variabel kestabilan emosi dan religiusitas dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksikan prestasi belajar siswa.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara logis
diterangkan, dikembangkan, dari perumusan yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survey literature.
Menurut Ahmad Suaedy dalam Efendi, 2004:202-203, spiritualitas dalam bahasa Inggris adalah spirituality, berasal dari kata spirit yang berarti roh atau
jiwa. Spiritualitas adalah dorongan bagi seluruh tindakan manusia, maka spiritualitas baru bisa dikatakan dorongan bagi respon terhadap problem-problem
masyarakat konkrit dan kontemporer. Spiritualitas baru berbeda dengan bentuk istimewa yang lebih berupa ajaran formal. Dalam konteksIislam, sebenarnya bisa
dikatakan spiritualitas baru dimaksudkan disini adalah kehidupan iman itu sendiri yang dalam Islam dinyatakan dan bersumber pada kepercayaan utama yaitu
“Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Pengakuan dan kesaksian dalam hati itu tidak terjadi secara insidental melainkan terus menerus
sepanjang hidup dan karena itu merupakan tuntutan atas implementasi dari iman yakni seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat jelek yang juga berlangsung
secara terus-menerus sepanjang hayat dan abadi sifatnya. Ketika pengakuan hati itu mewujud dalam aktivitas, maka akan menjadi manusiawi dan karena itu tidak
suci, dengan demikian terbuka untuk kritik dan keberatan dan juga sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
terbuka bagi dukungan dari arah manapun. Dengan sendirinya ukuran tuntutan kebaikan dan larangan buruk bersifat rasional dan mengikuti standar-standar
kemanusiaan universal belaka, sedangkan pengakuan dan kesaksian iman memberi dasar komitmen.
Sesungguhnya pengaruh perasaan emosi terhadap agama, jauh lebih besar daripada rasio logika. Beberapa orang yang mengerti agama dan agama itu dapat
diterima oleh pikirannya, tapi dalam pelaksanaannya ia sangat lemah, kadang- kadang tidak sanggup mengendalikan dirinya sesuai dengan pengertiannya itu.
Apabila kita tahu, bahwa masa remaja adalah masa tidak stabilnya emosi di mana perasaan sering tidak tenteram, maka keyakinannya pun akan terlihat maju
mundur dan pandangannya terhadap sifat-sifat Tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya pada waktu tertentu Daradjat, 2005: 94-95.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sumber : Ahmad Suaedy dalam Efendi, 2004:202-203 dan Daradjat 2005: 94-95. Diolah Gambar 2.1 : Model Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis