: (1) sikap siswa terhadap belajar; (2) motivasi belajar; (3) konsentrasi siswa sewaktu belajar; (4) kemampuan siswa dalam mengolah bahan ajar; (5) kemampuan siswa menyimpan perolehan hasil belajar; (6) kemampuan siswa menggali hasil belajar yang tersimpan; (7) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar; (8) rasa percaya diri siswa; (9) tingkat intelegensi dan keberhasilan belajar; (10) kebiasaan belajar, dan (11) cita-cita siswa. Tentunya setiap siswa memiliki perbedaan individual dari hal-hal di atas. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran siswa. Dalam hal ini, guru perlu memperhatikan perbedaan karakteristik setiap siswa dengan menciptakan pembelajaran yang bervariasi.

4) Sarana

Sarana merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono,1999: 249). Sarana pembelajaran tersebut meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran lainnya. Keterbatasan sarana yang ada akan berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan.

5) LingkunganSosial

Keberhasilan belajar siswa banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, yaitu keadaan rumah, taraf pendidikan serta sikap orang tua, jumlah anggota keluarga, perlengkapan belajar di rumah, dan sebagainya. Tentu saja lingkungan itu tidak dapat atau sulit sekali diubah, dalam hal ini sekolah sebagai pusat pembelajaran dapat menyediakan lingkungan yang diperlukan.


(34)

commit to user

Menulis narasi adalah salah satu bentuk karya yang menjadi materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD. Sebagai salah satu materi pembelajaran, menulis narasi perlu disampaikan dengan menggunakan media yang inovatif sehingga mencapai tujuan dan standar kompetensi yang ditentukan.

Pembelajaran menulis narasi di SD sebenarnya mulai diperkenalkan di kelas tiga SD semester II. Dari kurikulum yang ada di sekolah dasar, maka pembelajaran menulis narasi harus dikembangkan dengan metode yang inovatif Kemampuan menulis bukan merupakan faktor bawaaan dan pada umumnya dipelajari ditempat formal. Selain itu, keterampilan menulis memerlukan waktu dan rentan yang panjang dalam pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh adanya tahapan menulis yang harus dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi siswa dengan lingkungannya yang difasilitasi oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran dapat mencapai target yang ditentukan.

c. Penilaian Menulis Narasi

Menulis merupakan kemampuan berbahasa paling akhir yang dikuasai oleh setiap pelajar. Kemampuan menulis didapat setelah kemampuan menyimak, berbicara dan membaca.

Kegiatan menulis merupakan salah satu pembelajaran bahasa, jadi tes kebahasaan merupakan hal yang harus dilakukan. Melalui penilaian yang objektif, maka hasil belajar siswa akan dapat diukur.

Harris dan Amran (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 306) menyatakan bahwa berdasarkan model pendekatan analitis dalam menilai tugas menulis, unsur utama yang

dinilai adalah content (isi, gagasan yang dikemukakan). Gorys Keraf (2001: 81)

mengatakan bahwa yang dimaksud perincian dan urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan-gagasan bawahan yang menunjang gagasan utama tadi.


(35)

commit to user

Implikasinya, tes menulis bukan hanya menghasilkan sebuah bahasa saja melainkan juga bagaimana mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis secara tepat.

Burhan Nurgiyantoro (2001: 306) mengemukakan bahwa ada enam tingkatan tes kemampuan menulis, yaitu: (1) tes kemampuan menulis tingkat ingatan, (2) tes kemampuan menulis tingkat pemahaman, (3) tes kemampuan menulis tingkat penerapan, (4) tes kemampuan menulis tingkat analisis, sisntesis, dan evaluasi.

Seluruh aspek penilaian menulis narasi tersebut disajikan dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Aspek Penilaian Menulis Narasi (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308)

ASPEK SKOR KRITERIA

I S I 27-30 22-26 17-21 13-16

SANGAT BAIK-SEMPURNA: *padat informasi *substabsif *pengembangan tesis tuntas *relevan dengan permasalahn dan tuntas.

CUKUP-BAIK: *informasi cukup *substansi cukup *

pengembangan tesis terbatas *relevan dengan

permasalahan tetapi tidak lengkap.

SEDANG-CUKUP: *informasi terbatas *substansi kurang * pengembangan tesis tak cukup * permasalahan tak cukup.

SANGAT-KURANG: *tidak berisi * tidak ada substansi *tidak ada pengembangan tesis *tidak ada permasalahan. O R G A N I S A S I 18-20 14-17 10-13 7-9

SANGAT BAIK-SEMPURNA: *ekspresi lancar *gagasan diungkapkan dengan jelas *padat * tertata dengan baik *urutan logis *kohesif.

CUKUP-BAIK: *kurang lancar *kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat *bahan pendukung terbatas * urutan logis tetapi tidak lengkap.

SEDANG-CUKUP: *tidak lancar *gagasan kacau *terpotong-potong *urutan dan pengembangan tidak logis.

SANGAT-KURANG: *tidak komunikatif *tidak terorganisir *tidak layak nilai.


(36)

commit to user O S A K A T A 14-17 10-13 7-9

kata canggih *pilihan kata dan ungkapan tepat * menguasai pembentukan kata.

CUKUP-BAIK: *pemanfaatan potensi kata agak canggih *pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu.

SEDANG-CUKUP: *pemanfaatan kata terbatas

*sering terjadi penggunaan kosakata dan dapat merusak makna.

SANGAT-KURANG: *pemanfaatan potensi kata asal-asalan *pengetahuan tentang kosakata rendah *tidak layak nilai. P E N G B A H A S A 22-25 18-21 11-17 5-10

SANGAT BAIK-SEMPURNA: *konstruksi kompleks tetapi efektif *hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.

CUKUP-BAIK: *konstruksi sederhana tetapi efektif * terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur. SEDANG-CUKUP: *terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat * makna membingungkan atau kabur

SANGAT-KURANG: *tidak menguasai aturan

sintaksis *terdapat banyak kesalahan * tidak komunikatif * tidak layak nilai.

M E K A N I K 4 3 2 1

SANGAT BAIK-SEMPURNA: *menguasai aturan penulisan *hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan. CUKUP-BAIK: * kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.

SEDANG-CUKUP: *sering terjadi kesalahan ejaan *makna membingngkan atau kabur.

SANGAT-KURANG: * tidak menguasai aturan penulisan *terdapat banyak kesalahan ejaan * tulisan tidak terbaca *tidak layak nilai.

(Diadopsi dari Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308)

Skor Maksimum = 100

Cara menghitung hasil menulis karangan =

Keterangan:

N I = isi

N II = organisasi


(37)

commit to user

N III = kosakata

N IV = pengembangan bahasa

N V = mekanik

Skor total dengan menjumlahkan hasil dari lima aspek tersebut. Standar Ketuntasan:

Siswa dinyatakan tuntas dalam aspek tersebut jika mencapai nilai minimal 65.

3. Penilaian Proses Belajar-Mengajar a. Hakikat Penilaian Proses Belajar-Mengajar

Proses belajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Berdasar dari segi proses tersebut, dapat diketahui proses siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Sikap, minat dan aktivitas siswa dalam mengikuti penjelasan dari guru merupakan objek yang harus diamati dalam melakukan penilaian dalam proses pembelajaran (Gino, dkk, 2000: 36-39). Hal ini sangat penting, karena pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh hasilnya.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar-mengajar yang cenderung menunjukan hasil yang berciri antara lain:

1) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik

pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri; 2) hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatanya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya; 3) hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh atau komprehensif, yaitu mencakup ranah kognitif, pengetahuan,atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama hasil yang diperolehnya, sedangkan ranah efektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek intruksional maupun efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran (Nana Sudjana, 2006: 56).

b. Kriteria dalam Menilai Proses Belajar-Mengajar

Dalam melakukan penilaian seorang guru tidak semata-mata memberikan penghakiman atas segala hal yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran. Akan tetapi, guru harus memiliki kriteria atau pedoman dalam memberikan penilaian dalam proses pembelajaran di kelas Klien (dalam Conny Semiawan, 2008: 4).

Menurut Nana Sudjana (2006: 59), kriteria dalam menilai proses belajar mengajar meliputi beberapa hal. Pertama, konsistensi kegiatan belajar-mengajar dengan kurikulum. Keberhasilan proses tersebut dapat dilihat terlaksananya secara nyata dalam bentuk dan


(38)

commit to user

aspek, di antaranya; tujuan-tujuan pengajaran, jenis kegiatan yang dilaksanakan, cara melaksanakan setiap jenis kegiatan, dan penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

Kriteria kedua adalah keterlaksanaannya oleh guru dan siswa. Keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal; mengondisikan kegiatan belajar siswa, menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar, waktu yang disediakan untuk belajar mengajar, memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa, dan melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dalam segi keterlaksanaan oleh siswa, hal yang dinilai adalah siswa memahami, mengikuti petunjuk yang diberikan guru, semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, dan menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru (Nana Sudjana, 2006: 59).

Ketiga motivasi belajar siswa dan keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini siswa menunjukan motivasi belajar pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat; minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya; reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar-mengajar; melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru (Nana Sudjana, 2006: 60).

Kriteria terakhir adalah kemampuan atau keterampilan guru dalam mengajar dan interaksi antara guru dengan siswa. Berkenaan dengan komunikasi yang terbangun pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilihat dalam; tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa; bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar; terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; dan menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa (Nana Sudjana, 2006: 60).

Berbeda dengan pendapat Sarwiji Suwandi (2008: 89), penilaian proses pembelajaran dalam kegiatan menulis dapat dilakukan dengan perhatian siswa terhadap pembelajaran berlangsung. Sikap dan aktivitas siswa dalam pembelajaran bermula dari yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terdapat suatu objek, sedangkan komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.


(39)

commit to user

Sarwiji Suwandi (2008: 89-90) menjelaskan bahwa objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Sikap terhadap materi pelajaran. Dengan adanya sikap positif terhadap materi

pelajaran, dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik harus memiliki sikap positif terhadap

guru. Siswa yang bersikap negatif pada guru akan mengabaikan hal-hal yang diajarkan oleh guru sehingga siswa menjadi sukar menyerap materi pelajaran.

3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap positif

terhadap proses pembelajaran yang mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi

pelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap positif terhadap kasus tertentu dalam materi pelajaran.

Dalam kegiatan observasi, perilaku siswa dalam kegiatan menulis dapat diamati dengan format penilaian sebagai berikut.

Tabel 2. Penilaian Proses Kegiatan Menulis

No. Subj

Nama

Indikator Nilai Ket

Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran menulis Memerhatika n penjelasan guru Perhatian terhadap gambar Kesung gu- han siswa dalam mengerj akan 1 2 3 4 5

Diadopsi dari Sarwiji Suwandi (2008: 89-90) Catatan:

a. Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut


(40)

commit to user

1= Sangat kurang (siswa tidak peduli dengan kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, siswa melakukan aktivitas sendiri dan sama sekali tidak

memerhatikan guru, siswa acuh dengan gambar yang dibagikan guru, siswa

melakukan aktivitas lain.

2= Kurang (siswa terlihat malas dan mengeluh tentang materi pelajaran yang diberikan, siswa hanya memerhatikan penjelasan guru jika ditegur guru, siswa menerima gambar yang diberikan guru tetapi hanya melihat sekilas, siswa melakukan aktivitas lain saat mengerjakan tugas dan melihat hasil pekerjaan teman)

3= Sedang (siswa terlihat pasif dan diam dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, pandangan siswa tertuju pada guru namun jika ditanya tidak bisa menjawab, siswa mengerjakan tugas tetapi masih melakukan aktivitas lain, seperti meminjam alat tulis temannya).

4= baik (saat pelajaran berlangsung siswa terlihat aktif mengikuti pelajaran, siswa memerhatikan dan mencatat materi pelajaran yang disampaikan guru,

siswa menerima gambar yang diberikan guru dan mengamati serta

mendiskusikan dengan teman sebangku, siswa fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik dan tepat waktu)

5= amat baik (saat pelajaran berlangsung siswa terlihar antusias dan bertanya pada guru, siswa memerhatikan penjelasan guru dan bertanya jika kurang

memahami, siswa sangat antusias menerima gambar yang dibagikan guru

dan mengamati, mendiskusikan dengan teman sebangku, siswa mengerjakan tugas, bekerja dengan sungguh-sungguh dan selesai mengerjakan tepat waktu)

b. Nilai merupakan jumlah skor-skor tiap indikator perilaku.

c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut:

1. Nilai 18-20 berarti amat baik

2. Nilai 14-17 berarti baik

3. Nilai 10-13 berarti sedang

4. Nilai 6-9 berarti kurang

5. Nilai 0-5 berarti sangat kurang

Berdasar pada pendapat di atas peneliti menarik simpulan bahwa penilaian proses tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Penilaian ini tidak hanya bermanfaat bagi


(41)

commit to user

guru, tetapi juga bagi siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya. Bertolak dari beberapa kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian yang telah dicapai dan bagian-bagian-bagian-bagian yang belum dicapai untuk kemudian dilakukan tindakan dan upaya memperbaikinya.

4. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arief S. Sadiman, 2007: 6). Senada dengan Hujair AH.Sanaky (2009: 3) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Berbeda dengan Romiszowski (dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 12) memberikan batasan media sebagai pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Di dalam proses belajar-mengajar penerima pesan itu adalah siswa, sedang pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yaitu guru. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka, siswa dirangsang oleh media, lalu inderanya digunakan untuk menerima informasi. Apabila media itu membawa pesan/informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud pengajaran, maka hal itu disebut media pembelajaran.

Gagne dan Briggs (dalam Azhar Arysad, 2005: 4) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala yang meliputi alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran dan menyajikan pesan sehingga merangsang siswa untuk belajar atau sebagai alat bantu mengajar guru. Alat bantu yang bisa dipakai biasanya berupa alat

bantu visual, yaitu gambar, kaset CD, kamera, film slide, komputer dan alat-alat yang

dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Senada dengan Ardiani Mustikasari (2008: 1) menyatakan media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim (guru)


(42)

commit to user

kepada penerima (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses kegiatan belajar berhasil. Di dalam suatu proses belajar-mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan kepada penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Pesan tersebut berasal dari kurikulum yang disampaikan guru kepada siswa.

b. Jenis Media pembelajaran

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 35), jenis media pengajaran dibedakan menjadi 4, yaitu media audio, media visual, media audiovisual dan media serbaneka.

1) Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif verbal, nonverbal, maupun kombinasi keduanya. Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran. Ada beberapa jenis media audio, yakni radio, piringan audio, pita audio, telephon, dan tape recorder. 2) Media Visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media

visual gerak. Media visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar kartun bisu yang diproyeksikan, peta, dan globe. Contoh media visual gerak antara lain film.

3) Media audio visual memiliki kemampuan untuk mengatasi kelemahan dari media visual dengan suara. Media ini menjadi lebih efektif penggunaannya bila dibandingkan dengan media visual saja. Pada dasarnya, media audio visual dibedakan menjadi dua sesuai karakteristiknya, yaitu media audio visual diam dan media audio visual gerak. Contoh media audio visual diam antara lain: Slow scan TV, TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, buku bersuara. Contoh media audio visual gerak adalah film bersuara, pita video, film TV, dan gambar bersuara.

4) Media serbaneka. Media ini memiliki kesamaan sekaligus perbedaan karakteristik dengan ketiga media sebelumnya sehingga disebut media serbaneka. Hal yang termasuk ke dalam media ini adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan sumber belajar pada masyarakat seperti karya wisata dan kemah kerja.


(43)

commit to user

Pemilihan media yang tepat akan memaksimalkan kualitas tujuan yang ingin dicapai. Dick Carey dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 100) memberi patokan dalam memilih media, yaitu

1)Ketersediaan sumber;

2)Ketersedian dana, tenaga, dan fasilitas;

3)Keluwesan, kepraktisan, daya tahan (umur media); 4)Efektivitas media untuk waktu yang panjang.

c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Djamarah dan Zein, 1996: 150), mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut:

1) Ketepatan dengan tujuan pengajaran.

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa.

3) Media yang digunakan mudah diperoleh, murah, sederhana dan praktis penggunaannya.

4) Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pengajaran. 5) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat

bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. 6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Arief S. Sadiman,dkk (2007: 31-32) menjabarkan adapun syarat dan gambar yang cocok dengan tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Autentik, gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sekitarnya.

2) Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.

3) Ukuran relatif gambar dapat memperbesarkan atau memperkecil benda sebenarnya.

4) Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar yang baik tidak menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.


(44)

commit to user

5) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, walaupun dari segi mutu kurang. Gambar karya siswa sendiri sering kali lebih baik.

6) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Gambar hendaklah bagus dari sudut seni dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sudjana & Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2005: 128) menguraikan beberapa pemilihan gambar untuk tujuan pembelajaran, yaitu mendukung pencapaian pembelajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang memadai, validitas dan menarik. Gambar harus benar-benar melukiskan konsep atau pesan isi yang ingin disampaikan sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan. Gambar juga disesuaikan dengan tingkat usia siswa, sederhana atau rumit sehingga siswa tidak salah menafsirkan pesan dalam gambar itu.

d. Pengertian Media Gambar

Media gambar merupakan salah satu jenis media visual atau grafis. sesuai dengan

pendapat Arief Sadiman, dkk. (2007: 29) yang menyatakan bahwa “media grafis meliputi

gambar/foto, sketsa, diagram, bagan (chart), grafik, kartun, poster, peta dan globe”.

Media gambar sangat umum digunakan dalam setiap pembelajaran karena kepraktisan dan kemudahannya dalam menggunakan, Walaupun telah banyak digunakan dalam setiap pembelajaran, tetapi media gambar tetap mampu menyita perhatian dari siswa dan mampu memberikan visualisasi yang lebih jelas mengenai konsep yang akan diberikan.

Media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2007: 125), mengemukakan

bahwa “media gambar adalah media yang mengombinasikan fakta dan gagasan secara

jelas dan kuat melalui kombinasi dan pengungkapan kata-kata dengan gambar”.

Berdasar beberapa pendapat di atas, peneliti mengambil simpulan bahwa media gambar atau sejenisnya adalah media yang memvisualisasikan konsep ke dalam sebuah gambar atau yang menampakkan benda dan peristiwa umum digunakan di mana-mana, dapat dimengerti dan dinikmati dalam pembelajaran, untuk mengatasi kesulitan mendapatkan atau menampilkan benda aslinya di dalam ruangan kelas. Dengan media gambar akan memperjelas konsep instruksi yang dikomunikasikan guru sehingga siswa lebih mudah dimengerti dan menyerap informasi atau pengetahuan yang disampaikan.


(45)

commit to user

e. Manfaat Media Gambar

Untuk meningkatkan mutu proses belajar-mengajar, guru seharusnya menggunakan media pembelajaran sebagai perantara sehingga guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus pandai memilih media yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Secara umum, penggunaan media gambar sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Sesuai dengan hal itu, penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Penggunaan media gambar dalam pembelajaran akan dapat membangkitkan keinginan dan minat siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu, media gambar juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat kemampuannya. Dengan menggunakan media gambar pada proses belajar mengajar dapat rnengembangkan kemampuan visual, mengembangkan imajinasi anak, membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau perstiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas, serta dapat membantu mengembangkan kepribadian anak.

Peneliti dapat simpulkan bahwa manfaat media gambar dalam pembelajaran adalah untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dan sebagai alat komunikasi penyampaian pesan visual yang lebih konkret sehingga pesan tersebut dapat Iebih mudah dipahami.

Fungsi media pengajaran sebagai sumber belajar, Nana Sudjana (dalam Djamarah, 1996: 152), merumuskan fungsi media sebagai berikut:

1) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif

2) Penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.

3) Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran . 4) Penggunaan media bukan semata-mata alat hiburan, bukan sekadar


(46)

commit to user

5) Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru.

6) Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Ketika fungsi-fungsi media pengajaran itu diaplikasikan ke dalam proses belajar mengajar, maka terlihatlah perannya sebagai berikut:

1) Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.

2) Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.

3) Media sebagai sumber belajar bagi siswa. f. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

Arief S. Sadiman,dkk (2007: 29-31) berpendapat bahwa kelebihan dari gambar adalah sebagai berikut:

1) Gambar sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal; 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, untuk mengingat kejadian masa lampau kemarin bahkan semenit yang lalu ataupun tempat yang jauh dari subjek, maka gambar sangat diperlukan; 3) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, misal benda yang tidak dapat dilihat oleh mata dapat disajikan dengan jelas oleh gambar; 4) Gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja. 5) Gambar murah harganya dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain itu, dapat diketahui bahwa kelebihan dari penggunaan media gambar adalah media gambar relatif lebih efektif dan efisien, mampu mengonkretkan pengetahuan yang abstrak sehingga mudah dicerna siswa. Media dan gambar dapat menyita perhatian dan menumbuhkan motivasi siswa.

Adapun kelemahan dari media gambar menurut Arief S. Sadiman,dkk (2007: 31), adalah sebagai berikut:

(1) gambar hanya menekankan persepsi indera mata, (2) gambar benda yang terlalu komp1eks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, dan (3) gambar ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Selain itu, kelemahan yang diperhatikan dalam penggunaan media gambar menurut Jadi, kelemahan dalam penggunaan media gambar adalah adanya keterbatasan persepsi yaitu hanya menekankan persepsi indera mata saja, dan perbedaan setiap anak dalam membaca gambar tersebut.


(47)

commit to user

g. Pengertian Media Gambar Berseri

Guru dapat menyampaikan pelajaran dengan menggunakan media gambar sebagai pendukung. Penggunaan media gambar dapat membantu siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan. Media gambar dapat berupa gambar berseri maupun gambar lepas. Gambar berseri merupakan sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu dengan lainya, sedangkan gambar lepas merupakan gambar yang menunjukan situasi ataupun tokoh dalam cerita yang dipilih untuk menggambarkan situasi-situasi tertentu, antara gambar satu dengan yang lainya tidak menunjukan kesinambungan (Ella Farida Tizen, 2008).

Sesuai penjelasan di atas, dapat disimpulkan pengertian gambar berseri adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang berupa gambar datar yang mengandung cerita dengan urutan tertentu sehingga antara satu gambar dengan gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan membentuk satu kesatuan.

Media gambar berseri merupakan golongan atau jenis media visual datar. Media gambar berseri memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Umumnya murah harganya, media gambar mengunakan kertas sebagai bahan baku sehingga harga relatif murah.

2) Mudah didapat, untuk mendapatkannya guru bisa menggandakan dengan cara memfotokopi.

3) Mudah digunakan, penggunaan media ini cukup dilihat dengan mata saja tanpa ada penngunaan alat lain sebagai penyerta.

4) Dapat memperjelas suatu masalah 5) Lebih realitas

6) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan 7) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Namun demikian, media visual juga memiliki keterbatasan antara lain: 1) Semata-mata hanya medium visual


(48)

commit to user

2) Ukuran gambar sering kali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar

3) Memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan dan kejelian guru untuk dapat memanfaatkanya.

h. Media Gambar Seri sebagai Media Pembelajaran

Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus sesuai dengan taraf berpikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis narasi di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan menulis. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi simpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan. Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim (1997: 63) mengemukakan bahwa penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan-karangan. Tarigan (1997: 210) mengemukakan bahwa menulis melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa. Bertolak dari uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau menulis suatu tulisan dengan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.

Atas dasar uraian tersebut di atas, hendaknya guru mempertimbangkan penggunaan media gambar seri dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran menulis narasi. Hal ini dengan alasan bahwa dengan gambar dapat merangsang imajinasi seorang siswa supaya suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya sehingga selanjutnya diharapkan siswa tersebut dapat mampu menulis narasi sesuai dengan tema, ide, pengalaman dan kejadiannya.

B.Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pembelajaran menulis telah banyak dilakukan oleh banyak pihak, baik yang berbentuk studi kasus maupun berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian yang dapat dijadikan bukti bahwa media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan menulis adalah penelitian oleh Dewi Winarti “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi melalui


(1)

commit to user

SIKLUS 3

No Nama Aspek penilaian Nilai Keterangan

Isi (13-30) Organi sasi (7-20) Kosakata (7-20) Pengg bhs (5-25) Mekanik (2-5)

1 Anisa Rurohmah 26 19 17 22 5 89 Tuntas

2 Aulia Fahma Putri 26 18 17 21 5 86 Tuntas

3 Lilis Setyaningsih 25 18 17 21 5 86 Tuntas

4 Melly Rahmawati 26 18 17 20 5 86 Tuntas

5 Reza Nuerbela 22 15 13 18 5 73 Tuntas

6 Rezky Ayu Pangestik 26 15 16 18 5 80 Tuntas

7 Amir 25 16 15 17 5 78 Tuntas

8 Ananda Agung J.P 26 18 15 18 5 82 Tumtas

9 Deny Tri Saputra 21 10 10 15 3 59 Tidak tuntas

10 Gadit Aryo Sadewo 22 17 14 17 5 75 Tuntas

11 Sidik Prasetyo 21 10 10 12 4 57 Tidak tuntas

12 Toni Nugroho 26 17 17 20 5 85 Tuntas

13 Bayu Pangestu 25 17 14 18 5 75 Tuntas

Jumlah 1009


(2)

commit to user

Tugas 3

1.

Urutkan gambar tersebut dan buatlah karangan berdasarkan gambar seri yang

telah disediakan, dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang tepat.


(3)

commit to user

Penilaian Proses Kegiatan Menulis (SIKLUS 3)

No. Nama

Indikator Nilai Ket

Perhatian terhadap kegiatan menulis Memerhati kan penjelasan guru Perhatian terhadap gambar Kesung gu- han siswa dalam mengerj akan

1 Anisa Rurohmah 4 4 5 4 18 Sangat baik

2 Aulia Fahma F Putrid 3 3 5 4 18 Sangat baik

3 Lilis Setyaningsih 4 4 5 4 17 baik

4 Melly Rahmawati 3 3 5 3 14 baik

5 Reza Nuerbela 3 4 4 3 14 baik

6 Rezky Ayu Pangestik 4 4 4 3 15 baik

7 Amir 4 4 4 2 14 baik

8 Ananda Agung J.P 4 3 5 3 15 baik

9 Deny Tri Saputra 4 3 4 3 12 sedang

10 Gadit Aryo Sadewo 2 3 3 3 11 sedang

11 Sidik Prasetyo 2 2 2 3 10 Sedang

12 Toni Nugroho 4 4 4 2 14 baik


(4)

commit to user

Lembar Observasi Guru Siklus 3

No

Indikator

Keterangan

1.

Metode

Guru tak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi juga

menggunakan metode tanya jawab selama pembelajaran

berlangsung.

2.

Interaksi guru

dan siswa

Interaksi guru dengan siswa berjalan dengan baik, guru

memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya

sehingga terjadi umpan balik antara guru dengan siswa.

3.

Media

Pada siklus ini sudah menggunakan media gambar berseri,

sedangkan pada kegiatan survei awal belum menggunakan

media.


(5)

commit to user

Perolehan Nilai Keterampilan Menulis selama Penelitian

No Nama Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Keterangan

1 Anisa Rurohmah 84 87 88 89 Meningkat

2 Aulia Fahma F Putrid 79 86 86 86 Meningkat

3 Lilis Setyaningsih 64 65 76 86 Meningkat

4 Melly Rahmawati 76 80 84 86 Meningkat

5 Reza Nuerbela 47 47 57 73 Meningkat

6 Rezky Ayu Pangestik 63 63 77 80 Meningkat

7 Amir 51 51 72 78 Meningkat

8 Ananda Agung J.P 65 65 78 82 Meningkat

9 Deny Tri Saputra 46 46 51 59 Meningkat

10 Gadit Aryo Sadewo 50 50 64 75 Meningkat

11 Sidik Prasetyo 34 34 48 57 Meningkat

12 Toni Nugroho 82 87 87 85 Meningkat

13 Bayu Pangestu 62 67 74 75 Meningkat

NILAI RATA-RATA 61.53 63,69 72.46 77,76 Meningkat


(6)

commit to user

135

LAMPIRAN

FOTO DAN

SURAT-SURAT


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Dengan Menggunakan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas V SD N Wonokerto 2 Desa Wonokerto Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 15

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Dengan Menggunakan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas V SD N Wonokerto 2 Desa Wonokerto Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 5

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Dengan Menggunakan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas V SD N Wonokerto 2 Desa Wonokerto Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 SAWIT TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 2 6

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 0 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SONOKULON 1 TODANAN BLORA TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 0 7

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS V MI ISLAMIYAH WIDODAREN GERIH NGAWI TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 0 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI KELAS IV SEKOLAH DASAR

0 1 14

Peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar seri siswa kelas III SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

0 0 94

Peningkatan partisipasi dan kemampuan menulis narasi siswa kelas X7 SMAN2 Bantul, Yogyakarta tahun 2008/2009 dengan menggunakan media gambar berseri - USD Repository

0 0 105