Pengertian Hukum Waris Adat Menurut Para Ahli

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS ADAT

A. Pengertian Hukum Waris Adat Menurut Para Ahli

Di negara kita RI ini, hukum waris yang berlaku secara nasional belum terbentuk, dan hingga kini ada 3 tiga macam hukum waris yang berlaku dan diterima oleh masyarakat Indonesia, yakni hukum waris yang berdasarkan hukum Islam, hukum Adat dan hukum Burgerlijk Wetboek BW. 9 “Hukum Waris Adat memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan dan mengoperkan barang-barang harta benda dan barang- barang yang tidak berwujud benda immateriele goederen dari suatu angkatan manusia generatie pada turunannya”. Hal ini adalah akibat warisan hukum yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda untuk Hindia Belanda dahulu. Sehubungan dengan Hukum Waris Adat, akan dikemukakan beberapa pendapat sarjana antara lain, R. Soepomo berpendapat bahwa : 10 “Aturan-aturan hukum yang bertalian dengan proses dari abad ke abad yang menarik perhatian adalah proses penerusan dan peralihan kekayaan materiil dan immateriil dari turunan ke turunan”. Sedangkan Ter Haar Hukum Waris Adat adalah, 11 Hukum Waris Adat memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan berwujud atau tidak berwujud dari pewaris kepada para warisnya. Cara penerusan dan peralihan harta kekayaan itu dapat berlangsung sejak pewaris masih hidup atau setelah pewaris meninggal dunia. 9 Himan Hadikusuma Op Cit hal. 47 10 R. Soepomo, “Bab-bab Tentang Hukum Adat”, Jakarta, Pradnya Paramita, 1986, hal. 79. Pendapat Soerojo Wignjodipoero mengatakan Hukum Waris Adat adalah, “Norma-norma hukum yang menetapkan harta kekayaan baik yang materiil maupun yang immateriil yang manakah dari seseorang yang dapat diserahkan kepada keturunannya serta yang sekaligus juga mengatur saat, cara dan proses peralihannya”. 12 “Aturan-aturan yang bertalian dengan proses yang terus menerus dari abad ke abad, ialah suatu penerusan dan peralihan kekayaan baik materiil maupun immateriil dari suatu angkatan ke angkatan berikutnya”. Kemudian Bushar Muhammad Hukum Waris Adat meliputi, 13 “Suatu proses penerusan dari pewaris kepada ahli waris tentang barang- barang materiil maupun barang-barang immateriil yang mana hal ini berarti bahwa penerusan ini menyangkut penerusan hak-hak dan kewajiban-kewajiban”. Sehingga Hukum Waris Adat mempunyai arti yang luas berupa penyelenggaraan pemindahan dan peralihan kekayaan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya baik mengenai benda materiil maupun benda immateriil. Namun demikian pengertian Hukum Waris Adat Bali menurut Ayu Putu Nantri adalah : 14 Di samping itu, di dalam Hukum Adat juga dikenal tiga asas pokok, yaitu asas kerukunan, asas kepatutan dan asas keselarasan. Ketiga asas ini dapat diterapkan dimana dan kapan saja terhadap berbagai masalah yang ada di dalam Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa Hukum Waris Adat mengatur proses penerusan dan peralihan harta, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dari pewaris pada waktu masih hidup atau setelah meninggal dunia kepada ahli warisnya. 11 Ter Haar, Lo Cit. hal. 202 12 Soerojo Wignjodipoero, Op Cit hal. 161 13 Bushar Muhammad, “Pokok-pokok Hukum Adat”, Jakarta, Pradnya Paramita, 1981, hal. 35. masyarakat, asal saja dikaitkan dengan desa tempat, kala waktu dan patra keadaan. Dengan menggunakan dan mengolah asas kerukunan, kepatutan dan keselarasan dikaitkan dengan waktu, tempat dan keadaan, diharapkan semua masalah akan dapat diselesaikan dengan baik dan tuntas. Dengan pengertian HukumWaris Adat yang telah disebutkan di atas, maka dapatlah dikemukakan bahwa Hukum Waris Adat itu mengandung beberapa unsur yaitu : 15 a. Hukum Waris Adat adalah merupakan aturan hukum. Aturan hukum b. tersebut mengandung proses penerusan harta warisan. c. Harta warisan yang diperoleh atau diteruskan dapat berupa harta benda yang berwujud dan yang tak berwujud. Penerusan atau pengoperan harta warisan ini berlangsung antara satu generasi atau pewaris kepada generasi berikutnya atau ahli waris.

B. Pengertian dan Macam-Macam Harta Warisan