Analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP

1. Jika LQ 1 maka suatu sektor dikatakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasinya di kabupaten lebih tinggi dari tingkat provinsi. 2. Jika LQ = 1 maka dikatakan suatu sektor mendekati sebagai sektor basis. Berarti tingkat spesialisasinya di kabupaten sama dengan tingkat provinsi. 3. Jika LQ 1 maka suatu sektor bukan merupakan sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat provinsi. Dari keterangan diatas, jika LQ 1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila LQ 1 maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangakan sebagai perekonomian daerah.

3.2.4 Analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP

Berbagai alat analisis sering digunakan dalam perencanaan wilayah dan kota terutama untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial. Metode analisis yang sering digunakan antara lain analisis LQ dan MRP. Pada dasarnya kedua analisis tersebut berbeda, yaitu LQ dengan menggunakan kriteria kontribusi yaitu untuk melihat seberapa besar kontribusi suatu kegiatan dalam wilayah studi KabupatenKota dibandingkan dengan wilayah referensi Provinsi. Sedangkan rasio pertumbuhan menggunakan kontribusi pertumbuhan yaitu melihat pertumbuhan dari suatu kegiatan, terutama melihat perbedaan pertumbuhan, baik dalam skala yang lebih luas district preference maupun dalam skala yang lebih kecil district study, Yusuf, 1999:220. Kegunaan model rasio pertumbuhan menurut Erika dan Mintarti, 2013 tidak jauh beda dari Yusuf, 1999 yaitu model rasio pertumbuhan merupakan alat untuk melihat deskripsi kegiatan sektor-sektor ekonomi yang potensial dalam suatu wilayah dengan membandingkan pertumbuhan kegiatan dalam wilayah studi dan wilayah referensi. Maka untuk mendukung hasil analisis dari model LQ atas penentuan kegiatan ekonomi yang dominan atau potensial, maka digunakanlah MRP. Kedua metode tersebut sangat dibutuhkan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi wilayah yang potensial. Dalam analisis MRP terdapat dua ukuran pertumbuhan yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPr. Dari kedua ukuran tersebut kemudian dioverlay bersamaan dengan metode LQ untuk mendapatkan deskripsi kegiatan ekonomi potensial KabupatenKota Jawa Timur. Untuk keterangan analisis tersebut selanjutnya akan dijabarkan yaitu sebagai berikut Yusuf, M. 1999:222: a Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs: Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan sektor yang sama di wilayah referensi. Formulasi nya yaitu: � � = ∆E E � ⁄ ∆E � E � � ⁄ Dimana RP S = Perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan sektor i wilayah daerah dengan laju pertumbuhan kegiatan sektor i wilayah Provinsi. E ij = E �+� − E � E ij = Perubahan PDRB sektor i di wilayah studi Kabupaten pada awal tahun. E iR = Perubahan PDRB sektor i di wilayah referensi Provinsi. E ijt = PDRB sektor i di wilayah studi Kabupaten pada awal tahun penelitian. E iRt = PDRB awal tahun di wilayah referensi Provinsi. b Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPr Perbandingan laju pertumbuhan sektor i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan PDRB di wilayah referensi. Formulasi nya adalah: � � = ∆E � E � � ⁄ ∆E � E � � ⁄ Dimana RP � = Perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan i wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan PDRB wilayah referensi. ∆E � = E � �+� − E � � ∆E � = E � �+� − E � � ∆E � = Perubahan PDRB sektor i di wilayah referensi. ∆E � = Perubahan PDRB di wilayah referensi. E � � = PDRB disektor i pada awal tahun E � � = PDRB di wilayah referensi pada awal tahun. Dengan catatan jika nilai RP R atau RPs 1, maka di katakan + dan jika RP R atau RP S 1, maka di katakan negatif -. Dari analisis MRP ini akan diperoleh suatu keterangan atas kegiatan ekonomi yang potensial pada wilayah studi yang terdiri dari 4 empat klasifikasi, Yusuf, M. 1999:225 yaitu: 1. Klasifikasi 1: RP R + dan RP S + berarti kegiatan tersebut pada tingkat wilayah referensi mempunyai pertumbuhan menonjol demikian pula pada tingkat wilayah studi yang selanjutnya di sebut dominan pertumbuhan. 2. Klasifikasi 2: RP R - dan RP S + Berarti kegiatan tersebut pada tingkat wilayah referensi pertumbuhannya tidak menonjol, akan tetapi pada tingkat wilayah studi pertumbuhannya menonjol. 3. Klasifikasi 3: RP R + dan RP S - berarti kegiatan tersebut pada tingkat wilayah referensi mempunyai pertumbuhan menonjol namun pada tingkat wilayah studi tidak menonjol. 4. Klasifikasi 4: RP R - dan RP S - berarti kegiatan tersebut baik di tingkat wilayah referensi maupun wilayah studi pertumbuhannya tidak menonjol.

3.2.5 Analisis Overlay