Fiedler sebagaimana dikutip Robbins 2005: 170, mengasumsikan bahwa gaya kepemimpinan seorang individu tetap, yaitu relationship-oriented
atau task-oriented. Asumsi ini penting, karena bila suatu keadaan memerlukan seorang pemimpin berorientasi kerja task-oriented dan yang dalam jabatan
kepemimpinan tersebut merupakan orang yang berorientasi hubungan relationship-oreinted, jika ingin mencapai efektivitas yang optimum, maka
keadaan harus diperbaiki atau pemimpin yang harus diganti. Fiedler menyatakan bahwa gaya kepemimpinan itu sudah bawaan lahir seseorang.
Seseorang tidak bisa mengubah gayanya agar cocok dengan keadaan yang berubah.
Setelah gaya kepemimpinan seseorang dinilai, perlu untuk menyesuaikan pimpinan dengan situasi. Tiga faktor kondisi atau dimensi kontijensi yang
dikenalkan oleh Fiedler ditetapkan sebagai berikut Robbins, 2005: 170:
1. Hubungan pemimpin-anggota: Tingkat keyakinan, kepercayaan, dan
penghargaan bawahan terhadap pemimpin mereka. 2.
Struktur tugas: Tingkatan pada tugas-tugas kerja bawahan terstruktur atau tidak terstruktur.
3. Wewenang jabatan: Tingkat pengaruh seorang pemimpin terletak pada
variasi wewenang seperti mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan menaikkan gaji.
Menurut Gillies 1989: 437, menurut teori situasi, kepemimpinan sebaiknya berganti dari satu orang ke orang lain, dan pemimpin yang ditunjuk
tersebut sebaiknya berganti dari satu gaya ke lain gaya seiring dengan terjadinya perubahan dalam situasi kerja. Walaupun tidak ada seorangpun
memasang ciri dan tidak ada gaya seorang pemimpin yang efektif dalam semua
situasi, namun ada panduan untuk menyesuaikan kegiatan kepemimpinan terhadap karakteristik situasional.
2.3. Komunikasi
Menurut Everett M. Rogers sebagaimana dikutip Cangara 2006: 19, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung, mandiri dan saling terkait
dengan orang lain di lingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat mencapai hubungan yang dekat dengan orang lain di lingkungannya adalah komunikasi, baik
melalui bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan non
verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih Mulyana, 2004: 3. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
penunjukan atau penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu Pace dan Faules, 2005: 31.
Tidak ada kelompok yang dapat bertahan tanpa komunikasi, yaitu pemindahan maksud antara anggota-anggotanya. Informasi dan ide-ide dapat
disampaikan melalui penyampaian arti dari satu orang kepada orang lain. Komunikasi
bagaimanapun adalah lebih dari sekedar menyampaikan arti. Komunikasi juga harus dapat dipahami, oleh karenanya komunikasi harus menyertakan keduanya, yaitu
penyampaian dan pemahaman dari sebuah arti. Menurut Robbins 2002:145, komunikasi berfungsi untuk mengendalikan
perilaku anggotanya dalam beberapa cara. Organisasi mempunyai otoritas hierarkis dan pedoman resmi dimana anggota-anggotanya diwajibkan untuk mematuhinya.
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya,
dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar.
Menurut Luthans 2006:369, komunikasi adalah salah satu dinamika yang paling sering dikupas dalam seluruh bidang perilaku organisasi tetapi jarang dipahami
sepenuhnya. Dalam prakteknya komunikasi yang efektif merupakan prasyarat dasar untuk mencapai struktur organisasi dan manajemen sumber daya manusia.
Model komunikasi Jhon Middleton dalam Suranto, 2005:21 melibatkan empat komponen komunikasi meliputi : komunikator, pesan, komunikan dan umpan
balik.
Gambar 2.3 : Model Komunikasi Middleton
Middleton menjelaskan bahwa proses komunikasi bersifat timbal balik, berawal dari seorang sumber informasi komunikator yang menciptakan dan
mengirimkan pesan kepada penerima atau komunikan. Selanjutnya komunikan memberi tanggapan, respon, umpan balik, atau feedback kepada komunikator.
Dalam pelaksanaan tugas sebagai pimpinan tidak jarang menemui kesulitan bagaimana cara menyampaikan gagasan, pengarahan, atau perintah sehingga dapat
dimengerti, diterima dan dilaksanakan oleh bawahan. Ketidakberesan, ketidakmampuan atau ketidaklancaran pemimpin dalam berkomunikasi dengan
bawahannya menjadi petunjuk bahwa kemampuan pemimpin dalam berkomunikasi kurang baik. Menurut Hunsaker dan Alessandra 2005:5, penampilan diri memegang
Umpan Balik Sumber
Penerima Pesan
peranan penting dalam pergaulan dan hubungan kita dengan orang lain, baik secara positif maupun negatif.
Penampilan diri yang baik mempercepat perkembangan keakraban dan saling percaya dengan orang lain. Sebaliknya penampilan yang tidak baik akan menghambat
suasana hubungan pribadi dan komunikasi. Selain masalah penampilan, kemampuan berkomunikasi pemimpin juga dipengaruhi oleh kemampuannya dalam hal:
mendengarkan bawahan, bertanya kepada bawahan, nada suara dan gerak-gerik, serta memberi dan menerima umpan balik.
Kemampuan seorang pemimpin dalam berkomunikasi dapat dilihat dari kemampuannya membangun sebuah tim. Sudah terbukti dari teori sistem umum von
Bertalanffy 1975 dalam La Monica 1998:142, bahwa kerja tim memiliki kemungkinan yang tinggi untuk membuahkan hasil dengan kualitas yang tinggi,
menurunkan biaya, dan meningkatkan moral karyawan. Komunikasi adalah jembatan yang penting pada setiap kerja tim.
Komunikasi merupakan pendukung utama agar fungsi kepemimpinan bisa efektif, karena seringkali kegagalan kepemimpinan diakibatkan karena lemahnya
kemampuan berkomunikasi. Bahkan ada pihak yang mengatakan bahwa kegagalan bekerja 70 diakibatkan oleh kegagalan komunikasi Subanegara, 2005: 68.
2.4. Landasan Teori
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah kinerja, gaya kepemimpinan dan kemampuan berkomunikasi.
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya Mangkunegara, 1995: 45. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja performance merupakan wujud atau keberhasilan pekerjaan
seseorang atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Hasil atau kinerja yang dicapai tidak hanya terbatas dalam ukuran kuantitas, namun juga kualitas Widodo, 2004:
77. Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya
organisasi untuk mencapai tujuannya. Kinerja pegawai adalah hasil yang didapatkan pegawai, kelompok dan individu sesuai dengan target yang telah direncanakan,
standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan Dharma, 2005: 25. Menurut Rivai 2005: 309, kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan
kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan
keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi. Kinerja
merupakan hasil kerja konkret yang dapat diamati dan dapat diukur. Menurut Mathis dan Jackson 2001: 82, kinerja dari individu tenaga kerja,
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: kemampuan tenaga kerja, motivasi,
dukungan yang diterima kepemimpinan, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi komunikasi.
Sesuai dengan hubungan variabel-variabel dalam penelitian ini, maka kinerja dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan dan komunikasi. Kepemimpinan yang
dianalisis dalam hal ini adalah gaya kepemimpinan, sedangkan komunikasi adalah kemampuan berkomunikasi. Menurut Howard H. Hoyt sebagaimana dikutip Kartono
2005: 57, kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang. Pengertian ini hampir sejalan dengan Robbins
2002: 163, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan.
Gaya kepemimpinan adalah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbing para bawahannya untuk berbuat sesuatu Kartono, 2005: 62. Menurut
Fiedler dalam Robbins 2002: 170, gaya dasar kepemimpinan seorang individu merupakan faktor kunci dalam kesuksesan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus
dapat melihat kondisi dan kebutuhan bawahan. Pemimpin harus bisa mengerti perilaku organisasi yang dihadapinya sehingga ia mampu membawa organisasinya
mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama melalui pencapaian visi organisasi. Pendekatan gaya kepemimpinan sebaiknya harus dikombinasikan agar sesuai dengan
kondisi lingkungan dimana organisasinya berada, sebab tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat untuk digunakan dalam satu situasi pada satu organisasi.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah kemampuan berkomunikasi pimpinan. Shannon dan Weaver 1949 sebagaimana dikutip La
Monica 1998: 140, mendefinisikan komunikasi sebagai semua yang terjadi antara
dua pikiran atau lebih, sedangkan Davis 1981 mendefinisikan komunikasi sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain.
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Menurut Robbins 2005: 145, satu dari kekuatan yang
paling menghalangi suksesnya pekerjaan kelompok adalah kurangnya komunikasi yang efektif.
Sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi organisasi, pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak, baik melalui hubungan formal maupun
yang informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh
kemampuannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak secara horizontal maupun vertikal, keatas dan kebawah Kartono, 2005:133.
Dengan demikian jelas bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh kemampuan berkomunikasi seorang pimpinan, khususnya dalam membangun kerja tim sebagai
satu kesatuan untuk mencapai tujuan.
2.5. Kerangka Konsep
Kinerja pegawai merupakan hasil kerja pegawai, baik secara individu maupun secara kelompok sesuai bidang tugasnya. Rendahnya suatu kinerja diakibatkan
gagalnya pelaksanaan suatu hasil kerja secara optimal. Sebagian besar kegagalan bekerja diakibatkan oleh kegagalan komunikasi. Dan seringkali kegagalan
kepemimpinan diakibatkan karena lemahnya kemampuan berkomunikasi.
Gaya kepemimpinan akan memberikan pengaruh terhadap kinerja bawahan. Gaya kepemimpinan yang mampu menjalankan tugas dengan baik dan membina
hubungan dengan bawahan akan lebih efektif dalam pencapaian tugas sehari-hari. Gaya kepemimpinan menunjukkan kemampuan dari seorang pemimpin untuk
mempengaruhi bawahannya untuk dapat meningkatkan motivasi kerja. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang dapat mengorganisasikan
pekerjaan dengan baik sehingga dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. Semakin baik kemampuan pemimpin untuk mengorganisasikan
pekerjaan, maka kinerja bawahan juga akan semakin baik. Sebagai seorang pemimpin, akan terus berhubungan dengan bawahan dalam
memberikan instruksi, meminta pertanggungjawaban kerja dan hubungan inter personal. Dalam hal inilah seorang pemimpin harus memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik, sehingga dapat membina hubungan harmonis dengan bawahannya, tetapi dalam konteks pekerjaan. Kemampuan berkomunikasi yang baik
adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menterjemahkan kegiatan dan rencana pekerjaan untuk dapat dimengerti dan bawahan bersedia mengerjakannya dengan
penuh tanggung jawab. Pemimpin yang dapat berkomunikasi dengan baik, tentunya dapat menilai perbedaan kemampuan setiap bawahannya, sehingga metode
komunikasi dengan setiap karyawan juga akan berbeda. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik antara pemimpin dan bawahan dan antara sesama pegawai,
maka akan terbentuk suatu kerjasama tim yang kuat untuk menyelesaikan tanggung
jawab pekerjaan sebagaimana telah direncanakan. Dengan demikian akan tercapai kinerja pegawai secara optimal sesuai dengan standar.
Variabel-variabel yang merupakan objek dalam penelitian ini, dikumpulkan dan dihubungkan satu dengan yang lainnya dalam bentuk bagan sesuai dengan tujuan
penelitian, sebagai kerangka konsep penelitian Widodo, 2004: 100, sebagai berikut:
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan : X1 : Gaya kepemimpinan variabel bebas
X2 : Kemampuan berkomunikasi variabel bebas Y : Kinerja pegawai variabel terikat
1 : Pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y 2 : Pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y
3 : Pengaruh variabel X1 dan variabel X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y.
GAYA KEPEMIMPINAN X1
Ü Kepemimpinan Direktif Ü Kepemimpinan Supportif
Ü Kepemimpinan Partisipatif
KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI X2
Ü Komunikator Ü Pesan
Ü Komunikan Ü Umpan balik
KINERJA PEGAWAI Y
Ü Tugas Pokok Ü Kualitas
Ü Kuantitas
3 1
2
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, karena dalam memberikan gambaran atas suatu peristiwa atau gejala, menggunakan alat bantu
statistik, baik statistik deskriptif maupun statistik inferensial Kholil, 2006: 110. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Metode ini
digunakan untuk mengkaji populasi atau univers yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi. Arahnya adalah
membuat taksiran yang akurat mengenai karakteristik-karakteristik keseluruhan populasi Kerlinger, 1995: 660-661.
Bentuk problematik atau pemasalahan dalam penelitian ini adalah, problema korelasi sebab akibat. Karena keadaan pertama variabel gaya kepemimpinan dan
kemampuan berkomunikasi diperkirakan menjadi penyebab keadaan kedua variabel kinerja pegawai, maka penelitian korelasi ini disebut juga sebagai penelitian
pengaruh Arikunto, 2002: 30-31.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat pada unit pelayanan keperawatan jiwa, Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Jl. Let.Jend. Djamin Ginting Jl. Tali Air
No. 21 Medan.
29
Proses penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 4 empat bulan, yang dimulai pada bulan Januari 2009 sampai dengan
bulan April 2009. Perincian jadwal penelitian sebagai mana terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2009
Januari Februari Maret
April No Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penjajakan Objek Penelitian
2. Pembuatan Usulan Penelitian
3. Seminar Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Pengumpulan dan Analisa Data
6. Penyusunan Tesis
7. Seminar Hasil Penelitian
8. Perbaikan Hasil Penelitian
9. Sidang Ujian
Tesis
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada jajaran Bidang Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara yang masa kerjanya di atas 3 tiga tahun, sebanyak 110 orang. Alasan pemilihan kelompok populasi ini, selain kelompok sasaran yang merupakan
subjek penelitian yang terdapat pada Unit Pelayanan yang akan diteliti, kelompok ini
juga yang merasakan langsung dampak kepemimpinan dan kemampuan berkomunikasi Kepala Bidangnya terhadap kegiatan kerja mereka sehari-hari dalam
melaksanakan tugas organisasi, pada jajaran bidang pelayanan keperawatan jiwa. Jadi populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti Riduwan, 2005: 270.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi, yaitu seluruh pegawai pada jajaran Bidang Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara yang masa kerjanya di atas 3 tiga tahun, sebanyak 110 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu
pegawai pelayanan keperawatan jiwa Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, melalui kuesioner.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang
berkaitan dengan aspek-aspek yang akan diteliti.
3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu terjun langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan. Penelitian lapangan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden.
3.4.3. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian, alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen dalam
bentuk kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data variabel gaya kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi dan kinerja pegawai. Instrumen dalam
bentuk kuesioner ini disampaikan kepada respondensubjek penelitian yang terdiri dari sejumlah pertanyaan dengan alternatif pilihan jawaban yang telah disusun
sebelumnya. Instrumen penelitian, sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan untuk melihat ketepatan dan kecermatan
instrumen dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur Azwar, 2003: 5. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus koefisien korelasi
Product Moment dari Pearson Widodo, 2004: 104, dengan rumus sebagai berikut:
r
xy
=
] y
- y
][n. x
- x
[n. y
x -
xy n
2 2
2 2
Σ Σ
Σ Σ
Σ Σ
Σ
Dimana : r
xy
= koefisien
korelasi n
= banyaknya sampel x
= skor setiap item y
= skor total Selanjutnya untuk mendapatan instrumen yang reliabel, dilakukan uji
reliabilitas. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran instrumen dapat dipercaya Widodo, 2004: 105. Formula statistik yang
dapat digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Alpha Cronbach, dengan rumus sebagai berikut:
g =
2 2
1 2
s 1
- n
s -
s n
Σ
Dimana : g = koefisien alpha
n = jumlah item dalam skala s
2
= varian total dari skor test s
1 2
= varian dari setiap item skala
3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang diukur, yaitu gaya kepemimpin x1 dan kemampuan berkomunikasi x2 sebagai variabel independen bebas dan
kinerja pegawai y sebagai variabel dependen terikat. Rumusan operasional variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Gaya kepemimpinan X1 merupakan cara kepala bidang perawatan memimpin pegawai di unit pelayanan keperawatan dalam pelaksanaan tugas pokok pegawai
berupa proses keperawatan. Cara yang digunakan kepala bidang berupa kepemimpinan direktif,
kepemimpinan supportive dan kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan direktif, merupakan kepemimpinan kepala bidang perawatan memberi arahan atau
instruksi kepada pegawai di unit pelayanan keperawatan dalam pelaksanaan tugas pokoknya tanpa meminta masukan kepada pegawai tersebut.
Indikator kepemimpinan direktif ini adalah : a. Penjelasan tugas-tugas
b. Informasi cara bertugas c. Hubungan tugas pegawai
d. Kejelasan instruksi e. Reward tugas
f. Monitoring tugas Kepemimpinan supportif, merupakan kepemimpinan kepala bidang perawatan
dalam memberi dorongan kepada pegawai. Di unit pelayanan keperawatan dalam pelaksanaan tugas pokok dengan cara menarik dan membangkitkan minat
pegawainya. Indikator kepemimpinan supportif ini adalah : a. Minat kerja
b. Suasana kerja c. Pemberian kesempatan
d. Konflik kerja e. Semangat kerja
f. Hubungan kerja Kepemimpinan partisipatif, merupakan kepemimpinan kepala bidang
perawatan dalam perumusan tugas pokok pegawai melaksanakan proses keperawatan dengan keterlibatan yang sama dengan seluruh pegawai.
Indikator kepemimpinan partisipatif ini adalah : a. Kebersamaan tugas
b. Kerja sama c. Partisipasi
d. Kerja kelompok e. Diskusi
f. Perhatian 2. Kemampuan berkomunikasi X2, merupakan kemampuan kepala bidang
perawatan dalam menyampaikan pesan dalam bentuk informasi, gagasan ataupun instruksi kepada pegawai di unit pelayanan keperawatan sehingga dimengerti dan
direspon dengan baik dalam bentuk pelaksanaan proses keperawatan. Kemampuan berkomunikasi kepala bidang terdiri dari pengetahuan
wawasannya sebagai komunikator sesuai dengan bidang terdirid ari pengetahuan, wawasannya sebagai komunikator sesuai dengan bidang tugasnya, jelasnya pesan
dan informasi yang disampaikan sehingga pegawai mengerti dan diproses dengan pelaksanan proses keperawatan dengan optimal.
Indikator kemampuan berkomunikasi ini adalah : a. Indikator komunikator
1. Pengetahuan proses keperawatan 2. Tujuan proses keperawatan
3. Pelaksanaan proses keperawatan 4. Informasi proses keperawatan
5. Metode informasi proses keperawatan b. Indikator pesan
1. Kejelasan informasi 2. Bisa dimengerti
3. Cara penyampaian 4. Peranan pegawai
5. Fasilitas informasi 6. Bahasa yang jelas
c. Indikator Komunikan 1. Penjelasan informasi
2. Pemahaman informasi 3. Pelaksanaan informasi
4. Perumusan tujuan d. Indikator umpan balik
1. Reward
2. Saran 3. Aktivitas
3. Kinerja Pegawai Y, merupakan hasil kerja pegawai pada unit pelayanan keperawatan dalam melaksanakan tugas pokoknya berupa proses keperawatan
kepada pasien dan terdokumentasi pada rekam medik pasien secara kualitas dan kuantitas.
Indikator kinerja pegawai ini, merupakan indikator yang terdiri dari indikator tugas pokok pegawai, indikator kualitas dan indikator kuantitas.
a. Indikator Tugas Pokok Proses Keperawatan 1. Kemampuan memberi layanan
2. Kemauan mengambil insiatif 3. Kemampuan merencanakan tugas
4. Kemampuan mengorganisasi mandiri 5. Kemampuan mengorganisasikan bersama
6. Kreativitas pekerjaan mandiri 7. Kreativitas pekerjaan bersama
b. Indikator Kualitas Proses Keperawatan 1. Kesesuaian hasil kerja
2. Keterampilan pengkajian 3. Keterampilan diagnosa
4. Keterampilan rencana 5. Keterampilan implementasi
6. Keterampilan evaluasi
7. Keterampilan dokumentasi 8. Kemampuan mengambil insiatif
c. Indikator kuantitas proses keperawatan 1. Kecepatan Pengkajian
2. Kecepatan Diagnosa 3. Kecepatan Rencana
4. Kecepatan Implementasi 5. Kecepatan Evaluasi
6. Kecepatan Dokumentasi
3.6. Metode Pengukuran
Variabel-variabel dalam penelitian ini dijabarkan menjadi dimensi sub variabel dan selanjutnya disusun indikator-indikatornya, yang kemudian dibuat
menjadi item-item kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan tanggapan responden terhadap setiap item-item instrumen adalah dengan
menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi dengan 4 alternatif jawaban. Urutan skala penilaian dari masing-masing item
indikator variabel tersebut, sebagai berikut: Skala 4 : Sangat baik
Skala 3 : Baik Skala 2 : Kurang baik
Skala 1 : Tidak baik
3.7. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah: 1 Regresi linear berganda
a. Persamaan umum regresi linear berganda adalah: = a + b
1
x
1
+ b
2
x
2
b. Perhitungan nilai koefisien determinan Rumus koefisien determinan sebagai berikut:
R
2
= r
2
x 100 Dimana
: R
2
= koefisien determinasi r
= koefisien korelasi 2 Uji hipotesis dengan t-test dan F-test
a. Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki hubungan signifikan atau tidak dengan variabel terikat secara
individual untuk setiap variabel. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai t-hitung adalah sebagai
berikut: t-
hitung
=
2
r -
1 2
- n
r
b. Uji hipotesis dengan F-test digunakan untuk menguji hubungan variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat. Rumusnya adalah sebagai
berikut: F-
hitung
=
1 k
n R
1 k
R
2 2
− −
−
Dimana : R
2
= koefisien determinasi k = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara
4.1.1. Profil
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan Rumah Sakit Jiwa Pemerintah satu-satunya di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki kemampuan
pelayanan kesehatan jiwa Kelas A SK. Menkes No.135, 1978 Rumah Sakit Jiwa ini juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan pelayanan
kesehatan jiwa lintas kabupaten kota dan provinsi dan telah terakreditasi dengan 5 lima pelayanan dasar yaitu pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan
medik, pelayanan rekam medik, pelayanan gawat darurat dan pelayanan keperawatan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 8 Tahun 2004,
Rumah sakit jiwa ini ditetapkan sebagai lembaga teknis daerah dengan kedudukan sebagai Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara RSJD Provsu.
RSJD Provsu ini beralamat di Jln. Letjend Jamin Ginting KM 10 Jln. Tali Air No. 21 Medan dan terletak pada lahan seluas 37,880 M
2
+ 3,8 ha dengan luas gedung 26, 688 m
2
. Kapasitas tempat tidur yang tersedia sejumlah 450, tempat tidur yang terdiri dari : Kelas III sebanyak 367 tempat tidur, Kelas II sebanyak 63 tempat
tidur, dan kelas I sebanyak 20 tempat tidur.
41
4.1.2. Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara
Sesuai dengan Perda Provinsi Sumatera Utara No. 8 Tahun 2004 tentang susunan Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara, Bagan Struktur organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
DIREKTUR
Wakil Direktur
Kelompok Jabatan Fungsional
Sekretariat
Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian Sub Bagian
Keuangan Sub Bagian
Penyusunan dan Laporan
Bidang Pelayanan Medik
Bidang Keperawatan
Bidang Penunjang Medik
Sub Bidang Pelayanan Medik I
Sub Bidang Pelayanan Medik II
Sub Bidang Pelayanan Medik III
Sub Bidang Keperawatan I
Sub Bidang Keperawatan II
Sub Bidang Keperawatan III
Sub Bidang Penunjang Medik I
Sub Bidang Penunjang Medik II
Sub Bidang Penunjang Medik III
Sub Bidang Pelayanan Medik III
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Perda Pronvinsi Sumatera Utara No. 8
Tahun 2004
4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Perda Provinsi Sumatera Utara No. 8 Tahun 2004 RSJD Provsu mempunyai tugas membantu Kepala daerah dalam menyelenggarakan
pelayanan pencegahan peningkatan dan rehabilitas di Bidang Kesehatan Jiwa bagi masyarakat Sumatera Utara.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, RSJD Provsu mempunyai fungsi : a. Melaksanakan Pelayanan Medis
b. Melaksanan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis c. Melaksanakan Pelayanan Asuhan Keperawatan.
d. Melaksanakan Pelayanan Rujukan e. Melaksanakan Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan.
f. Melaksanakan Pengelolaan Administrasi dan Keuangan
4.1.4. Visi, Misi, Motto
Visi : Menjadikan pelayanan kesehatan jiwa dan fisik yang terbaik secara profesionalisme untuk kepuasan masyarakat.
Misi : a. Melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Fisik yang terpadu
b. Meningkatkan Upaya Pencegahan dan penanggulangan
gangguan jiwa dan masalah psikososial di masyarakat. c. Menyediakan dan mengembangkan faslitias pendidikan,
pelatihan dan penelitian dalam bidang pelayanan kesehatan jiwa.
d. Meningkatkan upaya profesionalisme dan sumber daya
manusia SDM melalui pengembangan ilmu filosofi, ketrampilan dan etika profesi.
Motto :
HORAS
H : Harmonis O : Objektif
R : Rapi A : Aman
S : Sigap RSJD Provsu dalam melayani Pasien didukung oleh tenaga medis, para medis
perawatan, paramedis non perawatan serta tenaga non medis. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Data Ketenagaan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008
No Kualifikasi
Jumlah
1.
2. 3.
4. Tenaga Medis :
- Dokter Spesialis Jiwa - Dokter Umum
- Dokter Gigi Tenaga paramedis perawatan
Tenaga paramedis non perawatan Tenaga non medis
6 orang 17 orang
5 orang 110 orang
60 orang 29 orang
Total 227 orang
Sumber : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2008
Dari tabel 4.1. di atas dapat terlihat bahwa kegiatan pelayanan keperawatan yg diberikan langsung kepada pasien yg dirawat di ruang perawatan, di dukung oleh
tenaga para medis perawatan dengan jumlah 110 orang. Asuhan keperawatan secara profesional dalam bentuk proses keperawatan dilakukan oleh tenaga paramedis
perawatan ini di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
4.1.5. Jenis Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara
1. Pelayanan Medik a. Rawat jalan
1. Poliklinik spesialis jiwa 2. Poliklinik Dokter Umum
3. Poliklinik Gigi dan Mulut 4. Poliklinik Fisioterapi
5. Poliklinik Psikologi b. Rawat Inap
1. Ruang Perawatan Kelas III : 64 TT 2. Ruang Perawatan Kelas II : 24 TT
3. Ruang Perawatan Kelas I : 16 TT 4. Ruang Perawatan VIP
: 8 TT c. Rawat Darurat
1. Rawat Darurat Psikiatri 2. Rawat Darurat Umum
d. Rehabilitasi Mental 2. Pelayanan Penunjang Medik
a. Brain mapping b. Sleep scan
c. EEG
d. EKG e. Transcranial Doppler TCD
f. ECT g. USG
h. Radiasi i. Laboratorium
j. Farmasi k. Gizi
3 Pelayanan Penunjang Non Medik a. Laundry
b. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL c. Incenerator
d. Ambulance e. Internet
f. Perpustakaan Jumlah pasien yg mendapatkan pelayanan di RSJD Provsu berdasarkan jenis
pelayanan yang diberikan dari tahun 2006 sampai 2008, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2. Data Pelayanan Pasien Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 sd 2008 Tahun
No Jenis Pelayanan
2006 2007
2008
1. Poli Jiwa - Rawat jalan
- Rawat inap rata-rata per hari - BOR
- LOS - Kunjungan pasien rata-rata
per hari 10.282
425 98
90 34
10.815 439
102 95
37 11.624
446 106
98 39
2. Poli Gigi dan Mulut 1.117 1274
1427 3. Poli Psikologi
65 87 116
4. Poli Fisioterapi 367 458 976
5. Poli Electromedik 3575 6397
9756 6. Gawat Darurat
844 1074 1255
7. Poli Narkoba 647 659 701
8. Poli Umum 65
112 250 9. Brain Maping
257 349 479 Sumber : RSJD Provsu Pelayanan Pasien
Dari tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang dirawat inap rata-rata perharinya meningkat dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Demikian juga
jumlah pemanfaatan tempat tidur BOR serta lamanya hari perawatan pasien LOS, yang menunjukkan efektifitas pelayanan terhadap pasien belum optimal.
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada unit pelayanan keperawatan meliputi usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3 dan Tabel
4.4 berikut ini :
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008
Usia Tahun Frekuensi
Persentasi
30 – 34 18
16,36 35 – 39
52 47,27
40 – 44 35
31,82 45 – 49
5 4,55
Total 110
100
Hasil penelitian berdasarkan usia Tabel 4.3 di atas menunjukkan pegawai pelayanan keperawatan di RSJD Provsu, mayoritas usianya terletak pada interval
35 – 39 sebanyak 52 orang 47,27, diikuti dengan usia pada interval 40-44 sebanyak 35 orang 31,82 lalu usia 30-34 sebanyak 18 orang 16,36 dan usia
45-49 hanya sebanyak 5 orang 4,55. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pegawai di unit pelayanan keperawatan RSJD Provsu berusia produktif sehingga
diharapkan motivasi pegawai untuk bekerja tinggi.
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Tingkat
Pendidikan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008
Tingkat Pendidikan Akper
SMA Jumlah
Jenis Kelamin F
F F
Perempuan 76
69,09 19
17,27 95
86,36 Laki-laki
12 10,91
3 2,73
15 13,6
Total 88
80 22
20 110
100
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa pegawai unit pelayanan keperawatan RSJD Provsu
paling banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 76 orang 69,09 dengan tingkat pendidikan AKPER sedangkan pendidikan SMA sebanyak 19 orang 17,27
dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang 10,91 dengan tingkat pendidikan Akper, sedangkan tingkat pendidikan SMA hanya sebanyak 3 orang
2,73, sehingga pegawai di unit pelayanan keperawatan tersebut diharapkan mampu melaksanakan tugas pokok seorang perawat dalam bentuk proses
keperawatan.
4.3. Deskriptif Variabel Penelitian 4.3.1.
Tanggapan Responden terhadap Gaya Kepemimpinan
Tanggapan responden mengenai gaya kepemimpinan baik itu direktif, supportif dan partisipasif terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan
Tidak Pernah
Jarang Sering
Selalu Indikator
F F
F F
Kepemimpinan Direktif 1. Penjelasan tugas-tugas
56 50,91
21 19,09
30 27,27
3 2,73
2. Informasi cara bertugas 48
43,64 21
19,09 35
31,82 6
5,45 3. Hubungan tugas pegawai
21 19,09
32 29,09
19 17,27
38 34,54
4. Kejelasan instruksi 39
35,45 17
15,45 40
36,36 14
12,73 5. Reward tugas
53 48,18
12 10,91
45 40,91
6. Monitoring tugas 41
37,27 21
19,09 48
43,64
Jumlah 258
39,1 104
18,79 217
32,8 61
9,24 Kepemimpinan Supportif
1. Minat kerja 42
38,18 37
33,64 25
22,73 6
5,45 2. Suanasa kerja
18 16,36
29 26,36
27 24,54
36 32,73
3. Pemberian kesempatan 43
39,09 53
48,18 9
8,18 5
4,54 4. Konflik kerja
44 40
25 22,73
27 24,54
14 12,73
5. Semangat kerja 42
38,18 52
47,27 16
14,54 6. Hubungan kerja
36 32,73
39 35,45
33 30
2 1,18
Jumlah 225
34,09 235
35,61 137
20,76 63
9,55 Kepemimpinan Partisipatif
1. Kebersamaan tugas 17
15,45 25
22,73 21
19,09 47
42,73
2. Kerjasama 41
37,27 50
45,45 11
10 8
7,27
3. Partisipasi 38
34,54 44
40 22
20 6
5,45
4. Kerja kelompok 55
50 43
39,09 7
6,36 5
4,54
5. Diskusi 47
42,73 43
39,09 13
11,82 7
6,36
6. Perhatian 46
41,82 40
36,36 7
6,36 17
15,45
Jumlah 244 36,97
245 37,12
81 12,27
90 16,64
Jumlah rata-rata 727 36,72
58,4 30,50
435 21,94
214 11,81
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa paling banyak responden menyatakan sering 32,8 bahwa daya kepemimpinan yang dilakukan kepala bidang
dalam memimpin pegawai adalah kepemimpinan direktif. Sedangkan responden yang menyatakan kepemimpinan supportif yang sering dilakukan sebanyak 20,76 dan
kepemimpinan partisipatif sebanyak 12,27. Hal ini menunjukkan bahwa kepala bidang dalam memimpin dan
menggerakkan pegawai melaksanakan tugas pokoknya dalam memimpin dan menggerakkan pegawai melaksanakan tugas pokoknya dalam bentuk proses
keperawatan, hanya merupakan arahan ataupun instruksi tanpa mau menerima masukan-masukan dari para pegawainya.
Untuk menyatakan bahwa kepala bidang memberitahukan kepada para pegawai apa harus dan bagaimana cara mengerjakan suatu pekerjaan, responden lebih
banyak menjawab jarang sebanyak 35,61 untuk kepemimpinan supportif dan menjawab jarang sebanyak 37,12 untuk kepemimpinan partisipatif
4.3.2. Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Berkomunikasi
Tanggapan responden mengenai kemampuan berkomunikasi baik komunikator, pesan, komunikan dan umpan balik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Frekuensi Variabel Kemampuan Berkomunikasi
Tidak Baik Kurang Baik
Baik Sangat Baik
Indikator F
F F
F Komunikator
1. Pengetahuan proses
keperawatan
39 35,45
48 43,64
14 12,73
9 8,18
2. Tujuan proses kesehatan 43