Kriteria Klinis Kriteria laboratorium Vaskulopati

2.4. Diagnosis Klinis

Gejala klinis utama dari DBD adalah demam dengan manifestasi perdarahan, baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet. WHO telah membuat penuntun untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. 27

2.4.1. Kriteria Klinis

: 1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari. 2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan: a. Uji torniquet positip b. Petekie, ekimosis, purpura c. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi d. Hematemesis dan atau melena. 3. Pembesaran hati hepatomegali 4. Syok ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah. 5,17,27

2.4.2. Kriteria laboratorium

: 1.Trombositopenia ≤ 100.000 kuml 2. Hemokonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20 Atau lebih. 2,5,27,32 Dua dari data kriteria klinis tersebut ditambah salah satu dari kriteria laboratorium sudah dapat menegakkan diagnosis klinis DBD. Erwin Pardede: Kadar Komplemen C3 Pada penderita Demam berdarah dengue, 2008. USU e-Repository © 2008 Secara klinis DBD dapat dibagi menjadi 4 stadia : 1. Derajat I : DBD ringan, demam mendadak 2-7 hari disertai gejala kli- nis lain dan manifestasi perdarahan teringan, uji torniquet positip. 2. Derajat II : DBD derajat I ditambah dengan perdarahan bawah kulit dan tempat lain gusi, epistaksis dan lain-lain. 3. Derajat III : terdapat kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah, atau hipotensi disertai kulit dingin dan lembab serta penderita menjadi gelisah. 4. Derajat IV : syok, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah dan nadi tidak terukur. DBD derajat III dan IV digolongkan dalam sindroma syok dengue. 5,6,13,27

2.4.3. Pemeriksaan Penunjang

Kelainan utama pada DBD adalah adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan adanya hemokonsentrasi, adanya penumpukan cairan ekstravaskuler yang tercermin dengan adanya efusi pleura, asites, dan lain-lain. 36,38

2.4.3.1. Pencitraan Radiologis

Pencitraan dengan foto paru dapat menunjukkan adanya efusi pleura. Albar H dan kawan-kawan dalam penelitiannya untuk melihat manfaat pemeriksaan radiologis toraks posisi lateral dekubitus kanan sebagai alat bantu diagnosis DBD terhadap 15 penderita DBD anak di RSU Ternate pada tahun 1990-1991 menyimpulkan bahwa pemeriksaan Erwin Pardede: Kadar Komplemen C3 Pada penderita Demam berdarah dengue, 2008. USU e-Repository © 2008 radiologik toraks dengan posisi lateral dekubitus kanan sangat berperan dalam menegakkan diagnosis DBD. 9,27

2.4.3.2. Pencitraan Ultrasonografis USG

Adanya asites maupun cairan pleura dapat dideteksi dengan USG dapat dipakai sebagai alat bantu dalam meramalkan kemungkinan penyakit menjadi lebih berat dengan melihat penebalan dinding kandung empedu dan pankreas. 10,27,38

2.4.3.3. Serologis

Isolasi virus merupakan cara yang paling baik dalam arti sangat menentukan, tetapi karena memerlukan peralatan dan tehnik yang canggih, isolasi virus tersebut tidak dipakai secara rutin, Test serologis jauh lebih sederhana dan cepat tetapi dapat memberikan hasil yang positip palsu. Ada lima cara pemeriksaan serologi untuk menentukan adanya virus dengue : 1. Uji Hemaglutinasi Inhibisi Haemaglutination Inhibition Test = HI Test, 2. Uji Komplemen Fiksasi Complement Fixation Test = CF Test, 3. Uji Neutralisasi Neutralization Test = NT Test, 4. Test Mac. Elisa Igm capture enzyme-linked immunosorbent assay , 5. Test IgG Elisa indirek. 13,27,32,39

2.4.3.3.1. Uji Hemaglutinasi Inhibisi HI

Test ini paling banyak dipakai karena sederhana, mudah, murah dan sensitif. Antibodi HI akan berada dalam darah untuk waktu yang lama 50 tahun begitu seseorang mendapat infeksi virus dengue. Antibodi HI akan muncul pada hari ke 5 atau 6 dari perjalanan penyakit. Pada infeksi sekunder dan tertier titer akan tinggi pada hari-hari pertama, dapat Erwin Pardede: Kadar Komplemen C3 Pada penderita Demam berdarah dengue, 2008. USU e-Repository © 2008 mencapai 1 : 5.120 sampai 1 : 10.240 atau bahkan lebih. Titer 1 : 1.280 atau lebih pada serum fase akut menunjukkan adanya infeksi dengue yang baru. Titer HI akan tetap tinggi selama 2 – 3 bulan, tetapi umumnya titer HI akan mulai menurun pada hari ke 30 – 40. 13,32

2.4.3.3.2. Uji Fiksasi Komplemen

Uji ini tidak rutin dilakukan karena pemeriksaannya rumit dan memerlukan keahlian tersendiri. Antibodi fiksasi komplemen ini hanya dapat bertahan beberapa tahun saja sekitar 2 – 3 tahun. 5,17,27,32

2.4.3.3.3. Uji Netralisasi

Uji ini merupakan uji yang paling sensitif dan spesifik akan tetapi tidak dilakukan secara rutin karena memerlukan biaya yang mahal dan keterampilan khusus. Uji ini memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test PRNT, yaitu berdasarkan reduksi plak yang terjadi sebagai akibat adanya proses netralisasi virus. Antibodi netralisasi ini dapat bertahan sampai 50 tahun dalam darah. 5,6,27,32

2.4.3.3.4. Test Mac ELISA

Tes ini banyak dipakai karena cukup sederhana dan tidak memerlukan alat canggih. Tes ini untuk mengetahui kandungan IgM dalam serum pasien. Antibodi anti-dengue IgM akan timbul terlebih dahulu daripada antibodi anti-dengue IgG dan biasanya sudah dapat terdeteksi pada hari ke-5. Timbulnya IgM ini bervariasi pada beberapa orang, dapat timbul pada hari ke 2 – 4 dari jalannya penyakit tetapi dapat pula timbul pada hari ke 7 – 8. IgM dapat bertahan dalam darah selama 2 – 3 bulan. 27,32,35,39 Erwin Pardede: Kadar Komplemen C3 Pada penderita Demam berdarah dengue, 2008. USU e-Repository © 2008

2.4.3.3.5. Uji Imunokromatografi ICT

Uji ini dapat mendeteksi baik IgM dan IgG anti Dengue sekaligus dalam serum tunggal dalam waktu 15-30 menit. Pada Dengue Rapid Test uji ICT berbentuk strip telah distandardisasi sedemikian rupa sehingga pada penderita infeksi primer IgM positif dimana IgGnya negatif, sebaliknya pada infeksi sekunder hasil IgG positip dapat disertai dengan atau tanpa hasil IgM yang positif. 27,31,32,39 Prinsip pemeriksaan yaitu Captured ELISA dengan fase padat nitroselulose dipstick dengan daya kromatografi maka antibodi IgM atau IgG anti dengue yang terdapat di dalam serum penderita akan berikatan dengan antihuman IgM atau antihuman IgG yang telah dimobilisasi pada fase padatnya membentuk garis melintang pada membran tes. Secara bersamaan antibodi monoklonal anti dengue yang berlebel gold bereaksi dengan antigen dengue rekombinan. Konjugat ini antibodi monoklonal anti dengue yang berikatan dengan antigen dengue akan berikatan dengan antibodi IgM atau IgG dari serum penderita tersebut membentuk garis berwarna ungu. 31,32,35,39 2.5.Gangguan Hemostasis Pada DBD . Penyebab perdarahan pada penderita DBD adalah adanya vaskulopati, trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravaskuler yang menyeluruh. 8,21,30 Erwin Pardede: Kadar Komplemen C3 Pada penderita Demam berdarah dengue, 2008. USU e-Repository © 2008

2.5.1. Vaskulopati

. Terjadinya vaskulopati pada DBD dapat bermanifestasi sebagai adanya petekie, uji torniquet positip maunpun perembesan cairan dan protein ke ruang ekstravaskuler. Defek pada vaskuler tersebut disebabkan oleh infiltrasi limfosit, fagosit mononuklear, deposit IgM, komplemen maupun fibrinogen pada dinding pembuluh darah. 13,16,21 Pada DBD, jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit, seperti uji torniquet yang positip, purpura maupun ekimosis. Uji torniquet positip menunjukkan keadaan fragilitas kapiler yang meningkat. Uji torniquet dilakukan dengan cara pembendungan di lengan atas pada tekanan setengah dari tekanan nadi selama 10 menit. Dikatakan positip bila terdapat lebih dari 10 petekie dalam lingkaran dengan diameter 5 cm pada daerah volar lengan bawah. 5,6,13,18 Petekie biasanya muncul pada hari-hari pertama demam. Untuk memastikan petekie dilakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai dengan penggaris plastik transparan ataupun dengan kaca objek, Jika bintik merah menghilang maka bukan petekie. 5,13,26,27

2.5.2. Trombositopenia dan Gangguan Fungsi Frombosit.