1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pendidikan dapat dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan pendidikan. Pendidikan sebagai suatu upaya untuk membangun
paradaban dan juga merupakan suatu proses bantuan secara sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik,sehingga bisa
beradaptasi secara kreatif terhadap lingkungan serta memnfaatkan lingkungan
sebagai media pembelajaran.
Jean Jacques Rousseau Lily Barlia, 2006 : 1 mengatakan kesehatan dan aktifitas fisik adalah faktor utama dalam pendidikan anak-anak. Secara alami,
dorongan keingintahuan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk proses pembelajran Proses pendidikan akan lebih berhasil apabila tidak hanya
dititikberatkan pada kegiatan membaca buku dan menghafalkan dengan istilah
atau definisi saja,tetapi lebih di fokuskan pada pengetahuannya.
Pendapat yang dikemukakan oleh Rousseau sejalan dengan karteristik anak usia sekolah dasar yang dikemukakan oleh Jean Paget Maslichah
Asy’ari,2006 : 42 siswa yang berada di kelas atas atau 4 sampai dengan 6 pada umumnya memiliki usia 9-12 tahun masuk pada tingkat perkembangan akhir
oprasional konkrit sampai orasional formal. Secara naluri alami, mereka masih berfikir secara konkrit, dan rasa ingin tahu tinggi serta selalu berkeinginan tahu
serta berkelompok dengan situasi yang ada.
Driyarkara Dwi Siswoyo 2011: 25 Pendidikan merupakan gejala semesta fenomena unifersal dan berlangsung sepanjang hayat manusia,
dimanan pun manusia berada. dimana ada manusia di situ ada pendidikan . Jika
2
pendidikan menyiapkan manusia sebagai warga negara yang baik dan melalui pendidikan dimaksudkan agar para warga negara ini menjadi patritisme
nasional.
Dirto Hadisusanto
Dwi Siswoyo:2011:24
Fungsi pendidikan
merupakan serangkaian tugas atau misi diemban dan dilaksanakan oleh pendidikan dan fungsi pendidikan dalam masyarakat meliputi 1 fungsi
sosialisasi, 2 fungsi seleksi,latihan dan alokasi, 3 fungsi inofasi dan
perubahan sosial 4 fungsi pengembangan pribadi dan sosial.
Berdasarkan pendapat di atas pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada landasan
pemikiran tertentu .Oleh karena itu dengan memanusiakan manusia melalui pendidikan, didasarkan atas pandangan hidup atau filsafat hidup, bahkan latar
belakang sosiokultural tiap-tiap masyarakat, serta pemikiran –pemikiran
psikologis tertentu. Arief S.Sadiman,dkk 2009 : 2 Mengemukakan bahwa Belajar adalah
suatu proses yang komleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
Salah satu pembelajaran dalam kurikulum di sekolah dasar adalah ilmu pengetahuan alam. IPA berhubungan dengan cara tentang alam secara
sistematis sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep prinsip, dan proses penemuan. Proses pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung bagi siswa untunk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara
alamiah.
3
Menurut De Vito 1993 pembelajaran ipa yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. siswa diberikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan,
membangkitkan ide-ide
siswa membangun
keterampilan dan skill yang di pperlukan,dan menimbulkan kesadarn siswa bawa belajar IPA sangat diperlukan dan sangat penting untuk di pelajari bagi
siswa sejak sekolah dasar. Karena ini baik untuk perkembangan pengetahuan mereka khususnya di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk
rasa ingin tahu secara alamiah bagi anak didik.Hal ini mampu mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.
Anak akan lebih paham jika mempelajari seuatu secara langsung dari hal yang sebenarnya, mereka akan lebih memahaminya dan mengerti jika di dalam
pembelajaran terdapat suatu proses penemuan. Dengan cara menghafal yang biasa guru lakukan dan terapkan kepada peserta didik juga kurang
memungkinkan anak tersebut mengkaitkan materi dengan lingkungan sehari- hari, sehinnga kurang berguna dalam membantu anak dalam memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan yang berhubungan dengan pendidikan ilmu pengetahuan alam. Pada hakikatnya, pendidikan ilmu pengetahuan alam secatra
garis besar mempunyai tiga komponen yaitu.IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, IPA sebagai sikap ilmiah Patta Bundu 2006:11 mengemukakan
adanya suatu cara untuk mendukung kegiatan dalam pembelajaran IPA yaitu salah satunya melalui pemanfaatan lingkunagn alam sekitar dalam
pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA pada umumnya masih dominan menggunakan metode
ceramah dan penugasan yang terkesan kaku sehingga kurang memberikan kesempatan
kepada siswa
untuk berintraksi
dengan benda-benda
4
konkret.Selama ini siswa kurang diberi kesempatan oleh guru untuk melakukan observasi, penyelidikan, memahami sendiri, dan melakukan eksperimen
terhadap konsep-konsep IPA melalui pengamatan nyata. Sebenarnya hal terpenting untuk diperhatikan guru di dalam proses
belajar mengajar, adalah bagaimana mentransformasikan siswa sebagai pengobservasi pasif menjadi aktif di dalam proses pembelajaran. Dengan
membawa peserta didik belajar dari situasi yang biasanya di kelas kedunia nyata akan lebih menarik minat, semangat, dan perhatian mereka,
dibandingkan hanya mencari akal-akal cerita, ceramah, atau hal-hal yang sama seperti itu.
Lingkungan alam sudah seharusnya dijadikan sebagai alat bantu pelajaran, dan hal ini merupakan salah satu pelaja
ran tentang “kehidupan nyata”. Teknik mengajar dengan lingkungan alam sekitar adalah kegiatan yang
melibatkan anak untuk berhadapan langsung dengan objek belajarnya.Anak di fasilitasi dan di bimbing untuk menemukan informasi, dan data tentang objek
belajarnya sebanyak mungkin melalui observasi langsung oleh dirinya sendiri. Teknik mengajar pendekatan lingkungan alam sekitar PLAS dapat
dilaksanakan dengan sendirinya, lingkungan alam sekitar sekolah dapat dijadikan sebagai media untuk mengarahkan aktivitas siswa dalam proses-
proses yang tidak pernah ada batasnya Lily Barlia 2006: 54. Pemberian materi pada siswa sekolah dasar akan lebih mudah dipelajari
jika bersal dari lingkungan sekitar siswa. Siswa dengan mudahnya melakukan aktivitasnya pembelajaran dengan materi pelajaran dan memberikan
pemahaman nyata bagi siswa.Pendekatan lingkungan alam sekitar sangat
5
penting dalam pembelajaran IPA karena pembelajaran akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa berintraksi langsung padalingkungan.
Karakter anak usia sekolah dasar ini perlu untuk dimanfaatkan dan digunakan agar proses belajar mereka lebih bermkna. Mereka akan lebih
antosias jika diberi kesempatan dan di fasilitasi untuk belajar dilingkungan nyata atau dilingkungan di sekitar sekolah. Penerapan proses belajar dan
mengajar dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia dilingkungan alam sekitar sekolah sebagai sumber belajar dan media pembeljaran sebagai
salah satu alternative yang sangat potensial untuk dikembangkan dari pada pembelajaran dikelas saja dan juga bias meningkatkan rasa keingintahuan
siswa lebih tinggi. Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti bersama guru kelas
III SD 2 Blunyahan, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru belum memanfaatkan media yang ada dilingkungan sekitar serta kegiatan
pembelajaran IPA lebih cenderung dilaksanakan didalam kelas. Guru belum pernah mencoba untuk mengajak siswa untuk belajar diluar kelas dengan
menggunakn media lingkungan alam sebagai sumber belajar.Media yang guru gunakan kurang kreatif dan berpusat pada guru, saat melakukan observasi dan
wawancara guru menyatakan bahwa dari siswa kelas III yang berjumlah 34 siswa tersebut hanya 40 yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal,
60 belum mampu memenuhi KKM dilihat dari hasil belajar IPA pada semester I tahun ajaran 20152016.
Berdasarkan hasil temuan masalah diatas, hal itulah yang menyebabakan rendahnya nilai hasil belajar siswa pada matapelajaran IPA kelas III SD 2
Blunyahan, jika masslah tersebut tidak diatasi maka akan berdampak pada nilai
6
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas III SD 2 Blunyahan.Media lingkunagan alam sebagai media pembelajaran dapat membawa peserta didik
kearah pemikiran yang lebih baik dan terbuka, dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa terhadap keadaan alam semesta beserta
isinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Aristo Rohadi 2003: 31 bahwa pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan cepat
membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik apabila siswa merasa senang dan mengerti pembelajaran yang di terimanya. Anak
–anak yang di bawa ke lingkungan langsung, akan mempunyai pemahaman dan konsep-
konsep jauh lebih baik dari pada mereka yang hanya membaca buku. Peran seorang guru sangat berpengaruh dalam upaya pendekatan
lingkungan alam
sebagai sumber belajar.
Guru lebih
ditekankan memperkenalkan dan menjelaskan latar belakang anak, mengerjakan kegiatan
– kegiatan yang di lakukan dalam proses belajar siswa. Berdasarkan keadaan dan problematika yang telah di uraikan diatas, peneliti tertarik mengadakan
penelitian bagaimana Peningkatan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas III Di SD 2 Blunyahan .
Oleh karena itu, peneliti dan guru bermaksud untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan suatu penelitian tindakan kelas
PTK dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajran IPA
siswa kelas III SD 2 Blunyahan dengan menggunakan media lingkungan alam . B.
Identifikasi Masalah
Diambil dari latar belakang SD 2 Blunyahan dapat di identifikasikan beberapa masalah yang muncul di SD 2 Blunyahan antara lain:
1. Pembelajaran IPA di dalam kelas tidak menggunakan proses ilmiah.
7
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA belum memenuhi KKM.
3. Guru kurang kreatif dalam membuat media, masih terbatas dan guru tidak
menggunakn lingkungan alam sebagai media belajar.
C. Pembatasan Masalah