juga belum diketahui berapa besar biaya dalam pengolahan buah asam gelugur. Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian dengan kasus pengolahan
di daerah Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.
1.2. Identifikasi Masalah
Seperti yang telah disinggung dalam latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pengolahan buah asam gelugur sejak buah dipanen ?
2. Berapa besar biaya pengolahan buah asam gelugur mulai dari buah diolah
sampai siap dipasarkan ? 3.
Berapa besar nilai tambah dan margin yang terjadi pada pengolahan buah asam gelugur ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses pengolahan buah asam gelugur sejak buah
dipanen, sampai dikeringkan dan dijual. 2. Untuk mengetahui besar biaya pengolahan buah asam gelugur mulai dari
buah diolah sampai siap dipasarkan. 3. Untuk mengetahui besar nilai tambah dan margin yang terjadi pada
pengolahan buah asam gelugur.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dan pengolah buah asam gelugur dalam pengembangan usahanya.
2. Sebagai informasi bagi pengambil keputusan dan kebijaksanaan yang
terkait dalam pengembangan potensi asam gelugur. 3.
Sebagai bahan bagi peneliti lanjutan dalam pengolahan buah asam gelugur
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Asam gelugur Garcinia atroviridis Griff berasal dari kawasan Asia yaitu semenanjung Malaysia, Thailand, Myanmar dan India Verheij dan Coronel,
1997. Tahun masuknya asam gelugur ini ke IndonesiaSumatera Utara tidak diketahui dengan jelas, dan tanaman ini buat pertama ditemukan pada areal hutas.
Sistematika tumbuhan ini adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae Ordo
: Guttiferales Family
: Guttiferae Genus
: Garcinia Species
: Garcinia atroviridis Griff. Rheini, 2000
Pohon asam gelugur ini banyak ditemukan di dataran rendah atau dibawah 600 meter dari mukalaut. Tanaman ini hanya terdapat di areal hutan, namun
sekarang ini sudah mulai dibudidayakan Rheini, 2000. Tinggi pohonnya dapat mencapai 20 meter, diameter batang mencapai 0,5 meter. Pohonnya bercabang-
cabang, pada cabang tumbuh anak cabang dan selanjutnya ranting. Kulit kayunya licin, berwarna kelabu pucat, mempunyai getah berwarna bening. Daunnya
berbentuk lonjong sempit, berukuran 20- 30 cm x 6-8 cm, berwarna hijau tua, daun pucuk ada berwarna merah dan hijau muda, mendaging, berkilap, tulang
tengahnya menonjol ke sebelah bawah lembaran daun, peruratan bergelombang, berwarna agak gelap. Tangkai daun mencapai 2,5 cm. Verheij dan Coronel,
Universitas Sumatera Utara
1997. Pohon gelugur terbagi dua menurut bunganya, yang berbunga jantan dan pohon yang berbunga betina. Pohon berbunga jantan tidak menghasilkan buah,
yang berbunga betina menghasilkan buah. Bunga jantan terdiri dari beberapa kuntum yang bersatu di ujung ranting, sedangkan bunga betinanya menyendiri
dan ini nantinya menjadi buah. Buahnya berbentuk bulat, berdiameter 7-10 cm, beralur 10-12, arahnya dari atas ke bawah. Buah ini ada yang berbiji dan ada buah
yang tidak berbiji. Biji hanya 2-4 biji per buah, bentuk memipih, panjang 1,5 cm, dibungkus oleh placenta lapisan biji yang keras dan kuat Kelin Tarigan, 2006.
Dalam pengolahan buah asam gelugur yaitu dalam pemotongan buah harus digunakan garam murni. Garam murni yang dimaksud adalah garam yang
sedikit sekali mengandung elemen yang dapat menimbulkan kerusakan seperti yang sering ditemui pada garam rakyat. Asam potong yang diolah dengan garam
murni memiliki hasil potongan berwarna ke kuning-kuningan yang lunak Alfrianto, E dan Liviawaty, E, 1991.
Selain dengan menggunakan dengan garam murni, agar diperoleh hasil yang baik juga harus diperhatikan perawatan terutama kebersihan, perbaikan unit
pengolahan. Semua peralatan serta perlengkapan membantu yang dipergunakan dalam operasi pengolahan selalu bersih. Dengan demikian, unit pengolahan
beserta peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan dapat terhindar dari kontaminasi bakteri yang dapat merusak mutu produk yang diolah
Santoso, 1998. Jika usaha pengolahan telah menghasilkan nilai tambah yang baik dan
telah berhasil menarik perhatian pembeli, maka mutu produk perlu diperhatikan dengan lebih seksama. Mutu dapat diartikan sebagai tingkat kepuasan konsumen
Universitas Sumatera Utara
terhadap suatu produk yang dihasilkan produsen. Semakin tinggi tingkat kepuasan maka semakin tinggi harga yang dapat ditawarkan produsen, semakin rendah
tingkat kepuasan maka semakin rendah harga yang ditawarkan konsumen Suparno, 1992.
2.2. Landasan Teori