5. 5. Penyusutan Shrinkage 5. 6. Konduktivitas Termal Thermal Conductivity

3. Kemudian tempatkan sampel tepat berada di tengah pada posisi pemberian gaya lihat gambar, dan arahkan switch ONOFF ke arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4 mmmenit. 4. Apabila sampel telah patah, arahkan switch kearah OF maka motor penggerak akan berhenti. Kemudian catat besarnya gaya yang ditampilkan pada panel display, saat beton ringan berpori tersebut patah. Dengan menggunakan persamaan 2. 4 maka nilai kuat patah dari beton berpori dapat ditentukan.

3. 5. 5. Penyusutan Shrinkage

Pengukuran penyusutan shrinkage dari beton ringan berpori dilakukan berdasarkan perubahan dimensi, sesuai dengan persamaan 5 K. Ramamurthyand N. Narayanan, 2000, dan ASTMC-1386-98. Mula-mula ukur panjang sampel yang baru dikeluarkan dari cetakan, disebut panjang awal Lo. Setelah sampel mengalami proses pengeringan atau pengerasan ageing untuk masing-masing waktu pengeringan selama 7, 14, 21 dan 28 hari, kemudian diukur panjangnya, disebut sebagai panjang akhir, Lt. Dengan menggunakan formula pada persamaan 2. 5, maka nilai penyusutan dapat dicari. Dengan cara yang sama dapat dilakukan untuk beton ringan berpori yang dikeringkan secara cepat menggunakan autoclave bertekanan 1,5 bar, dimana variasi waktunya adalah 20, 40 dan 60 menit. Suarni Nasution : Efek Komposisi Dan Aging Terhadap Sifat Mekanik Dan Fisis Pada Pembuatan Aerated Concrete Beton Berpori, 2009 USU Repository © 2008

3. 5. 6. Konduktivitas Termal Thermal Conductivity

Untuk menentukan besarnya konduktivitas termal dari beton ringan berpori yang telah dibuat, maka perlu dilakukan pengujian yang mengacu pada standar ASTM C 177 –1997. Metoda yang digunakan untuk menguji konduktivitas termal dari beton ringan berpori adalah metoda Lees, seperti diperlihatkan pada gambar 3. 6. Pengukuran ini bertujuan untuk memahami peristiwa perpindahan panas melalui konduksi, sehingga dengan mengetahui besarnya konduktivitas termal dari suatu bahan maka dapat diperkirakan aplikasi material tersebut selanjutnya. Prosedur pengujian konduktivitas termal dari beton ringan berpori adalah sebagai berikut: 1. Sampel beton ringan berpori dibuat berbentuk selinder koin dengan diameter 10 cm, dan tebal 5 mm, untuk memastikan dimensinya gunakan mikrometer dan jangka sorong dan diukur dimensinya minimal tiga kali pengulangan. 2. Timbang pelat alas kuningan, C dan catat massanya m, kemudian gantungkan dengan tali penggantung, X pada statip penggantung. 3. Letakkan benda uji, B beton ringan berpori di atas pelat alas tersebut, dan olesin permukaan benda uji tersebut dengan bahan pelumas agar kontak panasnya menjadi lebih baik 4. Ketel uap, S diletakkan diatas benda uji dan hubungkan dengan ketel air panas dengan menggunakan selang. Suarni Nasution : Efek Komposisi Dan Aging Terhadap Sifat Mekanik Dan Fisis Pada Pembuatan Aerated Concrete Beton Berpori, 2009 USU Repository © 2008 5. Masuk kan termometer T 1 pada lubang ketel uap dan termometer T 2 pada pelat alas kuningan. 6. Catat kenaikan temperatur T 1 dan T 2 setiap dua menit sampai kondisi kesetimbangan stady state tercapai. Keadaan setimbang dinyatakan apabila kenaikan temperatur ± 0,1 o C selama 10 menit. 7. Apabila T 1 dan T 2 sudah mencapai setimbang angkat ketel uap dan panaskan pelat alas beserta benda uji dengan alat pemanas, hingga temperatur T 2 naik sekitar 10 o C. 8. Setelah temperaturnya tercapai, matikan alat pemanas dan catat penurunan temperatur T 2 untuk setiap dua menit, sehingga selisih suhunya mencapai sekitar 20 o C. Kemudian buat kurva kenaikan temperatur sewaktu pemanasan dan penurunan temperatur sewaktu pendinginan masing- masing terhadap waktu. Dengan menggunakan persamaan 2. 6 maka nilai konduktivitas termal dari beton ringan berpori dapat ditentukan.

3. 5. 7. Daya Redam Suara