3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa
dan bangsa. 4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung :
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri; b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan
anak; c. Biaya pendidikan bagi anak
66
. Dalam hal diatas apabila suami tidak dapat menjalankan kewajibanya
terhadap istrinya, pada saat itu istri tidak rela dan tidak sabar menghadapinya, maka pihak istri boleh mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama karena tidak
kemmapuan suami untuk memberikan nafkah, ini lebih erat nya dengan kelangsungan kehidupan rumah tangga.maka dengan suami yang tidak mampu memberi nafkah
berarti dia telah menahan istinya dalam kemelaratan.
67
Sedangkan firman Allah telah menjelaskan bahwa;
...
...
ﺓ ب ا :
Artinya: “...Janganlah kamu tahan mereka isteri-istri dengan kemelaratan...”
Q.S.al-Baqarah:231
66
Departemen R.I Kompilasi Hukum Islam Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan agama Islam, 1998h. 41
67
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, h. 62
Selain itu suami juga wajib menyediakan tempat tinggal bagi istri dan anak- anaknya yang layak, hal ini menjadi pelindung bagi keluarga serta menciptakan rasa
aman dan tentram, hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 81, di sebutkan;
1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bekas isteri yang masih dalam iddah.
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat
kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.
4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat
perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya. Adapun hak suami terhadap istrinya yang paling pokok adalah:
1. ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat; 2. istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami;
3. menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suami; 4. tidak bermuka masam diihadapan suami;
5. tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi oleh suami.
68
Kewajiban taat kepada suami hanyalah dalam hal-hal yang dibenarkan agama, bukan dalam hal-hal kemaksiatan kepada Allah SWT. Jika suami menyuruh
istri untuk berbuat maksiat, maka si istri harus menolaknya. Diantara ketatan istri kepada suami adalah tidak keluar rumah, keculi dengan seizinnya. Kepatuhan Istri
kepada suaminya meliputi segala perintahnya selama tidak melanggar peraturan- peraturan agama.
69
C. Hak Dan Kewajiban Istri Terhadap Suami
Selanjutnya berkenaan dengan kewajiban istri terhadap suami dijelaskan bahwa wanita-
wanita yang shalih seperti yang dijelaskan oleh ayat Alqur’an adalah mereka yang taat pada suami. Mereka melaksanakan kewajiban ketika suami tidak
ada dirumah menjaga kehormatan, serta memelihara rahasia dan harta suami dengan ketentuan Allah SWT, karena Allah telah menjaga dan memberi pertolongan kepada
mereka. Hal ini sejalan dengan Firman Allah SWT:
… ﺀاﺳ ا
:
Artinya : “Sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka...
” Q.S. An-nisa’:34
68
Abd.Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, jakarta : Prenada Media, cet-1, h.158
69
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, h. 36
Disamping itu istri wajib melayani suami ketika suami ingin melakukan hubungan suami istri, apabila istri tidak melayani suami sehingga suami marah maka
para malaikan melaknat istri hingga menjelang pagi, hal ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW;
ى أ ْما ج ا اعد ا ابف ْ بأف شا ف
ا ْ ع ا ْﻴ ع ابْضغ ى ح ئﻼ ْا
حبْص
Artinya; Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,’apabila
seorang suami mengajak istrinya untuk berhubungan badan, lalu si istri menolak sehingga malam itu suaminya jengkel terhadqapnya, maka si istri
dilaknat oleh para malaikat menjelang pagi.”HR. Muslim Maksud memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya dalam ayat
tersebut adalah istri dalam menjaga dirinya ketika suaminya tidak ada dan tidak berbuat khianat kepadanya, baik mengenai diri maupun harta bendanya. Inilah
merupakan kewajiban tertinggi bagi seorang istri terhadap suaminya.
71
Diantara kewajiban istri terhadap suami adalah sebagai berikut : 1. taat dan patuh kepada suami
2. pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman 3. mengatur rumah dengan baik
4. menghormati keluarga suami
70
Muhammad Nashirudin Al Albani, Mukhtashar Shahih Muslim Jakarta : Pustaka Azzam, 2003 cet. Ke-1 h.580
71
Abd.Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta : Prenada Media, cet-1,h. 161
5. bersikap sopan, penuh senyum terhadap suami 6. tidak mempersulit suami dan selalu mendorong suami untuk maju
7. ridha dan syukur apa yang telah diberikan oleh suami 8. selalu berhemat dan suka menabung
9. selalu berhias dan bersolek untuk atau dihadapan suami. 10. jangan selalu cemburu buta.
72
Istri wajib merasa malu terhadap suami, harus menundukan muka dan pandanganya dihadapan suami, taat terhadap suami ketika diperhatikan apa saja
selain maksiat, diam ketika suami berbicara, berdiri ketika suami datang dan pergi, menampakan kecintaanya apabila suaminya datang mendekatinya, menampakan
kegembiraan ketika suami melihatnya, menyenangkan suaminya ketika tidur, mengenakan harum-haruman, membiasakan berhias diri dihadapan suami dan tidak
boleh berhias apabila di tinggal suami. Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam yang dibenarkan oleh hukum
islam,selain itu kewajiban Istri adalah menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya. Hal ini disebutkan dalam Kompilasi
Hukum Islam pasal 83 ayat 1 dan 2. Apabila seorang istri tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajibanya tanpa
adanya satu alasan yang sah maka istri dapat dikatakan nusyuz,sebagaimana yang dimaksud dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 84 Ayat 1; ”Istri dapat dianggap
72
Slamet Abidin, Drs, dan Aminudin h, Drs. Fiqh Munakahat, bandung : CV. Pustaka Setia, 1999, cet. Ke-1, h.172