Perumusan Masalah Tujuan Perancangan Manfaat Sejarah

Negara Importir Kuantitas Kg Nilai US Thailand Singapura India Pakistan Australia New Caledonia 3.261.600 1.794 84.000 22.000 66.000 671 2.680.828 4.817 73.903 21.280 59.464 800 Sumber : Badan Pusat Statistik BPS Indonesia. 2008

1.2 Perumusan Masalah

Untuk mengurangi ketergantungan impor Asam Sitrat maka diperlukan kontribusi pabrik pembuatan Asam Sitrat melalui proses fermentasi kulit buah nenas.

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan pabrik pembuatan Asam Sitrat melalui fermentasi kulit buah nenas adalah untuk menerapkan disiplin ilmu Teknik Kimia, khususnya di bidang rancang bangun, proses dan operasi teknik kimia sehingga dapat memberikan gambaran kelayakan pra rancangan pabrik pembuatan Asam Sitrat.

1.4 Manfaat

Asam Sitrat banyak digunakan oleh masyarakat terutama sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman. Di sisi lain, buah nenas sebagai salah satu tanaman favorit Indonesia juga banyak diminati masyarakat, namun kulit buahnya kebanyakan menjadi limbah karena dianggap tidak bermanfaat, padahal di dalamnya masih terdapat kandungan gula yang merupakan bahan baku pembuatan Asam Sitrat. Oleh sebab itu, dibutuhkan adanya kajian mengenai Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Sitrat ini sebagai alternatif lain penggunaan kulit buah nenas secara maksimal. Selain itu, hal ini diupayakan dapat mengurangi tingkat impor Indonesia terhadap Asam Sitrat sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, serta mendorong pertumbuhan industri kimia pangan lainnya. Manfaat lain yang ingin dicapai adalah memperluas lapangan kerja dan memacu rakyat untuk meningkatkan produksi dalam negeri yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. BAB II Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah

Asam Sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen kelahiran Iran yang hidup pada abad ke-8, Jabir Ibnu Hayyan. Pada zaman pertengahan, para ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal tersebut tercatat dalam Ensiklopedia Speculum Majus Cermin Agung dari abad ke-13 yang dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais. Asam Sitrat pertama kali diisolasi pada tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele, yang mengkristalkannya dari sari buah lemon. Pembuatan Asam Sitrat skala industri dimulai pada tahun 1860, terutama mengandalkan produksi jeruk dari Italia. Pada tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium dapat membentuk Asam Sitrat dari gula. Namun demikian, pembuatan Asam Sitrat dengan mikroba secara industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I mengacaukan ekspor jeruk dari Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan Amerika, James Currie menemukan bahwa galur tertentu kapang Aspergillus niger dapat menghasilkan Asam Sitrat secara efisien, dan perusahaan kimia Pfizer memulai produksi Asam Sitrat skala industri dengan cara tersebut dua tahun kemudian. Wikipedia. 2008 Di alam, Asam Sitrat tersebar luas sebagai bahan penyusun rasa dari berbagai macam buah-buahan sitrun, nenas, pear, dan lain-lain. Asam Sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8 bobot kering, pada jeruk lemon dan limau misalnya jeruk nipis dan jeruk purut. Karena sifat-sifatnya yang tidak beracun, dapat mengikat logam- logam berat besi maupun bukan besi, dan dapat menimbulkan rasa yang menarik, Asam Sitrat banyak dimanfaatkan di dalam industri pengolahan alkyd resin. Asam Sitrat alami juga banyak diproduksi di Sisilia, India Barat, Kalifornia, Hawaii, dan di berbagai wilayah lainnya. Produksi Asam Sitrat dengan proses fermentasi diterapkan secara besar-besaran dalam skala industri oleh Jerman pada awal abad ke-20 dan sekarang hampir 90 dari seluruh produksi Asam Sitrat di Amerika Serikat dihasilkan dengan cara fermentasi.

2.2 Struktur Kimia dan Sifat-sifat Asam Sitrat