Masih menurut Frick, 1997, pola perencanaan green arsitektur selalu memanfaatkan alam , sebagai berikut:
1. Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
2. Memelihara sumber lingkunganudara, tanah, air. 3. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam.
4. Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi listrik, air dan limbah air, limbah dan sampah.
5. Penghuni ikut serta secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
6. Tempat kerja dan pemukiman terdekat. 7. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-hari.
8. Penggunaan teknologi sederhana. 9. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang
digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin. 10. Kulit dinding dan atapsebuah gedung harus sesuai dengan tugasnya harus
melindungi dirinya dari sinar panas, angin dan hujan. 11. Bangunan sebaiknya diarahkan beorientasi timur barat dengan bagian utara
selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan. 12. Dinding bangunan harus memberikan perlindungan terhadap panas, daya
serap panas dn tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya.
13. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
14. Bangunan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan penyegaran udara secara alamiah dan memanfaatkan angin sepoi-ssepoi untuk
membuat ruang menjadi sejuk. 15. Semua gedung harus bisa mengadakan regenrasi dari segala bahan
bangunan, bahan limbah, dan mudah dipelihara.
3.2.9. INTERPRETASI BANGUNAN DALAM LINGKUNGAN BINAAN
Elemen-elemen desain yang berpengaruh terhadap kesan yang diinginkan adalah skala, bentuk, warna, dan tekstur. Adapun pengertian dari masing-masing
elemen ini adalah:
a. Skala
Universitas Sumatera Utara
• Dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu.
• Untuk menciptakan suasana perkantoran dan perbelanjaan maka skala yang digunakan adalah berkisar antara skala perkotaan dan skala intim.
• Skala intim dapat memberikan suasana akrab dan dekat dengan lingkungannya. Hal ini diterapkan pada sarana rekreasi yang akan dirancang
pada gedung multiuse ini. Sedangkan skala perkotaan membuat manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut.
• Jika D = jarak, dan H = tinggi, maka: o
Skala intim : 1DH2
o Skala perkotaan
: DH = 1-2 Menurut teori Camillo di dalam buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur
Lansekap dijelaskan bahwa ukuran suatu plaza minimal sama dengan tinggi bangunan utama dengan plaza, sedangkan maksimum sebaiknya dua kali
tingginya. Bila DH=1, maka interaksi bangunan terlalu kuat sehinga ruang luarnya tidak terasa sebagai plaza. Dan bila DH=2, maka perasaan terlingkup enclosed
suatu plaza tidak ada. Sedangkan menurut Yoshinobu Ashihara juga di dalam buku yang sama
menyebutkan bahwa perbandingan antara tinggi bangunan dan jarak antar bangunan adalah sbb:
DH=1, ruang terasa seimbang DH1, ruang terlalu sempit sehingga terasa tertekan
DH 1, ruang terasa agak besar
DH 4, pengaruh ruang sudah tidak terasa.
b. Warna
• Menurut A. R. G. Isaag dalam Approach to Architectural Design bahwa warna dalam kaitannya dengan suatu desain adalah unutk menekankan atau
memperjelas karakter suatu objek, memberikan aksen pada bentuk dan bahannya.
• Menurut buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap dijelaskan bahwa warna adalah salah satu elemen yang dapat mengekspresikan suatu objek
disamping bahan, bentuk, tekstur, dan garis. Dan warna dapat menimbulkan kesan yang diinginkan oleh si pencipta dan mempunyai efek psikologis.
c. Tekstur
Universitas Sumatera Utara
Di dalam buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap dijelaskan bahwa:
• Tekstur adalah titik-titik kasar atau halus yang tidak teratur pada suatu permukaan. Titik- titik ini dapat berbeda dalam ukuran, warna, bentuk, atau sifat
dan karakternya. • Fungsi tekstur dapat memberikan kesan pada persepsi manusia melalui
penglihatan visual dapat menghilangkan kesan monoton.
d. Bentuk