Obat-obat Hipertensi Pengobatan Hipertensi

c. Obat-obat Hipertensi

1 Diuretik Biasanya golongan diuratik merupakan obat pertama yang diberikan dan efektif dalam waktu 3-4 hari. Obat golongan ini dapat membantu ginjal mengeliminasi garam dan air, sehingga jumlah cairan dalam tubuh berkurang dan tekanan darah turun. Banyak garam dan air yang dikeluarkan, efek samping yang timbul adalah ikut terbuangnya kalium. Pemberian obat diuretik biasanya disertai dengan suplemen kalium untuk menahan kalium agar tidak terjadi kekurangan kalium hipokalemia Karyadi, 2002. Obat ini juga mempunyai efek samping seperti menahan asam urat, sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat, mengurangi metabolisme glukosa serta hiperkalemia meningkatkan trigliserida dan kolesterol golongan obat ini efektif diberikan pada orang obesitas, orang tua, penderita gagal jantung. Golongan obat diuretik antara lain furosemid, hidroklorotiazid, spironolakton Karyadi, 2002. 2 Penghambat adrenergik Jenis obat ini bekerja dengan mekanisme yang berlainan, ada yang bekerja sentral berhubungan dengan susunan syaraf pusat dan ada yang bekerja di syaraf tepi. Golongan yang bekerja sentral seperti klonidin, metildopa, dengan mekanisme feedback negative ke sentral, menurunkan aktifitas saraf simpatis dan menyebabkan turunnya tekanan darah Karyadi, 2002. 10 Golongan yang bekerja di syaraf tepi, termasuk penghambat ganglion pempidin, penghambat neuron guenitidin, reserpin dan penghambat syaraf adrenoreseptor alfa bloker, beta bloker, alfa dan beta bloker. Golongan penghambat adrenoreseptor bekerja menghambat efek sistem syaraf simpatis yang merespon stress dengan menaikkan tekanan darah. Obat ini memblokir reseptor-reseptor sehingga terjadi vasodilatasi pelebaran pembuluh darah dan terjadi penurunan tekanan darah. alfa bloker antara lain pentolamin, prazosin, dan golongan beta bloker antara lain propanolol, atenolol, pinolol sedangkan golongan alfa dan beta bloker antara lain labetolol Karyadi, 2002. Beta bloker adalah golongan obat antihipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah, karena dapat memperlambat denyut jantung sekalipun tubuh dalam keadaan istirahat sehingga jumlah darah yang dipompa juga akan berkurang. Jenis yang paling sering dipakai pada umumnya efektif untuk usia penderita yang lebih muda, pada penderita yang terkena serangan jantung, denyut jantung yang cepat, angina pectoris nyeri dada dan migrain. Beta bloker tidak dapat diberikan pada penderita dengan riwayat asma, bronchitis kronik alergi berat dan efek samping lain yang mungkin timbul seperti peningkatan trigliserida, asam urat, kolesterol Low Density Lipoprotein , serta impoten Karyadi, 2002. 3 Calcium Channel Blokers Mekanisme kerjanya adalah mencegah atau menghambat masuknya ion-ion kalsium ke dalam sel-sel otot polos pembuluh darah dan tekanan darah menurun. Golongan obat ini efektif untuk perbaikan aliran darah, turunnya 11 daya tahan dinding pembuluh darah, serta menurunkan denyut jantung. Golongan obat ini efektif pada penderita dengan angina pektoris, migrain, vertigo, dan denyut jantung cepat. Nifedipin lebih sering dipakai untuk pengobatan hipertensi dibandingkan antagonis kalsium lainnya Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan golongan obat ini antara lain gangguan lambung, usus, hipotensi penurunan tekanan darah akibat vasodilatasi Karyadi, 2002. 4 Agiotensin Converting Enzyme Inhibitor Golongan obat ini antara lain kaptopril dan enalapril. Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat pembentukan Angiotensin II zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Golongan obat ini sering digunakan pula untuk pengobatan terapi awal hipertensi ringan sampai sedang. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, dan lemas Nafrialdi, 2007. 5 Penghambat reseptor Angiotensin II Cara kerja obat ini adalah menghalangi penempelan Angiotensin II pada reseptor yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini adalah valsartan diovan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala, lemas dan mual Nafrialdi, 2007. 6 Vasodilator Golongan obat ini antara lain hidralazin, nitrogliserin, minoksidil, diazoksida, natrium niroprusid. Obat vasodilator bekerja secara langsung merelaksasi otot polos pembuluh darah arteri, sehingga terjadi dilatasi 12 pembuluh darah, peningkatan denyut dan curah jantung. Obat vasodilator juga menahan natrium dan air, tapi dapat diatasi dengan pemberian diuretik, sehingga pemberian vasodilator tidak pernah tunggal, namun ditambahkan pada obat lain yang tidak dapat menurunkan tekanan darah. Biasanya obat golongan ini ditambahkan pada pengobatan diuretik dan beta bloker. Efek samping yang timbul dari pemberian obat ini antara lain penahanan retensi cairan tubuh, gangguan saluran cerna, serta tidak boleh diberikan pada penderita dengan gangguan pembuluh darah aorta dan gangguan ginjal berat Karyadi, 2002. 7 Obat-obat darurat emergensi Pemberian obat dengan suntikan vena biasanya dilakukan untuk menurunkan tekanan darah secara cepat pada kasus maligna. Obat yang biasa diberikan antara lain golongan vasodilator nitrogliserin, diazoksida, natrium nitroprusid, penghambat adrenergik labetolol, golongan antagonis kalsium nifedipine dapat diberikan secara oral dan bekerja sangat cepat. Pemberian obat-obatan ini bisa mengakibatkan hipotensi, oleh karena itu harus disertai dengan pemantauan yang ketat Karyadi, 2002.

5. Dosis

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X JEPARA TAHUN 2007

0 4 7

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Pada Pasien Asma Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun 2015.

0 3 14

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 7 13

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) PADA PASIEN ASMA RAWAT INAP KATEGORI DOSIS IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) PADA PASIEN ASMA RAWAT INAP KATEGORI DOSIS DAN OBAT SALAH RSUD PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007.

0 0 15

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)POTENSIAL KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 10 20

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) KATEGORI KETIDAKTEPATAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 1 18

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) KATEGORI KONTRAINDIKASI DAN KETIDAKTEPATAN DOSIS OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2007.

0 0 28

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2007.

0 3 29

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs KATEGORI OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs KATEGORI OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAH

0 1 16

IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R.A KARTINI JEPARA TAHUN 2007.

0 0 8