Deskripsi singkat mengenai sejarah Proyek PLTU Pangkalan Susu

Universitas Sumatera Utara pemerintah dan pihak kontraktor mengingat banyak keuntungan potensial yang bisa dikelola ketika PLTU dibangun di atas areal ini. Alasan pertama PLTU dibangun di desa Tanjung Pasir dikarenakan letak desa tersebut strategis berdekatan dengan laut. Kebijakan membangun PLTU dipinggiran laut dikarenakan alasan pendistribusian batu bara yang diangkut oleh kapal-kapal pengangkut batu bara dan juga kapal-kapal tersebut bisa dengan mudah bersandar dipinggiran laut tersebut untuk menyuplai batu bara yang menjadi bahan bakar utama pembangkit ini. Alasan lainnya yang mendasari dibangunnya PLTU di desa ini ialah dikarenakan letak desa Tanjung Pasiryang berada di pesisir pantai dan langsung berhadapan dengan laut, sehingga lingkungan yang berada di tempat tersebut dianggap cukup baik dalam hal mendegradasi polusi yang ditimbulkan oleh asap hasil dari sisa pembakaran. Desa Tanjung Pasir dihuni oleh penduduk yang mayoritasnya beragama Islam dan mayoritas penduduknya berasal dari suku Banjar Kalimantan. Mereka hidup dengan memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah. Penduduk yang tinggal di desa ini bermata pencaharian sebagai petani dan mayoritas dari mereka menjadi petani padi sehingga tak bisa dipungkiri, jika hasil alam yang dominan yang berada di daerah ini adalah padi dan sekaligus desa Tanjung Pasir merupakan salah satu dari lumbung padi daerah yang menyuplai makanan pokok masyarakat di kecamatan Pangkalan Susu.

4.1.1.2 Deskripsi singkat mengenai sejarah Proyek PLTU Pangkalan Susu

Sejarah berdirinya Pembangkit listrik ini dilatarbelakangi oleh buah pikiran dari pemerintah Indonesia. Setelah dibuatnya Peraturan Presiden RI Perpres Nomor 71 Tahun 2006 yang menginstruksikan program percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik menggunakan Batu bara. Perpres ini langsung direspon positif dan menjadi cikal bakal dari pembangunan 35 PLTU yang dibangun di seluruh Indonesia. Dalam percepatan pembangunan tersebut pemerintah telah mencanangkan program pembangunan energi listrik menggunakan batu bara yang dirincikan, 10 PLTU akan dibangun di pulau Jawa dan 10 lokasi tersebut diproyeksikan akan menyuplai sekitar 7430 MW Mega Watt. Selanjutnya 25 pembangkit lainnya akan dikonstruksikan untuk memenuhi Universitas Sumatera Utara konsumsi di luar pulau Jawa dan akan diproyeksikan menyuplai listrik sekitar 2.121 MW Mega Watt. Tidak hanya menggunakan batu bara, pemerintah juga merencanakan sumber daya listrik menggunakan energi terbarukan seperti memanfaatkan tenaga air dan Gas serta transmisi yang terkait kemudian rencana ini dinamakan dengan proyek percepatan 10.000 MW ESDM.go.id. Energi alternatif merupakan suatu hal yang dipandang baik dikerjakan oleh Indonesia, karena mengingat begitu besar suplai Bahan Bakar Minyak BBM yang dibutuhkan Indonesia dan anggaran untuk subsidi BBM yang semakin tahun semakin membengkak serta semakin meningkatnya kebutuhan listrik yang dibutuhkan penduduk Indonesia terkhusus dalam ruang lingkup Sumatera Utara. Maka dengan pertimbangan dan tujuan yang telah dijelaskan di atas pada akhir tahun 2008, di bawah pengawasan Indonesian Power pembangunan proyek PLTU 2 x 200 MW dengan luas lahan sekitar 105 Ha Hektare ini dimulai. Pada proyek pembangunan tahap awal pemerintah menunjuk GPEC yang berasal dari perusahaan Tiongkok sebagai kontraktor utama dan PT. Ninceek Multidimensi serta PT. Bagus Karya yang berasal dari Indonesia sebagai mitra kerja. Mereka berfungsi untuk mengawasi dan memberi masukan kepada perusahaan GPEC sendiri. Namun pada proses pembangunan PLTU ini, beragam masalah timbul baik dari sisi internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Sehingga pada Tahun 2011 Ninceek dinyatakan pailit atau merugi sehingga dalam penyelesaiaannya GPEC dan Bagus Karya yang melanjutkan proyek tersebut dan kedua perusahaan tersebut bergabung menjadi partner J.O GPEC Bagus Karya Join Operation GPEC dan Bagus Karya. Proyek PLTU ini sebenarnya diprediksi akan selesai pada akhir 2013 silam, namun pada kenyataannya pembangunan ini berjalan lambat, hal ini disebabkan karena Begitu banyak hambatan yang terjadi selama proses pembangunannya. Hambatan tersebut disebabkan oleh kondisi sosial yang ada di desa ini seperti, masyarakat yang sering berunjuk rasa, ada sekelompok warga yang menutup akses jalan menuju lokasi pembangunan proyek yang sering menghambat truk pengangkut material pendukung sehingga suplai material proyek terhambat. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya alasan keterlambatan pembangunan ini dikarenakan pekerjaan yang dikerjakan oleh para pekerja yang direkrut tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan, konstruksi boiler cerobong asap yang harus kembali diperbaiki dikarenakan mengalami sedikit kendala yaitu kemiringan pada saat dibangun, bahkan sampai runtuhnya 3 unit tower penyangga kabel listrik yang disebabkan oleh ulah segelintir masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Sampai dengan saat ini.Proyek PLTU yang sejatinya dibuat untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat telah rampung dikerjakan dan tinggal menunggu peresmian dari pemerintah pusat. Dari informasi yang penulis dapatkan pada bulan Februari 2015 ini dinyatakan jikapenyelesaian proyek PLTU telah mencapai tahap ujicoba dan bahkan satu dari dua unit yang dibangun sudah dioperasikan untuk menghasilkan listrik.

4.1.1.3 Deskripsi pekerja Tiongkok