c. Molekul protein dan asam nuklleat Salah satu kerja antimikroba seperti fenolat memiliki kerja mendenaturasi protein dan
asam nukleat bakteri yang sangat penting digunakan sebagai bahan dasar DNA dan RNA, dinding sel, dan struktur lainnya yang penting untuk kehidupan bakteri
d. Enzim Seperti halnya pada manusia, bakteri memiliki beratus-ratus macam enzim yang
memiliki struktur berbeda begitupun dengan fungsinya yang berbeda. Salah satu fungsinya yang sangat penting adalah untuk keperluan metabolisme bakteri, bila agen
antimikroba yang diberikan ternyata bersifat mengacaukan atau menghambat produksi enzim tertentu maka jalur kerja yang menggunakan enzim tersebut terhambat.
e. DNA dan RNA DNA atau RNA adalah pengatur keseluruhan dari kehidupan mikroba, antimikroba
atau antibiotik seperti tetrasiklin langsung menghambat pembentukkan DNA atau RNA yang menyebabkan kematian pada mikroba tersebut.
2.2 Imunologi Infeksi Bakteri
Pada dasarnya sistem pertahanan terhadap infeksi yang disebabkan bakteri terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu sistem pertahanan bakteri ekstraseluler dan pertahanan
bakteri intraseluler.
12,13
2.2.1 Sistem Pertahanan Bakteri Ekstraseluler
Bakteri ekstraseluler dapat hidup dan berkembang biak di luar sel penjamu misalnya dalam sirkulasi, jaringan ikat dan rongga-rongga jaringan sepeti lumen saluran nafas
dan saluran cerna 2.2.1.1 Imunitas Non Spesifik
komponen utama sistem pertahanan nonspesifik terhadap infeksi bakteri adalah komplemen, fagositosis, dan respon inflamasi. Awalnya bakteri yang masuk dapat
mengaktifkan beberpa
sistem imun
nonspesifik, diantaranya protein dan
peptidoglikan yang ada di permukaan bakteri dapat mengaktifkan fagosit dan pengaktifan komplemen secara jalur alternatif atau jalur lektin seperti bakteri
yang menghasilkan manosa pada permukaanya. Pengaktifan fagosit ini dapat langsung memusnahkan bakteri yang masuk dengan lansung memfagositosisnya,
sedangkan dengan
pengaktifan komplemen
dapat berlanjut
ke kaskade komplemen yang mengakibatkan lisis dan opsonisasi bakteri oleh komplemen
sehingga dapat dengan mudah difagositosis. Selain itu pengaktifan kedua sistem pertahanan ini mengaktifkan respon inflamasi lokal sehingga monosit dan leukosit
lainnya datang ke lokasi tersebut. Gambar 2.3 2.2.1.2 Imunitas Spesifik
imunitas spesifik pada bakteri ekstraselluler terdiri dari respon humoral dan sitokin, pada respon humoral antibodi yang mengambil peran penting seperti
menetralkan toksin bakteri dan berperan sebagai pengaktifan komplemen jalur klasik, dengan bantuan komplemen ini bakteri diopsonisasi oleh antibodi dan
komplemen, lalu hasil dari kaskade komplemen yang diaktifkan saperti C3a, C5a dan C5b dapat mengaktifkan degranulasi sel mast dan kemotaksis dari fagosit.
Pada dasarnya Th yang sangat berperan disini, karena Th yang berfungsi sebagai pelipat gandaan antibodi melalui persentasi antigen bakteri terhadap APC
biasanya fagosit yang memperkenalkan antigen bakteri ke sel T.
2.2.2 Sistem Pertahanan Bakteri Intraseluler
Bakteri intraseluler adalah bakteri yang dapat bersembunyi dari respon imun ekstraseluler, biasanya bakteri ini dapat hidup dalam sel fagosit.
2.2.2.1 Imunitas Non Spesifik Fagosit dan sel Natural Killer NK mengambil peran penting, fagosit bekerja
dengan memfagositosis
bakteri dan
dapat menghasilkan
IL-12 sebagai
pengaktivasi sel NK, namun sebaliknya sel NK juga menghasilkan IFN -y yang berfungsi
sebagai pengaktifan
makrofag dan
menambah sifat fagositosis
makrofag. 2.2.2.2 Imunitas Spesifik
Pada imunitas intraseluller, CD4
+
dan CD8
+
yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh. CD4
+
aktif dengan peptide antigen MHC-II yang dapat berdifrensiasi menjadi Th1 yang mengaktifkan fagosit dan Th2 yang mencegah
aktivasi fagosit. Peptide antigen MHC-I mengaktifkan CD8
+
yang akan berdiferensiasi menjadi T toksik menghasilkan sitokin-sitokin yang bersifat toksik terhadap bakteri.