Telah diuji pada Tanggal
: 31 Juli 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS
Anggota : 1. Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH, M.Hum
2. Prof.Dr.Budiman Ginting, SH, M.Hum 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
4. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
ABSTRAK
Pada akhir-akhir ini pengurusan Badan Usaha Milik Negara BUMN banyak mendapat sorotan dari publik karena dinilai tidak profesional, tidak efisien, dan tidak
transparan sehingga menambah beban biaya yang dikeluarkan oleh negarapemerintah untuk mempertahankan keberadaannya. Penilaian publik atas
kinerja direksi, menimbulkan pertanyaan apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan yang menyebabkan tidak efisien dan tidak optimalnya kinerja direksi
dalam pengurusan BUMN. Bagaimana kedudukan, peran, dan tanggung jawab hukum direksi dalam pengurusan BUMN? Bagaimana penerapan prinsip business
judgement rule sebagai wujud perlindungan direksi dalam pengurusan BUMN?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan perundang- undangan dikarenakan bersifat deskriptif dengan jenis penelitian yuridis normatif.
Bahan penelitian yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan
melalui penelitian kepustakaan dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen yang kemudian data yang telah dikumpulkan lalu dikelompokkan
menurut permasalahan dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif sehingga dapat ditarik kesimpulan dengan menggunakan logika berfikir deduktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapatlah diketahui bahwa ternyata tidak ada pengaturan yang tegas dalam Undang-Undang BUMN menyangkut kedudukan dan
peran dari direksi dalam pengurusan BUMN. Dalam undang-undang tersebut hanya menguraikan mengenai tugas dan kewajiban dari direksi yang nantinya menimbulkan
tanggung jawab hukum yang tidak hanya dari segi hukum perdata tetapi juga dari segi hukum pidana apabila terbukti bahwa direksi melakukan perbuatan menyimpang dari
kewajiban hukumnya dalam melakukan pengurusan perseroan yang merugikan perseroan. Akan tetapi direksi juga dapat melakukan pembelaan terhadap dirinya
melalui prinsip business judgement rule apabila dapat membuktikan bahwa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya tidak menyimpang dari undang-undang dan
anggaran dasar perusahaan serta dilaksanakan berdasarkan itikad baik dan jujur sehingga timbulnya kerugian pada perusahaan bukan diakibatkan karena kesalahan
maupun kelalaian yang ditimbulkan dari diri direksi itu sendiri.
Kata Kunci: Tanggung Jawab, Direksi, Pengurusan BUMN
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
ABSTRACT
In this time, the managements of State Owned Company BUMN become the focuses of public attentions, because of they are not professional, efficient, and
transparent in thought, so that, they burden the government with many great expenses in defending their existences. The evaluations of public for the works of directors
make some questions about what things are really which become the roots of problems that cause the works of directors are not efficient and optimal in managing
the BUMNs. How are the positions, roles and responsibilities of directors based on the law in managing them? How are the applications of the principles of business
judgement rules as the existences of protections for the directors in managing BUMNs.
This research is done by using the method of approaching the law, because it is descriptive with the type of normative jurisdiction. The research materials which
are used consist of primary law, secondary law, and tertiary law ones. The technique of collecting data is library research by studying the documents, classifying the
problems, analyzing them qualitatively, and taking the conclusions by using the logical thinking deductively.
Based on the research result, it can be informed that there is no strictly rule in the regulations of BUMN which refer to the positions, roles and responsibilities of
directors in managing the BUMNs. The regulation only explain about the duties and obligations which lead to the law responsibilities of directors either based on civil or
criminal law whether they are proved to do the deviations from the standard rules in handling the business which can make the companies suffer the losses. On the other
hand, the directors can also make the protections towards themselves based on business judgement rules by proving that in doing their duties and obligations, the
directors don’t make the deviations from the regulations and statutes of companies, and every things done by directors are based on good and honest intention. So if the
companies suffer the losses, the losses are not caused of the carelessness and faults from directors themselves.
Keywords: Responsibilities, Directors, Managing of State Owned Company
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia
Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan tesis ini guna memenuhi salah satu syarat akademik dalam
menyelesaikan program studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH., Sp.AK, selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister
Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 2.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menjadi mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 3.
Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., selaku Ketua Program
Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus penguji yang telah memberikan dukungan, semangat, dan masukan
kepada penulis;
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum., selaku Sekretaris
Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis;
5. Bapak Prof. Dr. H. Tan Kamello, SH., MS., selaku ketua komisi pembimbing
yang dengan penuh perhatian memberi dorongan, bimbingan dan saran serta pinjaman textbook kepada penulis;
6. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. dan Bapak Prof. Dr. Budiman
Ginting, SH., M.Hum., selaku anggota komisi pembimbing yang selalu memberi
semangat, arahan serta kritik yang membangun kepada penulis; 7.
Seluruh Staf Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada
penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;
8. Seluruh Staf Pegawai Administrasi Ibu Fatima, Kak Sari, Kak Winda, Kak
Lisa, Kak Afni, Bang Izal, dan Bang Aldi Program Studi Magister Kenotariatan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, selaku para pihak yang selalu membantu selama penulis menyelesaikan urusan besar dan urusan kecil yang
berhubungan dengan perkuliahan. 9.
Papa H. Yuzelfi, SH. dan Mama Hj. Hidayati, selaku orang tua terbaik yang
selalu sabar, tulus, ikhlas, dan tabah dalam segala hal dari dulu, sekarang, esok, dan seterusnya menjadi bagian terindah dalam hidup penulis;
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
10. Muhammad Rizqi, SE., selaku adik tunggal yang selalu mengingatkan pada
penulis bahwa tua itu pasti tapi dewasa itu pilihan; 11.
M.S. Feroni Putra, SH. lelakiqu, selaku penggemar rahasia dan penjaga hati
yang melengkapi hari-hari penulis dengan hal-hal indah selama menjadi bagian hidup penulis;
12. Ibrahim Mangara Laut Batubara, selaku teman terbaik yang terus mengingatkan
penulis untuk terus mengejar mimpi, impian, dan cita-cita; 13.
Mirvan Samekto, SH., M.Kn, selaku teman terbaik yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini;
14. Eva Sartika Siregar, SH., selaku teman seperjuangan yang selalu bersama dari
awal hingga akhir dalam penulisan tesis ini; 15.
Juni Surbakti, Juliana Citra, Swary Natalia Tarigan dan Eva Sartika Siregar, selaku Komisi Pembanding Kolokium dan Seminar Hasil yang telah bekerja sama
dengan penulis demi penyempurnaan penulisan tesis ini; 16.
Rekan seprofesi yang tergabung dalam Kwartet Ganas Emma Titin Purba, Swary Natalia Tarigan dan Melisa Batubara, selaku teman satu profesi selama penulis
berjuang mencari penghidupan yang layak; 17.
Rekan-rekan sejawat Bang Edi, Bang Agam, Pak Syukri, Bang Umri, Bang Amir, Bang Mek, Bang Bangun, Kak Nina, Kak Izmi, Kak Myrna, Mbak Ayu,
Kak Neva, Kak Lenny, Kak Ana, Kak Eri, Melda, Afni, Mimi, dan Intan, terima kasih pernah menjadi bagian terbaik dalam hidup penulis selama penulis
menyelesaikan studi sejak dulu, sekarang, dan selamanya;
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
18. Rekan-rekan satu angkatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan moral maupun material kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini;
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun substansi yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan penulisan tesis ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan juga bagi pembaca pada umumnya.
Medan, Juli 2009 Penulis,
Dina Khairunnisa
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
RIWAYAT HIDUP I.
DATA PRIBADI
Nama :
Dina Khairunnisa
TempatTanggal Lahir : Medan10 Juni 1983
Alamat : Jl. T. Cikditiro No. 8-C Medan
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
II. DATA ORANG TUA
Nama Ayah : H. Yuzelfi, SH
Nama Ibu : Hj. Hidayati
III. PEKERJAAN
Wiraswasta
IV. PENDIDIKAN
1. SD
: SD Swasta Kemala Bhayangkari I, Medan Tamat Tahun 1995
2. SLTP
: SLTP
Negeri I,
Medan Tamat Tahun 1998
3. SMU : SMU Swasta Kartika I-1, Medan
Tamat Tahun 2001 4.
S-1 : Fakultas Hukum UISU, Medan
Tamat Tahun 2006 5.
S-2 : Program Studi Magister Hukum Bisnis UMA, Medan
Tamat Tahun 2008 6.
S-2 : Program Studi Magister Kenotariatan USU, Medan
Tamat Tahun 2009
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK ………………………………………………………………….. i ABSTRACT ………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iii RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... viii BAB I
PENDAHULUAN ................................................................... 1 A.
Latar Belakang …………………………………………… 1 B.
Perumusan Masalah ……………………………………… 11 C.
Tujuan Penelitian ………………………………………… 12 D.
Manfaat Penelitian ……………………………………….. 12 E.
Keaslian Penelitian ……………………………………….. 13 F.
Kerangka Teori dan Konsepsi ……………………………. 14 1.
Kerangka Teori ……………………………………….. 14 2.
Konsepsi ……………………………………………… 21 G.
Metode Penelitian ………………………………………… 22 1.
Spesifikasi Penelitian ………………………………… 22 2.
Bahan Penelitian ……………………………………… 23 3.
Teknik Pengumpulan Data …………………………… 24 4.
Alat Pengumpulan Data ………………………………. 24 5.
Analisis Data ………………………………………….. 24
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
BAB II KEDUDUKAN DAN PERAN DIREKSI DALAM
PENGURUSAN BUMN …………………………………….. 26 A.
Kedudukan dan Peran Direksi Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas ………………………………………… 26
B. Kedudukan dan Peran Direksi Menurut Undang-Undang
BUMN ……………………………………………………. 35
C. BUMN Persero …………………………………………… 35
1. Pengertian dan Peran BUMN Persero ………………... 34
2. BUMN Persero Merupakan Perseroan Terbatas ……… 39
3. Organ BUMN Persero ……………………………….... 40
D. Kekayaan Negara dan Modal Persero …………………….. 42
1. Pengertian Kekayaan Negara …………………………. 42
2. Pengertian Keuangan Negara …………………………. 45
3. Penyertaan Modal Negara Pada BUMN Persero ……… 52
4. Pemisahan Kekayaan Negara Pada BUMN Persero
…….
56
BAB III TANGGUNG JAWAB HUKUM DIREKSI DALAM
PENGURUSAN BUMN …………………………………….. 68 A.
Tanggung Jawab Perdata ………………………………….. 68 1.
Pengertian Tanggung Jawab Perdata ………………….. 80 2.
Prinsip Tanggung Jawab Perdata ……………………… 85 B.
Tanggung Jawab Pidana …………………………………… 97 1.
Pengertian Tanggung Jawab Pidana …………………… 97 2.
Unsur Tanggung Jawab Pidana ………………………… 113
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
BAB IV PENERAPAN PRINSIP BUSINESS JUDGEMENT
RULE SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN TERHADAP DIREKSI DALAM PENGURUSAN BUMN … 121
A.
Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Business Judgement Rule …………………………………………………………. 121
B. Studi Kasus Bank Mandiri ………………………………….. 129
1. Abstraksi Kasus …………………………………………. 129
2. Analisis Kasus
…………………………………………… 132 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 145 A.
Kesimpulan ………………………………………………….. 145 B.
Saran ………………………………………………………… 146
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 148
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara BUMN merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi dan
mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
1
Pada negara berkembang seperti Indonesia memiliki beberapa alasan untuk mengadakan BUMN, diantaranya adalah untuk menyeimbangkan atau menggantikan
posisi swasta yang lemah. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan rasio investasi, alih teknologi, meningkatkan sektor ketenagakerjaan, dan memproduksi barang-
barang dengan harga terjangkau.
2
Akan tetapi masih banyak BUMN yang secara ekonomi tidak berjalan efisien. Kondisi yang seperti ini menyebabkan besar
kemungkinan bahwa BUMN akan menjadi penyebab persoalan besarnya beban yang ditanggung langsung oleh negara dalam upaya mempertahankan pengelolaannya.
3
Untuk mengoptimalkan peran BUMN, pengurusan dan pengawasannya harus dilakukan secara profesional.
4
1
Konsideran butir a dan b Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70.
2
Bismar Nasution, “Privatisasi: Menjual Atau Menyehatkan”, Jurnal Hukum, Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana, Volume 01, Nomor 01, 2005, halaman 20.
3
Ibid.
4
Konsideran butir c Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Pada saat sekarang ini permasalahan yang menyangkut BUMN khususnya yang berbentuk Perseroan Terbatas Persero banyak mendapat sorotan dan perhatian
publik baik dari para ahli hukum, lembaga swadaya masyarakat maupun dari aparat penegak hukum. Fenomena ini muncul sejak bergulirnya reformasi tahun 1998 yang
menuntut dilaksanakannya perubahan secara total dalam segenap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial.
Pengaturan tentang Perseroan Terbatas PT sebagai suatu badan hukum telah ada dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang
selanjutnya disebut UUPT. Di dalam UUPT tersebut terdapat ketentuan mengenai tanggung jawab direksi atas pengurusan perseroan. Hal ini dapat dilihat dalam
ketentuan Pasal 92 ayat 1 UUPT yang menyatakan bahwa direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan.
5
Disebutkan juga dalam ketentuan Pasal 98 ayat 1 UUPT yang menyatakan bahwa direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
6
Tanggung jawab pengurusan ini mengandung makna bahwa direksi ditugaskan dan berwenang untuk mengatur atau mengelola kegiatan-kegiatan
perseroan terbatas; mengurus kekayaan perseroan terbatas; dan mewakili perseroan terbatas di dalam dan di luar pengadilan.
5
Pasal 92 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
6
Pasal 98 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut UU BUMN menyatakan bahwa maksud dan tujuan
pendirian BUMN adalah: a.
Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
b. Mengejar keuntungan.
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. d.
Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
7
Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa tujuan didirikannya BUMN diarahkan untuk mencapai dua tujuan sekaligus, yaitu tujuan komersial dan sosial. Komersial
karena dituntut untuk dapat mengejar keuntungan, dan sosial karena dituntut juga mengemban misi sosial, yaitu memberikan bimbingan dan bantuan kepada ekonomi
lemah, koperasi dan masyarakat. Selanjutnya di dalam Pasal 3 UU BUMN dinyatakan bahwa terhadap BUMN
berlaku undang-undang ini, anggaran dasar dan ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.
8
Dalam penjelasan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan lainnya adalah ketentuan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 termasuk perubahannya jika ada peraturan pelaksanaannya serta peraturan perundang-undangan sektoral yang mengatur bidang usaha BUMN dan
swasta yang dikeluarkan oleh departemenlembaga non departemen.
7
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN.
8
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Pengaturan mengenai pengurusan BUMN diatur dalam UU BUMN yang menyatakan bahwa:
1. Pengurusan BUMN dilakukan oleh direksi.
2. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan
tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan. 3.
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-
prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran.
9
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU BUMN disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
10
Hal ini lebih dipertegas lagi dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Negara. Pasal 1 angka 2 UU BUMN yang menyatakan bahwa Perusahaan Perseroan untuk selanjutnya disebut Persero adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
11
Dengan demikian secara sederhana dan ringkas dapat diartikan bahwa BUMN adalah suatu badan usaha yang
melakukan kegiatan usaha yang modalnya paling sedikit 51 lima puluh satu
9
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN.
10
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN.
11
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
persen dimiliki oleh negara. Selanjutnya Pasal 2 menyatakan bahwa pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran persero dilakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang perseroan terbatas. Artinya bahwa terhadap persero berlaku prinsip-prinsip perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam UUPT.
Pasal 11 UU BUMN menyatakan bahwa terhadap persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Di satu sisi menurut ketentuan Pasal 92 ayat 1 UUPT tanggung jawab direksi perseroan adalah melakukan pengurusan perseroan berdasarkan prinsip-
prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas, dan di sisi lain untuk direksi BUMN berlaku ketentuan Pasal 5 UU BUMN yang menyatakan “1 Pengurusan BUMN
dilakukan oleh direksi; 2 direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan; 3 Dalam melaksanakan tugasnya, anggota
direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban serta kewajaran”. Ketentuan dalam kedua undang-undang tersebut pada prinsipnya tidak berbeda. Hanya dalam hal misi,
maksud dan tujuan serta ditegaskannya pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 5 ayat 3 UU BUMN tersebut kepada direksi yang berbeda antara perseroan terbatas swasta dengan BUMN.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Namun yang menjadi pemikiran adalah bahwa berdasarkan prinsip yang berlaku pada perseroan terbatas pada umumnya bahwa suatu perseroan terbatas
sebagai badan hukum yang mandiri memiliki harta kekayaan atau asset tersendiri yang terpisah dari harta kekayaan pribadi para pemegang sahamnya. Sehingga apabila
suatu perseroan mengalami atau menderita kerugian, para pemegang saham hanya bertanggung jawab terbatas hanya sebesar modal yang ditanamkan dalam perseroan
dan tidak sampai menyangkut harta pribadi. Sementara harta kekayaan BUMN Persero tidak jelas statusnya karena dimasukkan sebagai harta kekayaan negara atau
keuangan negara. Oleh karena itu dari sisi pengurusan dan pengelolaan perseroan khususnya mengenai pengelolaan asset ada perbedaan.
Fenomena akhir-akhir ini dapat dilihat dari munculnya berbagai kasus dan peristiwa terkait dengan BUMN khususnya mengenai pengurusan BUMN Persero
oleh direksi yang diduga banyak melakukan penyimpangan. Salah satu contoh kasus yaitu kasus korupsi yang menimpa Direktur Utama Bank Mandiri dan kawan-kawan
yang diajukan ke peradilan pidana korupsi dalam kasus kredit macet. Masih banyak pandangan yang negatif yang mengarah kepada pembentukan
opini tentang ketidakberesan maupun ketidakprofesionalan direksi dalam mengurus dan mengelola perseroan. Dengan perkataan lain banyak pihak-pihak yang
mengkritisi pengurusan dan pengelolaan BUMN tanpa didasari pemahaman yang komprehensif sampai sejauhmana kedudukan, peranan dan tanggung jawab direksi
dalam pengurusan BUMN dan mengapa kinerja beberapa BUMN tidak seperti yang diharapkan.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan wajib tunduk dan mematuhi ketentuan yang diatur dalam undang-undang berikut peraturan pelaksanaannya dan
anggaran dasar perseroan itu sendiri. Dalam hal direksi melakukan penyimpangan atas ketentuan dimaksud, komisaris dapat mengusulkan pemberhentian anggota
direksi kepada Rapat Umum Pemegang Saham RUPS serta melaporkan kepada aparat penegak hukum apabila ternyata ditemukan penyimpangan yang dilakukan
oleh direksi. Mengenai hal ini telah diatur dengan jelas dalam Pasal 23 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa anggota
direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan bedasarkan RUPS apabila berdasarkan kenyataan, anggota direksi yang bersangkutan:
a. tidak dapat memenuhi kewajibannya yang telah disepakati dalam kontrak
manajemen; b.
tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik; c.
tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan danatau ketentuan anggaran dasar;
d. terlibat dalam tindakan yang merugikan BUMN danatau negara;
e. dinyatakan bersalah dalam putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap; f.
mengundurkan diri.
12
Tidak jarang terjadi bahwa walaupun komisaris, Badan Pemeriksa Keuangan BPK atau akuntan publik tidak menemukan adanya penyimpangan yang merugikan
keuangan negara atau perseroan dan laporan pertanggung jawaban direksi telah diterima oleh RUPS tidak menjadi jaminan bagi direksi untuk tidak diperiksa oleh
aparat penegak hukum. Alasan pemeriksaan sering didasarkan hanya pada adanya
12
Pasal 23 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
laporan dan pengaduan masyarakat. Tindakan ini tidak logis dari segi analisis yuridis, karena secara yuridis apabila pertanggung jawaban direksi telah diterima dan
disetujui oleh RUPS selaku pihak yang paling berkepentingan melindungi perseroan dari kerugian yang diakibatkan direksi atau selaku pemegang kekuasaan tertinggi
dalam perseroan maka pihak lain instansilembaga pemerintah atau pihak manapun tidak berwenang untuk mencampurinya.
Hal ini timbul sebagai akibat kurangnya pemahaman hukum perusahaan dan adanya disharmonisasi antara hukum perusahaan dengan hukum keuangan negara.
Sehingga aparat penegak hukum selalu mengedepankan peraturan-peraturan atau hukum publik sebagai suatu alat untuk menekan direksimanajemen atau pekerja
BUMN. Kesewenang-wenangan penyelenggara negara atau aparatur hukum telah menimbulkan rasa ketakutan kepada direksimanajemen atau pekerja BUMN.
Intervensi yang mengatasnamakan kepentingan publik atau masyarakat dijadikan dasar atau alasan untuk secara langsung masuk melakukan pemeriksaan terhadap
perangkat organisasi atau terhadap pekerja BUMN. Sehingga patut direnungkan kembali konsep hukum pembangunan dalam konteks perkembangan hukum yang
menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia. Perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan masyarakat termasuk kedalamnya lembaga-lembaga dan
proses-proses yang mewujudkan hukum itu ke dalam kenyataan.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Perangkat kaidah yang dikenal dengan norma-norma norms harus memenuhi asas lex certa, yaitu rumusan harus pasti certainty dan jelas concise serta tidak
membingungkan unambiguous.
13
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang BUMN yang juga mengakui prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan
terbatas ternyata tidak didukung dengan keberadaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara sehingga dapat dikatakan bahwa
disharmonisasi di antara peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengurusan dan pengelolaan kegiatan BUMN merupakan pemicu terjadinya situasi
dan kondisi yang tidak memungkinkan bagi direksi dapat mengurus dan mengelola kegiatan usaha BUMN secara optimal. Bahkan yang terlihat adalah kekhawatiran dan
ketakutan mengambil suatu keputusan atau kebijakan karena takut diperiksa aparat penegak hukum.
Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Pasal 2 huruf g yang berbunyi: Kekayaan negarakekayaan daerah yang
dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan negara yang
dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah.
14
13
Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, Bogor: Kencana, 2003, halaman 23-24.
14
Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Perseroan terbatas sebagai suatu badan hukum yang mandiri adalah suatu badan entity yang keberadaannya terjadi karena hukum atau undang-undang.
15
Suatu badan hukum legal entity lahir karena diciptakan undang-undang, karena badan ini diperlukan oleh masyarakat dan pemerintah. Badan hukum dianggap sama
dengan manusia yaitu sebagai manusia buatantiruan atau “artificial person”. Namun secara hukum dapat berfungsi sebagai manusia biasa natural person atau naturlijke
person, dia bisa menggugat atau digugat, bisa membuat keputusan dan bisa mempunyai hak dan kewajiban, utang-piutang, mempunyai harta kekayaan seperti
layaknya manusia biasa. Sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UU BUMN bahwa Organ Persero adalah RUPS, Direksi dan Komisaris.
16
Ketiga organ perusahaan tersebut, bersama-sama dengan pihak lainnya yang terlibat dengan perusahaan,
seperti pihak pekerja, kreditur, pemerintah dan masyarakat disebut sebagai pihak “stakeholders” dari perusahaan tersebut.
Ilmu hukum perusahaan mengajarkan bahwa diantara ketiga organ perusahaan tersebut, RUPS merupakan organ dengan kekuasaan tertinggi dalam suatu perseroan
terbatas. RUPS dapat melakukan tindakan berupa pemberhentian sementara atau tetap terhadap direksi perseroan apabila ditemukan bukti-bukti penyimpangan yang
merugikan perusahaan atau merugikan keuangan negara serta dapat melaporkan direksi kepada aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian atau kejaksaan
15
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Jakarta: Megapoint, 1996, halaman 6.
16
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
maupun kepada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK untuk diproses secara pidana. Di samping itu pemegang saham dengan hak suara minimal 10 sepuluh persen
dapat menggugat direksi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan atau tindakannya yang merugikan perseroan.
17
Mekanisme pertanggungjawaban direksi dalam pengurusan BUMN telah diatur dalam UU BUMN. Disamping ketentuan lain yang diatur dalam UUPT.
Pertanggungjawaban direksi tidak terbatas hanya pada pertanggungjawaban perdata namun apabila dapat dibuktikan adanya perbuatan pidana seperti penipuan fraud
maka direksi dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.
B. Perumusan Masalah
Untuk menemukan identifikasi masalah dalam penelitian ini maka perlu dipertanyakan apakah yang menjadi masalah dalam penelitian
18
yang akan dikaji lebih lanjut untuk menemukan suatu pemecahan masalah yang telah di identifikasi
tersebut. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kedudukan dan peran direksi dalam pengurusan BUMN.
2. Bagaimana tanggung jawab hukum direksi dalam pengurusan BUMN.
3. Bagaimana penerapan prinsip business judgement rule sebagai wujud
perlindungan terhadap direksi dalam pengurusan BUMN.
17
Pasal 97 ayat 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
18
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis, Jakarta: PPM, 2003, halaman 35.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tesis ini adalah:
1. Untuk mengetahui kedudukan dan peran direksi dalam pengurusan BUMN.
2. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum direksi dalam pengurusan BUMN.
3. Untuk mengetahui penerapan prinsip business judgement rule sebagai wujud
perlindungan terhadap direksi dalam pengurusan BUMN.
D. Manfaat Penelitian
Bertitik tolak dari tujuan penulisan yang didasarkan pada tujuan penelitian yaitu “… to discover answers to questions through the application of scientific
procedure. The procedures have been developed in order to increase the likehood that the information gathered will be relevant to the question asked and will be
reliable and unbiased”.
19
Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum khususnya hukum korporasi dan peran corporate
law system dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan
19
Calire Seltz et, al: 1977, dalam Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986, halaman 9.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
pranata hukum korporasi dalam penanggulangan praktik mismanagement dan perbuatan melawan hukum onrechtmatige daad khususnya di BUMN.
2. Secara Praktis
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan masukan kepada aparat penegak hukum dalam penerapan sistem peradilan pidana terhadap BUMN
khususnya dan korporasi umumnya dalam mengambil beberapa tindakan untuk menanggulangi perbuatan melawan hukum onrechtmatige daad sehingga
dapat mengantisipasi implikasi tindakan perbuatan melawan hukum di dalam tubuh BUMN. Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi
para pihak yang terkait dengan penanggulangan penyalahgunaan wewenang oleh direksipengurus dalam mengambil beberapa rangkaian
kebijakankeputusan oleh komisaris maupun RUPS.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa penelitian tentang “KEDUDUKAN, PERAN, DAN
TANGGUNG JAWAB HUKUM DIREKSI DALAM PENGURUSAN BUMN” belum pernah dilakukan, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang tanggung
jawab direksi namun jelas berbeda. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif, dan terbuka. Sehingga
penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan
perumusan masalah dalam penelitian ini.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Penerapan suatu sistem hukum rasional dalam sistem hukum korporasi tentunya memberikan dampak pada proses penegakan hukum pidana korporasi di
Indonesia terutama dalam kebijakan pemberlakuan hukum, seperti efektifitas UU BUMN yang walaupun pada hakekatnya memiliki muatan politis yang diinginkan
oleh pembentuk undang-undang dan masyarakat internasional hal ini sejalan dengan pendapat Antony Allott yang menyatakan bahwa pembuatan hukum yang kilat atau
tergesa-gesa akan dapat mengakibatkan hukum menjadi tidak efektif, yang pada gilirannya membuat apa yang diinginkan hukum itu tidak tercapai.
20
Sedangkan Soeryono Soekanto melihat efektifitas suatu kaedah hukum pada tatanan penegakan
hukum sebagai suatu proses yang pada hakekatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang secara ketat tidak diatur oleh kaedah
hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi dan pada hakekatnya diskresi berada di antara hukum dan moral etika dalam arti sempit, hal ini sebagaimana
pendapat Roscoe Pound.
21
Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum maka bekerjanya sistem hukum korporasi pada umumnya khususnya pidana korporasi menjadi prioritas utama dalam
bidang hukum ekonomi. Oleh sebab itu diperlukan keterpaduan antara sub sistem di
20
Antony Allott, The Efectivness of Law Vol.15, Valparaiso University Law Review, 1981, halaman 233.
21
Soeryono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, halaman 7.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
dalam corporate law system dengan criminal justice system guna menanggulangi kejahatan korporasi corporate crime di dalam tubuh BUMN.
Tujuan dari pembentukan UUPT adalah untuk mendukung perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, untuk mengatur
tentang perseroan terbatas yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif, untuk memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan, dan untuk menggantikan UUPT yang lama karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan
masyarakat.
22
Selanjutnya di dalam konsideran UU BUMN dinyatakan bahwa tujuan dibentuknya UU BUMN adalah untuk mengoptimalkan peran BUMN. Pengurusan
BUMN pada prinsipnya sama dengan perseroan terbatas lainnya perbedaannya hanya dari sisi permodalan. Optimalisasi peran BUMN dalam pembangunan nasional harus
didukung oleh suatu hukum yang rasional. Sehubungan dengan penegakan hukum korporasi ini, kiranya perlu
diperhatikan kembali pendapat yang dikemukakan Lawrence M. Friedman yang mengkaji dari sistem hukum legal system menyatakan bahwa ada tiga komponen
yang ikut menentukan berfungsinya suatu hukum dalam hal ini hukum korporasi, yaitu struktur hukum structure, substansi hukum substance, dan budaya hukum
legal culture. Dari ketiga komponen inilah kita dapat melakukan analisis terhadap bekerjanya hukum sebagai suatu sistem.
23
22
Konsideran Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
23
Lawrence M. Friedman, America Law An Introduction, terjemahan Wisnu Basuki, Jakarta: PT Tanusa, 1984, halaman 6-7.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Dari pendapat yang dikemukakan Lawrence M. Friedman ini terlihat bahwa unsur structure dari suatu sistem hukum mencakup berbagai institusi yang diciptakan
oleh sistem hukum tersebut dengan berbagai fungsinya dalam rangka bekerjanya sistem hukum tersebut. Salah satu diantara lembaga tersebut adalah pengadilan.
Sedangkan komponen substance mencakup segala apa saja yang merupakan hasil dari structure, di dalamnya termasuk norma-norma hukum baik yang berupa peraturan-
peraturan, keputusan-keputusan, maupun doktrin-doktrin. Lebih jauh Lawrence M. Friedman mengatakan bahwa apabila sedikit direnungkan maka sistem hukum itu
bukan hanya terdiri atas structure dan substance. Masih diperlukan adanya unsur ketiga untuk bekerjanya suatu sistem hukum yaitu budaya hukum.
Kerangka Teori dalam menelaah tanggung jawab direksi dalam pengurusan BUMN dalam tatanan legal substance dapat dilihat dari rumusan Mochtar
Kusumaatmadja, bahwa hukum adalah sarana pembangunan yaitu sebagai alat pembaharuan dan pembangunan masyarakat yang merupakan alat untuk memelihara
ketertiban dalam masyarakat. Mengingat fungsinya, sifat hukum pada dasarnya adalah konservatif. Artinya hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang
telah dicapai. Selain itu hukum harus dapat membantu proses perubahan pembangunan masyarakat tersebut.
24
24
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dan Pembangunan, Bandung: Alumni, 2002, halaman 13 dan 74.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
Sebagai pisau analisis dalam penelitian ini menggunakan teori pertanggungjawaban perdata dan pidana, yaitu tidak ada tanggung jawab tanpa ada
kesalahan sebagai grand teori dan teori Autonomous social field yang dikemukakan oleh Sally Falk Moore
25
sebagai middle teori untuk menjelaskan status aturan internal perseroan dalam sistem perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Menurut teori pertanggungjawaban perdata, tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Artinya tidak ada kewajiban mengganti kerugian tanpa ada kesalahan.
Menurut teori pertanggungjawaban pidana, “tidak ada pidana tanpa kesalahan”.
Pembebanan pertanggungjawaban perdata terhadap direksi harus merujuk kepada hukum perusahaan dan anggaran dasar perseroan itu sendiri. Artinya
sepanjang direksi perseroan telah melakukan tugas dan kewenangannya dengan segala kemampuan profesionalitasnya, kehati-hatian dan dengan itikad baik untuk
kepentingan perseroan sesuai maksud dan tujuan perseroan, maka direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk mengganti kerugian yang di derita perseroan.
Teori berikutnya yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ini adalah Theory Semi Autonomous Social Field yang dikemukakan oleh Sally Falk
Moore yang mengatakan bahwa “… merupakan suatu fakta bahwa bidang yang kecil
25
Sally Falk Moore, Hukum Dan Perubahan Sosial, Terjemahan Sulistyowati Irianto dkk., dalam T.O. Ihromi Ed, Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1993, halaman 150.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
dan untuk sebagian otonom itu dapat menghasilkan aturan-aturan dan adat kebiasaan serta simbol-simbol yang berasal dari dalam, tetapi dilain pihak bidang-bidang
tersebut juga rentan terhadap aturan-aturan dan keputusan-keputusan dan kekuatan- kekuatan yang berasal dari dunia luar yang mengelilinginya. Bidang sosial yang semi
otonom ini memiliki kapasitas untuk membuat aturan-aturan dan sarana untuk menyebabkan atau memaksa seseorang tunduk pada aturannya, tetapi sekaligus juga
berada dalam suatu kerangka acuan sosial yang lebih luas yang terdapat dan memang dalam kenyataannya mempengaruhi dan menguasainya, kadang-kadang karena
dorongan dari dalam, kadang-kadang karena kehendaknya sendiri.
26
Dengan menggunakan teori tersebut dapat dikemukakan bahwa BUMN sebagai bagian kecil dari komunitas sosial dapat membuat aturan-aturan sendiri atau
internal, kebiasaan-kebiasaan serta simbol-simbol dari dalam BUMN itu sendiri walaupun rentan terhadap keputusan-keputusan dan kekuatan-kekuatan yang berasal
dari lingkungan eksternal yang mengelilinginya. Aturan internal BUMN dapat memaksa seseorang pekerja tunduk kepadanya sekaligus juga menjadi acuan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan secara bisnis dengan BUMN. Pola pengelolaan BUMN dengan diberlakukannya UU BUMN diarahkan pada
pola profit center yang berbasis kinerja. Hal ini dapat dilihat dari maksud dan tujuan pendirian persero sebagaimana diatur dalam Pasal 12 UU BUMN tersebut yang
berbunyi sebagai berikut: a.
menyediakan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat; b.
mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan maksud dan tujuan pendirian perseroan tersebut maka direksi
bertanggung jawab penuh untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang
26
Ibid.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
menginginkan tersedianya barangjasa yang bermutu tinggi dengan harga yang kompetitif dan terjangkau sebagai statutory duty. Selain itu direksi juga dituntut
untuk menghasilkan keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan dan meningkatkan kontribusi dalam pendanaan pembangunan nasional.
Dalam era persaingan yang semakin tajam BUMN harus mampu berpacu untuk memenangkan persaingan agar BUMN dapat hidup, tumbuh dan berkembang
survival and growth. Tugas dan tanggung jawab ini merupakan suatu tantangan berat bagi direksi. Kriteria Perfomance Excellent menjadi suatu hal yang sangat
serius dan penting menjadi perhatian direksi. Untuk mengukur kinerja direksi digunakan Key Performance Indicator KPI
27
yang dapat menunjukkan apakah
27
Mengenai Key Performance Indicator KPI dimaksud dapat dilihat dalam keputusan Meneg. BUMN Nomor: Kep-59MBU2004, tanggal 15 Juni 2004 Tentang Kontrak Manajemen Calon
Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan konsideran: a. bahwa berdasarkan Pasal 16 ayat 3 dan Pasal 45 ayat 4 UU BUMN, calon anggota
direksi telah dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan wajib menandatangani kontrak manajemen sebelum ditetapkan pengangkatannya sebagai anggota direksi; b. bahwa dalam rangka penerapan
prinsip-prinsip GCG dan peningkatan kinerja perusahaan maka diperlukan komitmen yang jelas dari setiap calon anggota direksi yang akan menduduki jabatannya di perusahaan untuk memenuhi target-
target yang ditetapkan oleh RUPSMenteri, peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas, anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan lainnya. Adapun isi dari keputusan
Meneg. BUMN tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama: Calon anggota direksi BUMN yang telah dinyatakan lulus dari uji kelayakan dan kepatutan wajib menandatangani kontrak manajemen sebelum ditetapkan pengangkatannya sebagai
anggota direksi BUMN. Kedua: Konsep kontrak manajemen sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama adalah
sebagaimana terlampir. Ketiga: Apabila dipandang perlu, Deputi atas nama Menteri BUMN dapat menyesuaikan
indikator kinerja dan sasaran perusahaan sebagaimana terlampir untuk disesuaikan dengan usaha pokok core business masing-masing perusahaan.
Keempat: Memberi kuasa kepada para Deputi di lingkungan kementerian BUMN untuk dan atas nama Pemegang SahamMenteri menandatangani kontrak manajemen sebagaimana dimaksud
dalam diktum pertama untuk masing-masing BUMN yang berada dibawah pembinaannya. Kelima: Keputusan ini mulai berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
sasaran dan target yang ditetapkan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari tingkat efisiensi yang dapat dicapai dan keuntungan yang berhasil diraih.
Berkenaan dengan pengurusan BUMN oleh direksi kiranya relevan dan tepat untuk mengemukakan pendapat yang dikemukakan oleh Adam Smith yang
mengatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk melindungi dari kerugian the end of justice is to secure from injury.
28
Ajaran Smith itu menjadi dasar hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara hukum dan ekonomi. Smith mengatakan pula bahwa antara ekonomi dan politik
mempunyai hubungan yang erat, yang pada gilirannya dikenal dengan istilah ekonomi-politik political economy. Salah satu tujuan ekonomi politik menurut
Smith adalah menyediakan sejumlah daya bagi negara atau pemerintah agar mampu menjalankan berbagai tugas dan fungsinya dengan baik, dimana ekonomi politik
berusaha untuk merumuskan bagaimana untuk memakmurkan rakyat dan pemerintah sekaligus.
29
Sayangnya, pentingnya hukum dalam pembangunan kurang direspon oleh berbagai negara berkembang, dan menurut pengamatan Gunnar Myrdal 34 tahun lalu,
negara-negara sedang berkembang cenderung memodernisasikan masyarakat dengan
28
A. Sonny Keraf, Pasar Bebas Keadilan Dan Peran Pemerintah, Jakarta: Kanisius, 1996, halaman 5.
29
Ibid.
Dina Khairunnisa : Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN, 2009
segera, tetapi landasan yang dipakainya adalah perundang-undangan yang main sikat sweeping legislation.
30
2. Konsepsi