UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI I BLUNYAHAN, SEWON BANTUL, DIY.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA

KELAS IVB SD NEGERI I BLUNYAHAN, SEWON, BANTUL, DIY.

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Wiwin Hendrawan NIM 12108249069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA

KELAS IVB SD NEGERI I BLUNYAHAN, SEWON, BANTUL, DIY.

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Wiwin Hendrawan NIM 12108249069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTTO

“Kalau anda menginginkan perubahan kecil dalam hidup, maka ubahlah perilaku anda. Tetapi bila anda menginginkan perubahan yang lebih besar dan mendasar,

ubahlah pola pikir anda”

(Stephen Covey)

“Jangan pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita takkan pernah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal akan

hidup ini”


(7)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan rasa syukur Kepada Allah SWT, maka karya skripsi ini ku persembahkan kepada:

1. Orang tua tercinta Bapak Mirwansyah dan Ibu Rosfinda yang tak kenal lelah dan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhanku dan menyertai ku dalam setiap doa’nya.

2. Almamaterku tercinta Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama.


(8)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA

KELAS IVB SD NEGERI I BLUNYAHAN, SEWON

BANTUL, DIY.

Oleh

Wiwin Hendrawan NIM 12108249069

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan media Audio-Visual pada siswa kelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan, Sewon, Bantul, DIY.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kemis dan Mc. Tagrt. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan sebagai pelaksanaan tindakan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan yang berjumlah 30 siswa. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes, observasi, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPS kelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan, Sewon Bantul DIY. Hasil belajar saat pra tindakan, rata-rata kelas adalah 70,13 untuk ketuntasan ada 11 siswa atau 47% dan belum tuntas ada 19 siswa atau 63%. Hasil ini belum memenuhi KKM yaitu 75,00. Pada siklus I diperoleh peningkatan hasil rata-rata kelas 83,16, ketuntasan ada 21 siswa atau 70% dan belum tuntas ada 9 siswa atau 30% berarti ada kenaikan nilai rata-rata pra tindakan ke siklus I sebesar 13,03%, sedangkan siklus II hasilnya mengalami kenaikan lagi yaitu rata-rata kelas meningkat menjadi 86,2 dan ketuntasan ada 27 siswa atau 90% dan belum tuntas ada 3 siswa atau 10%, dengan demikian ada kenaikan rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 3,04. Selain itu keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran juga meningkat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, bekerja dalam kelompok dan mengemukakan pendapat.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, perlindungan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penggunaan Media Audio-Visual pada Siswa Kelas IVB SD Negeri I Blunyahan, Sewon Bantul, DIY”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin berhasil disusun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menuntun ilmu di kampus FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan berbagai kemudahan. 3. Kajur PSD yang telah memberikan motivasi pengarahan.

4. Ibu Haryani, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan pemikiran dalam membimbing penulisan sampai penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Drs. Anwar Senen, M.Pd. Dosen ahli (Expert Judgment) yang telah menguji keabsahan instrument maupun perangkat pembelajaran yang akan digunakan.


(10)

6. Bapak dan Ibu Dosen PGSD FIP UNY yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan, sehingga ilmu tersebut dapat penulis gunakan dalam penulisan Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Bapak Sudiana, S.Pd. Kepala Sekolah SD Blunyahan Sewon Bantul, yang telah memberikan izin serta dukungan untuk melaksanakan penelitian di kelas IV SD Blunyahan Sewon Bantul.

8. Ibu Rian Afrina Dewi, S.Pd. Wali kelas IVB SD Blunyahan Sewon Bantul, yang telah bersedia bekerjasama dan pelaksana tindakan dalam pelaksanaan penelitian ini.

9. Siswa-siswi kelas IVB SD Blunyahan Sewon Bantul atas semangat dan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran pada penelitian yang dilaksanakan oleh penulis.

10.Bapak dan Ibu tercinta, yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan baik secara materi, moral, dorongan, nasehat serta do’a dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati serta kasih sayang.

11.Keluarga Bapak Suparlan. M.Pd selaku Kepala Asrama yang telah memberikan motivasi, dorongan serta kebersamaan dan kekeluargaan, sehingga penulis merasa nyaman ketika melaksanakan penyusunan skripsi. 12.Fitriana yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan

skripsi ini

13.Teman-teman PPGT ber asrama, selaku Teman Seperjuangan yang telah memberikan motivasi, dorongan serta rasa kebersamaan dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini.


(11)

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara satu persatu yang telah memberikan pemanfaatan, baik moril maupun materi dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, hanya untaian doa semoga semua bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal shale yang diterima dan mendapat balasan dari Allah SWT

.

Penulis

berharap skripsi ini memberikan sumbangan yang positif di bidang pendidikan dan pengajaran khususnya Pelajaran IPS.

Yogyakarta, 14 November 2016 Penulis.


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PPERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPS ... 8

1. Pengertian IPS ... 8

2. Keterampilan dalam IPS ... ... 9

3. Karakteristik IPS ... ... 9

4. Tujuan Pembelajaran IPS ... 11 hal


(13)

5. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPS ... 13

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 14

1. Pengertian Hasil Belajar ... 14

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19

C. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran ... 20

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 20

2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran ... 22

3. Fungsi Media Pembelajaran ... 25

4. Pertimbangan Pemilihan Media ... 26

5. Klasifikasi dan Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 29

D. Media Pembelajaran Audio Visual ... 31

1. Pengertian Media Audio Visual ... 31

2. Klasifikasi dan Jenis-Jenis Media Audio Visual ... 34

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual ... 37

4. Fungsi dan Manfaat Media Audio Visual ... 38

5. Langkah-langkah Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran IPS ... 40

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 42

F. Kerangka Pikir ... 45

G. Hipotesis Penelitian ... 46

H. Definisi Operasional ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Desain Penelitian ... 49

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 50

E. Rencana Tindakan ... 51

F. Metode Pengumpulan Data ... 53


(14)

H. Validitas Instrumen ... 61

I. Teknik Analisis Data ... 61

J. Indikator Keberhasilan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 64

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 65

C. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Tindakan) ... 67

D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 70

1. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 71

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 72

3. Hasil Tes Tindakan Siklus I ... 79

4. Hasil Observasi Siklus I ... 82

5. Refleksi Tindakan Siklus I ... 86

E. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 89

1. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 89

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 90

3. Hasil Tes Tindakan Siklus II ... 95

6. Hasil Observasi Tindakan Siklus II ... 98

7. Refleksi Tindakan Siklus II ... 100

F. Pembahasan ... 101

G. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel: 1. SK dan KD IPS kelas IV SD semester II ... 13

Tabel: 2. SK dan KD IPS kelas IV SD semester II dalam penelitian (Silabus KTSP 2006) ... 14

Tabel: 3. Kisi-kisi instrumen lembar observasi aktivitas guru ... 58

Tabel: 4. Kisi-kisi instrumen lembar observasi aktivitas siswa ... 58

Tabel: 5. Kisi-kisi instrumen tes pada siklus I ... 59

Tabel: 6. Kisi-kisi pedoman angket terhadap siswa ... 60

Tabel: 7. Daftar Nama siswa kelas IV SDN 1 Blunyahan ... 66

Tabel: 8. Rekap nilai Pra Tindakan Kelas IV SDN Blunyahan ... 68

Tabel: 9. Ketuntasan Belajar Siswa Pra Tindakan ... 69

Tabel: 10. Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 71

Tabel: 11. Hasil Belajar Siswa pada Tindakan Siklus I ... 80

Tabel: 12. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 81

Tabel: 13. Refleksi Siklus I ... 88

Tabel: 14. Hasil belajar siswa Siklus II ... 96

Tabel: 15. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 97 hal


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran ... 25

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 46

Gambar 3. Desain Model PTK Menurut Kemmis Dan Mc. Taggart ... 49

Gambar 4. Diagram Pencapaian KKM Pra Siklus ... 69

Gambar 5. Siswa Mengamati Video ... 74

Gambar 6. Siswa Mengamati Video ... 76

Gambar 7. Siswa Mengerjakan LKS ... 77

Gambar 8. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi ... 78

Gambar 9. Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I ... 81

Gambar 10. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 87

Gambar 11. Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II 97

Gambar 12. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 100 hal


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ... 111

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 149

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 166

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ... 203 hal


(18)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), mengalami perubahan yang sangat pesat serta banyak membawa pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan manusia baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, terutama dalam bidang pendidikan. Agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, maka diperlukannya berbagai penyesuaian-penyesuaian dan berbagai perbaikan, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran di sekolah sebagai upaya yang diselenggarakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, penyesuaian dan berbagai perbaikan harus dilakukan di sekolah terutama terkait dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Asep Jihat dan Abdul Haris (2012: 11), pembelajaran adalah suatu proses yang terdiri dari dua aspek yang dikombinasikan menjadi satu yaitu belajar dan mengajar. Belajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru.

Kegiatan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari beberapa komponen pendukung yaitu guru, siswa, dan perangkat-perangkat pembelajaran. Guru memegang peran utama dalam pembelajaran yaitu sebagai fasilitator, motivator, dan mobilisator dalam mengajar. Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, menciptakan suasana belajar mengajar yang bermakna dan


(19)

menyenangkan bagi siswa. Tidak jamannya jika pembelajaran hanya berpusat kepada guru (teacher centered). Pada saat ini yang menjadi subjek pembelajaran yaitu siswa, artinya pembelajaran harus berpusat kepada siswa (student centered). Dengan demikian, dalam proses pembelajaran aktifitas siswa sangat diperlukan. Siswa harus berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu seorang guru sangat dituntut dalam mengelolah kelas serta merancang pembelajaran sebaik mungkin agar pembelajaran tersebut menarik, bermakna, serta dapat meningkatkan hasil belajar.

Pembelajaran yang optimal, serta menyenangkan dapat mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Tiap mata pelajaran memiliki kompetensi tertentu yang harus dicapai oleh siswa, salah satunya adalah mata pelajaran IPS yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran di sekolah dasar yang diintegrasikan dari beberapa mata pelajaran, yaitu: Sejarah, Ekonomi, dan Geography, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya (Sapriya 2009: 7). Mata pelajaran IPS tidak kalah pentingnya dengan mata pelajaran lainnya yang harus diajarkan dan dipahami oleh siswa. Guna menyiapkan para generasi penerus bangsa yang cintah tanah air, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, serta membentuk siswa nantinya menjadi masyarakat sosial.

Mata pelajaran IPS mengkaji tentang seperangkat peristiwa-peristiwa, konsep, fakta dan generalisasi yang berkaitan isu sosial. Hal ini tentunya masih sangat abstrak bagi siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar umumnya berada pada tahap operasi konkret. Mereka berpikir logis terhadap objek yang


(20)

konkret (Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 106). Oleh karena itu guru harus menciptakan pembelajaran yang konkrit bagi siswa. Salah satu yang harus dilakukan guru adalah dengan mengembangkan media pembelajaran yang lebih bervariasi sehingga materi khususnya mata pelajaran IPS terlihat lebih konkret dan dapat tersampaikan dengan baik serta dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas IVB SDN 1 Blunyahan, pembelajaran IPS yang dilakukan guru masih kurang menarik perhatian siswa. Hal ini tampak ketika proses pembelajaran IPS di kelas siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Kemudian siswa juga sering ramai sendiri dan gaduh dengan temannya. Selain itu ada juga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi IPS yang sifatnya abstrak. Hal ini menjadi permasalahan dalam pembelajaran, karena secara tidak langsung materi IPS tidak tersampaikan dengan baik kepada siswa.

Proses pembelajaran yang kurang menarik akan berdampak kepada siswa, salah satunya adalah rendahnya hasil belajar IPS siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IVB diperoleh informasi hasil belajar IPS siswa kelas IVB masih tergolong rendah. Dari jumlah 30 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (75), hanya 11 siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM 19 siswa.

Permasalahan di atas diduga guru belum menggunakan media pembelajaran yang mendukung ketika mengajar. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran di kelas IVB khususnya mata pelajaran IPS masih berpusat pada


(21)

guru. Guru lebih aktif dibanding dengan siswa. Selain itu cara guru dalam menyampaikan materi masih dominan menggunakan metode ceramah, sehingga kurang menarik perhatian siswa.

Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dapat berpengaruh terhadap minat, motivasi, serta hasil belajar. Hasil belajar adalah faktor utama dalam pembelajaran, dengan hasil belajar akan dapat mengetahui materi yang disampaikan dapat dipahami atau tidak oleh siswa. Oleh karena itu dalam meningkatkan hasil belajar IPS guru harus mampu menguasai dan mengembangkan berbagai cara mengajar yang lebih variasi. Salah satu diantaranya adalah penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran IPS.

Berbagai penelitian telah mengungkap dari keunggulan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran serta dapat merangsang siswa untuk berpikir. Arief S. Sadiman, dkk (2009: 17-18), mengemukakan kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: 1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, 3) dapat mengatasi daya pasif anak didik, 4) memberikan rangsangan yang sama, 5) mempersamakan pengalaman dan persepsi.

Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS adalah dengan menggunakan media audio visual. Media audio visual yaitu media pembelajaran berbasis teknologi. Dapat dikatakan media pembelajaran yang trend pada saat ini.


(22)

Media audio visual menggabungkan dua unsur yaitu: audio (suara) dan visual (gambar diam, dan gerak), sehingga dalam penyajiannya akan lebih lengkap dan optimal dibanding dengan media visual atau media audio saja.

Media audio visual dapat membantu guru maupun siswa dalam pembelajaran IPS. Siswa juga akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir siswa SD masih bersifat konkret, maka media ini dapat mengatasi sesuatu yang sifatnya abstrak. Selain itu media audio visual juga dapat menciptakan proses pembelajaran IPS yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dilihat dari penggunaannya, media audio visual masih jarang digunakan oleh guru di SD Negeri 1 Blunyahan, maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penggunaan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IVB SDN I Blunyahan, Sewon, Bantul, DIY”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka muncul beberapa masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Hasil belajar IPS kelas IVB masih rendah, karena 19 siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum IPS yaitu 75.

2. Cara mengajar guru dalam pembelajaran IPS yang kurang menarik perhatian siswa.


(23)

4. Guru belum menggunakan media atau alat peraga yang mendukung dalam pembelajaran IPS.

5. Media audio visual yang belum pernah digunakan dalam pembelajaran IPS.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah di atas serta keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian tindakan kelas ini difokuskan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan, Sewon, Bantul, DIY.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut: Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas IVB SDN I Blunyahan, Sewon, Bantul, DIY.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan media audio visual pada siswa kelas IVB Negeri 1 Blunyahan, Sewon, Bantul, DIY.


(24)

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan semangat dan hasil belajar IPS siswa.

2) Membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman materi IPS melalui media audio visual.

3) Dapat menambah sumber belajar IPS. b. Bagi guru

1) Sebagai masukan bagi guru kelas untuk dapat memilih dan mengunakan media pembelajaran terutama media audio visual guna meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

c. Bagi Sekolah

1) Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan media pembelajaran yang baru terutama media audio visual dalam pembelajaran lainnya.

d. Bagi mahasiswa

1) Manfaat bagi mahasiswa dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai seorang calon guru diharapkan dapat menambah pengalaman langsung di lapangan serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang keguruan.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPS

1. Pengertian IPS

Menurut Sapriya (2009: 7) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau sering dikenal dengan IPS adalah mata pelajaran yang di intergrasikan dari beberapa mata pelajaran yaitu Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian dari IPS adalah tentang hubungan antar manusia dan lingkungan hidupnya. Latar telaahnya adalah kehiduapan nyata manusia (Djodjo Suradisastra, dkk 1993: 4-5).

Selanjutnya, Fakih Samalawi dan Bunyamin Maftu (1999: 1) berpendapat bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang dipadukan dari ilmu-ilmu sosia serta konsep-konsep dasar yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Menurut Savage dan Armstrong (Fakih Samalawi dan Bunyamin Maftu 1999: 5-8), struktur Ilmu Pengetahuan serta Ilmu Sosial, tersusun dalam 3 tingkatan dari yang paling sempit ke yang paling luas yaitu fakta, konsep, dan generalisasi. Ketiga aspek tersebut memberi dukungan untuk membangun materi yang terkait dengan ilmu-ilmu sosial.


(26)

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang di integrasikan dari berbagai cabang ilmu sosial yaitu: Geografis, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, dan tata negara dan Sejarah. IPS mengkaji tentang kehidupan sosial serta hubungan manusia dengan dunia lingkungannya.

IPS yang diajarkan di sekolah dasar terdiri dari dua kajian pokok yaitu ilmu pengetahuan sosial dan sejarah. Kajian pokok pengetahuan sosial terbagi kedalam lingkungan sosial, geografi, ekonomi, dan pemerintahan. Sedangkan kajian sejarah berhubungan dengan perkembangan masyarakat dari masa lampau hingga sampai sekarang ini. IPS mengkaji tentang fakta, konsep, serta generalisasi yang pada dasarnya memberi dukunga terhadap materi ilmu sosial.

2. Keterampilan dalam IPS

Menurut Enok Maryani, dan Hellius S. (2009: 2), Keterampilan IPS secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Keterampilan Studi Pekerjaan (Work Study Skill), contohnya: membaca, membaca peta, membuat out-line, dan dan menginterprestasikan grafik. (2) Keterampilan proses kelompok (Group-Process Skill), contohnya: berpikir kritis dan memecahkan masalah. (3) Kerterampilan hidup sosial (Sosial-Living Skill), contohnya: tanggung jawab, bekerjasama dengan orang lain, dan lain-lain.

3. Karakteristik IPS

Depdiknas (2003: 5) menguraikan karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD sebagai berikut:


(27)

a. Pengetahuan sosial merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi, ekonomi, dan sejarah.

b. Materi kajian pengetahuan sosial berasal dari struktur keilmuan sosiologi, geografi, ekonomi, dan sejarah. Dari kelima struktur keilmuan tersebut dirumuskan materi kajian untuk pengetahuan sosial. c. Materi ilmu pengetahuan sosial juga menyangkut masalah sosial dan

tema-tema yang dikembangkan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Interdisipliner yang melibatkan disiplin ilmu ekonomi, geografi, dan ilmu sejarah, sedangkan multidisipliner yang mengkaji berbagai aspek.

d. Materi pengetahuan sosial menyangkut peristiwa dan perubahan masyrakat masa lalu dengan prinsip sebab akibat dan kronolgis, masalah-masalah sosial, isu-isu global yang terjadi di masyarakat, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, serta upaya untuk survive (perjuangana hidup), termasuk pemenuhan kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupan, serta system bangsa dan bernegara.

Pada dasarnya Ilmu pengetahuan Sosial memiliki ciri khusus sebgai berikut:

a. Sebagai mata pelajaran yang mempersiapkan warga Negara yang rukun.

b. IPS tidak hanya mengkaji berbagai ilmu sosial saja, tetapi dapat mencakup komponen-komponen lain seperti: pendidikan, etika, pertimbangan filsafat, agama, sosial, bahan pengetahuan yang berasal dari sumber disiplin lainnya.

c. IPS memberikan pemikiran yang rasional dalam mengambil keputusan atas dasar pendidikan nilai, memuat beberapa keterampilan dasar antara lain keterapilan berfikir, keterampilan melakukan penyelidikan dalam ilmu-ilmu sosial (Inquiri), keterampilan studi (akademis), serta keterampilan sosial yang harus diajarkan dalam IPS.

d. Persiapan untuk mencapai tujuan sebagai warga Negara yang baik, dan bertindak secara rasional.


(28)

e. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran IPS menekankan pada model pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran (Hidayati 2002: 19-20).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan karakteristik IPS sebagai mata pelajaran yang terpadu dari beberapa mata pelajaran Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, serta membahas yang terkait dengan isu-isu sosial dan ilmu sosial lainya. IPS juga sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan-keterampilan yang bersumber dari ilmu-ilmu sosial, selain itu IPS mengkaji tentang berbagai kehidupan manusia serta hubungan dengan lingkungannya.

4. Tujuan pembelajaran IPS

Dalam Kurkulum 2006 atau dikenal dengan Kurikulum Satuan Pendidikan tingkat Persekolahan (KTSP) tujuan pembelajaran IPS dilatar belakangi oleh pertimbangan pada masa yang akan datang. Siswa selalu dihadapkan pada tantangan era Global yang mana mengalami perubahan secara terus menerus. Perubahan tersebut selalu ada dan tidak bisa ditolak keberadaanya. Oleh karena itu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang sebagai sarana utuk mempersiapkan siswa dalam mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam kehidupan bermasayarakat yang dinamis (Dadang Supardan 2015: 61).


(29)

Sebagaimana yang telah ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional (Dadang Supardan 2015: 61) memuat tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:

a. Untuk mengenal berbagai konsep-konsep yang berhubungn dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memcahkan masalah, dan memiliki keterampilan dalam kehidupan sosial, dan kemanusiaan.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan Global.

Dapat disimpulkan tujuan IPS sebagai sarana yang mengupayakan siswa untuk memahami kehidupan sosialnya serta kedaan yang berhubungan dengan lingkungannya. IPS juga sebagai tujuan untuk memepersiapkan siswa yang memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang dapat di aplikasikan dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Untuk mencapai tujuan IPS di atas, maka tujuan IPS dikembangkan melalui dikurikulum 2006 (KTSP), dan dimuat dalam Standar kompetensi dan kompetensi dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.


(30)

5. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPS kelas IV SD

Berdasarkan penetapan yang termuat dalam silabus Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD pada semester II tahun ajaran 2015/2016 terdapat satu Standar Kompetensi, dan empat kompetensi dasar yang di tetapkan sebagai berikut:

Tabel: 1. SK dan KD IPS kelas IV SD semester II

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 2. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi

di lingkungan

kabupaten / kota dan provinsi.

2.1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkat-kan kesejah-teraan

masyarakat

2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4. Mengenal permasa-lahan sosial di

daerahnya

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan pada pembelajaran IPS khususnya kelas IVB dengan menggunakan media pembelajaran audio visual mengacu pada SK dan KD yang ada pada tabel 2. Hal ini dikarenakan SK dan KD tersebut cocok digunakan dengan menggunakan media audio visual. Selain itu terdapat pada semester II yang berupa materi lanjutan dari materi sebelumnya ketika pelaksanaan penelitian yaitu tepatnya pada bulan Maret sampai April.


(31)

Tabel: 2. SK dan KD IPS SD kelas IV semester II dalam penelitian

(Silabus KTSP 2006)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi.

2.3Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

2.4Mengenal permasa-lahan sosial di daerahnya

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Wina Sanjaya (2008: 229) mendefinisikan belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan, baik dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Asep Jihad dan Abdul Haris (2012: 1), belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif.

Belajar sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai perubahan perilaku terhadap individu yang belajar. Kemudian perubahan-perubahan perilaku yang dicapai oleh seseorang tersebut merupakan hasil belajar (Purwanto 2014: 45). Menurut Muri Yusuf (2015: 181), hasil belajar merupakan wujud pancapaian siswa, sekaligus lambang keberhasilan pendidik dalam membelajarkan siswa.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu: “hasil” dan “belajar”. Hasil merupakan sesuatu yang


(32)

diperoleh setelah melakukan berbagai aktifitas. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengusahakan terjadinya perubahan-perubahan pada diri indivdu. Penggabungan dua kata tersebut dapat diartikan: hasil belajar yaitu sesuatu yang diperoeh oleh sesorang setelah mengikuti kegiatan belajar. Hasil belajar berupa perubahan-perubahan tingkah laku yang telah dicapai (Purwanto 2014: 44).

Menrut Nana Sudjana (2009: 3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ketiga bidang ini menjadi hal yang penting terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Benyamin Bloom (Nana Sudjana 2009: 23-33) yang mengklasifikasikan hasil belajar secara garis besar terbagi kedalam tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup aktifitas mental (otak). Dalam aspek kognitif lebih menkankan pada hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek sebagai berikut:

a. Pengetahuan atau ingatan

Aspek pengetahuan atau hafalan yang mana menuntut siswa untuk mengigat kembali informasi yang telah diterima sebelumnya, yakni mampu medefinisikan, menyebutkan, memilih, atu menyatakan kembali. Hal ini sering digunakan seperti


(33)

mengingat atau menghafal rumus-rumus dalam pembelajaran, nama-nama tokoh, kota dan lainya.

b. Pemahaman

Aspek pemahaman lebih tinggi satu jenjang dari pengetahuan atau ingatan, karena dalam tahap ini siswa lebih dihubungkan dengan pemahamannya sediri tentang pengetahuan yang diperoleh dan dapat dijelaskan secara susunan Bahasanya sendiri.

c. Aplikasi/penerapan

Pada aspek ini lebih menekankan kepada penerapan atas pengetahuan yang dipahami oleh siswa. Siswa diharapkan mampu menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari menjadi sesuatu hal yang baru serta mampu memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari mereka.

d. Analisis

Aspek analisis lebih menekankan kepada usaha untuk memilah susatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga memperjelas urutannya.

e. Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengtahuan yang ada sehingga terbentuk suatu pola baru yang menyeluruh.


(34)

f. Evaluasi

Pada tahap evaluasi merupakan tahap yang paling tinggi yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai sesuatu, gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

2. Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku yang muncul dalam dirinya. Minsalnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah, ataupun mengenai tentang motivasi, minat siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan lain sebagainya.

3. Psikomotor

Hasil belajar aspek psikomotoris lebih berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Dalam aspek psikomotor terdapat enam tingkatan keterampilan yaitu gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan preseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, adutif, motoris, dan lain-lain. Kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. Gerakan-gerakan skill, mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.


(35)

Hasil belajar merupakan faktor utama dalam pembelajaran. Siswa dikatan berhasil belajar ketika siswa tersebut mengalami perubahan-perubahan setelah mengikuti proses pembelajaran. Menilai pencapaian hasil pembelajaran siswa merupakan tugas pokok yang harus dilakukan oleh guru, sebagai konsekuensi logis kegiatan pembelajaran yang telah gvdilakukan untuk mengetahui serta mengambil keputusan tentang keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Kualitas pembelajaran tentunya dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan hasil belajar tidak hanya dilahat dari aspek kognitif saja, tetapi afektif, dan psikomotorik juga sangat penting untuk dinilai.

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan belajar merupakan rangkaian berbagai aktifitas yang dilakukan seseorang serta berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat menculkan perubahan-perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor. Sedangkan perubahan yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar merupakan hasil dari belajar.

Hasil belajar IPS merupakan perubahan-perubahan tingkah laku yang dicapai siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor stelah mengikuti proses pembelajaran IPS. Dalam penelitian ini Hasil belajar IPS lebih memfokuskan pada aspek kognitif yang dapat dilihat pada akhir setelah proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran audio visual. Mengacu pada pendapat Bloom yang telah dijelaskan di atas sebelumnya pada aspek kognitif terbagi dalam enam


(36)

tingkatan yaitu pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Dari enam domain kognitif tersebut yang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar yaitu C1, C2, dan C3 karena sesuai dengan tahapan berpikir siswa sekolah dasar yang masih berpikir pada tahap operasional konkrit.

Hal ini juga dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 121) yang menyatakan bahwa beberapa hasil belajar kognitif yang cocok diterapkan disekolah dasar yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan, sedangkan aspek analisis, sintesis, dan evaluasi didapat dilatih pada jenjang SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Meski melalui proses belajar yang sama hasil yang diicapai oleh seseorang tidak akan sama, karena proses pembelajaran dapat dipengaruhi berbagai faktor. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa (factor Internal), dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (factor eksternal). Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai (Musfiqon 2012: 8).

Menurut Sabri (Musfiqon 2012: 10), ada tiga unsur dalam kualitas pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dari sisi eksternal yaitu kompetensi guru, karakteristik kelas, dan karakteristik


(37)

sekolah. Ketiga unsur tersebut dapat memberi pengaruh dalam proses belajar.

M. Dalyono (2010: 55-60) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi ketercapaian hasil belajar yaitu: 1) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri), faktor internal yang didalamnya mencakup kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar, dan lain-lain. 2) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri), yang mencakup keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan sekitar, dan lain-lain.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: 1) faktor internal (yang berasal dari dalam diri) dan 2) faktor eksternal (yang berasal dari luar). Faktor internal di dalamnya yang mencakup baik dari segi fisik seperti kesehatan jasmani dan rohani, maupun psikologi seperti, minat, motivasi, kecerdasan, dan kemampuan kognitif anak. Faktor eksternal yang mencakup linkungan alam, sosial, instrumental sosial, latar belakang keluarga, masyarakat, kurikulum atau bahan ajar, guru, dan lain-lain.

C. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran

1. Pengertian media pembelajaran

Memahami tentang media dapat di tinjau dari dua aspek, yaitu berdasarkan pengertian secara Bahasa dan berdasarkan terminologi. Musfiqon (2012: 26). Kata media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti „perantara’ atau „pengantar’. Kata kunci yang perlu di ingat dari media


(38)

yaitu: “perantara atau pengantar”. Pengertian media berdasarkan terminologi, para pakar media pendidikan memberikan terminologi yang cukup beragam tentang media berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing.

Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media tersebut mengandung pesan-pesan ataupun informasi yang bertujuan sebagai intruksional maupun mengandung maksud yang berkaitan langsung dengan pengajaran (Annas Salahudin 2015: 199).

Menurut Sadiman (Musfiqon 2012: 26), media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim dan yang menerima pesan. Sejalan dengan pendapat yang di kemukakan oleh, Criticos (Daryanto 2013: 4). Media sebagai salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Pengertian dari media secara garis besar, sangat luas, para ahli memberikan terminology media yang cukup beragam, namun dalam hal ini pengertian media hanya dibatasi pada media pendidikan saja, yaitu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan sebagai perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, proses komunikasi


(39)

tidak berjalan lancar, jika tanpa bantuan dari sarana untuk menyampaikan pesan (Hujair AH Sanaky 2013: 3).

Pendapat para di atas memberikan beragam pengertian tentang media pembelajaran, maka dapat disimpuklan media merupakan sebagai wahana atau sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan maupun informasi yang berkaitan dengana pembelajaran. Media juga sebagai alat yang dapat merangsang fikiran, perasaan, perahatian dan keinginan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran.

2. Tujuan dan manfaat media pembelajaran

a. Tujuan media pembelajaran

Tujuan dari media pembelajaran menurut Hujair AH Sanaky (2013: 5), sebagai berikut: mempermudah dalam proses pembelajaran di kelas, meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan belajar, membantu kosentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

b. Manfaat media pembelajaran

Manfaat media pembelajaran menurut Arief S. Sadiman, dkk (2009: 17-18), sebagai berikut:

1) Dalam penyajian pesan akan lebih jelas dan tidak bersifat ferbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalanya:


(40)

a) Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bungkai, film, atau model.

b) Objek yang terlalu kecil dapat ditanyangkan melalui miscroscop, film, film bingkai, serta gambar.

c) Gerak yang lambat maupun cepat dapat di perlambat dengan timelapse atau high-speed fotografi.

d) Persistiwa-peristiwa yang terjadi di masalalu dapat di tampilkan melalui rekaman film, gambar, slide, video, dan lain-lain.

e) Objek yang terlalu kompleks seperti mesin dapat disajikan melalui model, gambar, diagram, dan lain-lain.

f) Konsep yang terlalu luas seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, dapat disajikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

3) Penggunaan media dengan tepat dan bervariasi dapat mencipatakan suasana belajar aktif (siswa tidak pasif).

4) Mengatasi perbedaan yang ada dalam peroses pembelajaran. Manfaat media pembelajaran juga dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai (Azhar Arsyad 2011: 24-25) sebagai berikut:

a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga akan dapat menumbuhkan motivasi siswa


(41)

b) Memperjelas makna dari bahan pembelajaran, sehingga akan lebih mudah dipahami oleh siswa serta memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik

c) Metode mnegajar lebih bervariasi sehingga tidak menimbulkan kebosanan terhadap siswa

d) Siswa terlihat lebih banyak melakukan kegiatan (aktif), tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru semata.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2013: 2), manfaat media dalam pembelajaran yaitu pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, memperjelas makna bahan pengajaran sehingga lebih mudah di pahami oleh siswa. Metode mengajar bervariasi siswa tidak merasa bosan, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan media pembelajaran memberikan begitu banyak manfaat dalam proses pemebelajaran. Baik manfaat secara umum maupun secara khusus dalam proses pembelajaran di kelas. Manfaat secara umum yaitu manfaat yang dapat diperoleh secara menyeluruh, baik itu oleh pengajar (guru) maupun pembelajar (siswa), contoh proses pembelajaran lebih menarik, menambah sumber pembelajaran, dan lainnya. Manfaat yang diperoleh secara khusus yaitu manfaat yang diperoleh bagi pribadi guru maupun siswa. Contohnya media pembelajaran dapat mempermudah guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran dan lebih mudah di pahami oleh siswa.


(42)

3. Fungsi media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan suatu yang integral dalam pembelajaran, bahkan media suatu yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat meningkatkan proses pembelajaran serta hasil belajar yang optimal. Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi dari media pembelajaran sebagai berikut untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pembelajaran, meningkatkan semangat belajar siswa, meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan, mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam, mengefektifkan proses komunikasi dalam prose pembelajaran, dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Anas Salahudin (2015: 121) media pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Fungsi media pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar: 1. Fungsi media dalam proses pembelajaran (Menurut Anas Salahudin 2015: 121).

GURU Media Pesan SISWA


(43)

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan fungsi media pembelajaran jika dikaji secara mendalam memberikan banyak fungsi yang beragam dalam proses pembelajaran. dengan menggunakan media siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran, meningkatkan minat dan motifasi belajar siswa, menyamakan persepsi siswa, selain itu menjadi bantuan bagi guru untuk memperjelas materi yang disampaikan kepada siswa, guru tidak terlalu repot dalam menjelaskan materi yang terlalu luas, materi yang disampaikan dapat diputar kembali dengan menggunakan video. Tentunya masi banyak lagi fungsi dari media pembelajaran Akan tetapi, pada akhirnya yang menjadi tujuan utama adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Pertimbangan Pemilihan Media

Menurut Hujair AH. Sanaky (2013: 6-7), pertimbangan dalam pemilihan media menjadi hal yang utama dilakukan oleh gru. Pemilihan media pembelajaran yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Media dipilih harus efektif dan efisien yang dapat mengarah pada

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

b. Kesesuaian denagan bahan pengajaran, metode mengajar.

Media yang dipilih harus sesuai dengan materi yang hendak disampaikan, serta metode yang digunakan. Sehingga dalam penyampaian materi dapat diserap dan dipahami dengan baik oleh siswa. .


(44)

c. Alat yang dibutuhkan tersedia.

Walaupun media dianggap dan dinilai tepat dalam mencapai tujuan namun jika media itu tidak tersedia, maka tidak dapat digunakan. Contoh media yang membutuhkan proyektor (alat listrik lainnya), padahal di sekolah tersebut tidak ada proyektor ataupun tidak punya listrik, maka media tersebut tidak dapat digunakan.

d. Menyesuaikan dengan kondisi siswa.

Media harus disesuaikan dengan kondisi dan karakter siswa, media tidak terlalu sulit untuk dipahami oleh siswa. Kemudian media tersebut harus bisa menimbulkan daya tarik sehingga siswa tidak merasa bosan ketika belajar.

Dalam penetuan kriteria pemilihan media pembelajaran, ada beberapa yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, yang paling utama adalah ketepatan tujuan pembelajaran, artinya dalam pertimbangan pemilihan media tersebut harus memenuhi kebutuhan, dan mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan. Menurut Rostina Sundayana (2013: 16), ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran sebagai berikut:

1) Dukungan terhadap isi pembelajaran, artinya bahan pembelajaran yang bersifat fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi, maka dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dengan bantuan media.

2) Kemudahan dalam memperoleh media yang digunakan, artinya media tersebut mudah digunakan dan didapatkan.


(45)

3) Keterampilan guru dalam mengunakannya. Seorang guru harus lebih tau dan menguasai pengunaan media tersebut.

4) Tersedia waktu untuk menggunakannya

5) Sesuai dengan taraf berpikir siswa, jadi medi harus disesuaian dengan kemampuan berpikir siswa.

Adapun prinsip dan kriteria pemilihan media yang dikemukakan oleh Musfiqon (2012: 116-125), yaitu prinsip dalam pemilihan media harus mencakup prinsip efektifitas dan fisiensi, prinsip relevansi, prinsip produktifitasn. Kriteria media yang mencakup kesesuaian dengan tujuan, keteapat gunaan, kondisi siswa, ketersedian, biaya kecil, keterampilan guru, mutu teknis, dan lain-lain.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2013: 4-5) dalam pemilihan media pembelajaran ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan oleh pengajar yaitu 1) ketepatan media dengan tujuan pembelajaran; 2) dukungan terhadap isi pelajaran; 3) media mudah diperoleh atau didapatkan; 4) keterampilan guru dalam menggunakannya; 5) tersedia waktu menggunakannya; 6) sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan dalam pemilihan media yang harus dipertimbangakan oleh guru yakni: Media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya media harus sesuai dengan materi, menyesuaikan karakteristik atau keadaan siswa. Menyesuaikan dengan situasi dan kondisi serta sumber daya yang tersedia, ketepat gunaan, dan lain-lain.


(46)

5. Klasifikasi dan jenis - jenis media pembelajaran.

Media pembelajaran saat sekarang ini memiliki ragam macam bentuk, baik yang instan (media yang siap pakai) hingga, media yang non Instan (media rancang atu buatan sendiri), dengan harapan agar memacu kita untuk dapat menggunakan media tersebut kedalam proses pembelajaran. Mukminan dan Saliman (2008: 8), mengklasifikasikan jenis media yaitu: media cetak dan non cetak, media elektronik dan non elektronik, media proyeksi dan non proyeksi, media audio, visual, dan audio visual, serta media yang sengaja dirancang (by desain), dan media yang dimanfaatkan.

Musfiqon (2012: 70-112), mengklasifikasikan media pembelajaran kedalam dua kelompok yaitu media yang dilihat dari aspek tampilan, dan media yang dilihat dari penggunaannya.

1) Media ditinjau dari tampilan

Media ini terbagi dalam 3 jenis yaitu media visual, audio, kinestetik. Media visual merupakan media yang dapat dilihat menggunakan indera penglihatan, seperti Gambar/foto, Sketsa, Diagram, Bagan/chart, dan lain-lain. Media audio merupakan media yang menggunakan indera pendengaran, seperti: radio, alat perekam magnetik, laboratorium bahasa, dan lain-lain. Media kinestetik yaitu media yang lebih menekankan pengalaman dan analisis susasana dalam penerapannya. Media tidak hanya bersifat fisik saja, lingkungan dan suasana juga merupakan bagian dari suatu media pembelajaran


(47)

Musfiqon (2012: 94). Contohnya seperti dramatisasi, demonstrasi, permainan dan simulasi, karya wisata, Survey masyarakat, dan lain-lain.

2) Media ditinjau dari penggunaannya

Media ini meliputi media proyeksi dan media non proyeksi. Media proyeksi merupakan media yang penggunaannya dapat menggunakan bantuan dari proyektor, sehinga dapat menapilkan media tersebut. Media yang tergolong kedalam media proyeksi, seperti proyektor transparansi/Over Head Proyektor (OHP), film, film bingkai, film rangkai (film strip), proyektor taktembus pandang (Opaque Projector), dan lain-lain. Jika media proyeksi penggunaannya dapat dibantu oleh alat proyektor, maka dalam media non proyeksi tidak menggunakan bantuan alat proyektor, seperti wellshets, buku cetak, dan lain lain.

Para pakar media pembelajran telah banyak mengemukakan tentang klasifikasi dan jenis media dalam berbagai aspek. Ada yang melihat dari aspek fisiknya dan ada yang melihat dari aspek penggunaan alat indera. Pembagian jenis media dan karakteristik media pembelajaran menurut Hujair AH. Sanaki (2013: 46) sebagai berikut:

1) Media yang ditinjau dari aspek bentuk fisik, dapat terbagi atas dua jenis yaitu media elektronik, dan non elektornik. Media eletronik seperti Televisi, radio, film, Video, slide, computer, dan lain-lain.


(48)

Media non elektronik seperti buku, handout, modul, diktad, dan lain-lain.

2) Media yang ditinjau dari aspek penggunaan panca indera dengan dibagi menjadi tiga yaitu media audio (dengar), visual (melihat), dan audio visual (dengar-melihat).

3) Media yang dilihat dari aspek alat dan bahan yang digunakan yang membagi kedalam dua bagian yaitu perangkat keras (Hard ware), dan perangkat lunak (Software).

Berdasarkan pendapat di atas peneliti mengklasifikasikan jenis media kedalam dua kelompok yakni media elektronik dan non-elektronik. Media eletronik media yang penggunaannya membutuhkan alat eletronik dan saluran listrik seperti televisi, film, slide, dan lain-lain. Media non elektronik yaitu media yang tanpa menggunakan alat eletronik dan saluran listrik seperti buku, hand out, gambar cetak, dan lain-lain.

D. Media Pembelajaran Audio Visual

1. Pengertian media audio visual

Media audio visual merupakan salah satu media teknologi moderen sekarang ini. Media ini disebut media audio visual karena dikombinasikan dari dua unsur yakni: visual (gambar) dan audio (suara). Sesuai dengan namanya media audio visual terdiri dari dua kata visual dan audio. Visual yaitu sesuatu yang dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan sedangkan audio adalah suara yaitu yang dapat didengar dengan indera


(49)

Media pembelajaran visual merupakan media yang dapat dilihat dengan menggunakan alat indera penglihatan. Media visual dibagi menjadi dua yitu: pertama visual yang tidak dapat di proyeksikan (Non-projected visuals), dan yang kedua visual yang dapat diproyeksikan (Project visual), media yang dapat diproyeksikan contohnya: gambar diam (still picture), dan gambar bergerak (montion picture).

Media pembelajaran audio, yaitu media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar), contoh dari media audio yaitu radio, audio kaset, laboratorium Bahasa dan lain-lain. Media ini dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa belajar (Anas Salahudin 2015: 124).

Ditinjau dari perkembangannya, sebelum adanya media audio visual yang sering digunakan oleh guru yaitu media visual sebagai alat bantu mengajar. Contohnya seperti gambar, model, objek, dan alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi, serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Setelah adanya pengaruh dari teknologi media audio pada sekitaran pertengahan abad ke-20 media visual di kombinasikan dengan memasukkan unsur audio sebagai alat pelangkap dari media visual tersebut, sehingga dikenal dengan media audio visual dan penggunaannya lebih lengkap dan optimal (Arief S. Sadiman, dkk 2009: 7-8).


(50)

Media audio visual adalah seperangakat alat yang memproyeksikan gamabar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter yang identik dengan objek aslinya (Hujair AH Sanaky, 2013: 119). Menurut Azhar Arysad (2011: 94), media audio visual adalah media visual yang menggabungkan penggunaan unsur suara yang memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya.

Yudhi Munandi (2013: 133) membagi media audio visual kedalam dua bagaian yaitu: media audio visual murni dan audio visual tidak murni. Media audio visual murni dilengkapi dengan fungsi peralatan suara dan gambar digabung dalam satu unit seperti film, film gerak bersuara, televisi dan video. Media audio visual tidak murni, yakni yang kita kenal dengan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya kemudian dimasukkan unsur suara sebagai pelengkap.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulakan media audio visual merupakan media yang terdiri dari dua unsur penggabungan antara visual dan audio yang diproyeksikan sehingga dapat disebut audio visual. Media audio visual mengandung pesan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa melalui penglibatan dua alat indera yaitu penglihatan dan pendengaran contohnya film, video, sound slide, televisi, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan jenis media audio visual yang berbasis video. Media audio visual jenis video ini merupakan media pembelajaran yang memiliki unsur gambar dan suara, gambar yang dimpilkan berupa gambar gerak dan dilengkapi dengan unsur


(51)

suara untuk memperjelas gambar. Media audio visual berbasis video ini cocok digunakan dalam mata pelajaran IPS, karena sesuai dengan kajian pembelajaran IPS yang mengkaji hal-hal yang sifatnya abstrak maka dapat divisualisasikan melalui video sehingga dalam penyampaian materi IPS akan lebih konrit kepada siswa. Selain itu juga dengan video ini dapat memberikan daya tarik kepada siswa, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya serta dapat lebih muda dipahami oleh siswa. Kemudian media video ini mudah di buat dan didapatkan, serta peralatan dalam menampilkannya tidak membutuhkan peralatan yang rumit artinya sudah tersedia disekolah-sekolah.

2. Kalasifikasi dan jenis-jenis media Audio Visual.

Menurut Yudhi Munandi (2013: 113), media audio visual dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Media audio visual murni, di dalamnya dilengkapi dengan fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit seperti: film gerak bersuara, televisi, dan video.

b. Media audio visual tidak murni dari peralatan visual namun pembuatannya dapat menggabungkan unsur suara seperti slide, OHP, Opaque, dan peralatan visual lainnya bila di beri unsur suara.

Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 119), ada empat jenis media audio visual yaitu: televisi, video-cd, film, dan sound slide.


(52)

a. Televisi (TV)

Televisi yaitu berasal dari dua kata yaitu: tele (Bahasa yunani), yang berarti jauh, dan visi (Bahasa Latin), yang berarti penglihatan. Pengertian secara singkat bearti televisi yitu: penglihatan jauh Television (Bahasa ingris) yang berarti melihat jauh, contoh permainan sepak bola diluar negeri, maka kita yang berada di Indonesia dengan siaran langsung di televisi kita dapat melihat permainan sepak bola tersebut dengan jarak jauh. Televisi merupakan sebua perangkat elektronik yang dapat menyampaikan pesan atu informasi dengan tampilan gambar gerak dan dilengkapi suara.

Peran Televisi yang menampilkan gambar hidup maupun sebagai radio, yang dapat dilihat dan didengar, dengan bantuan pesawat televisi, kita dapat memperoleh atau menerima pesan secara langsung dan bahkan pada waktu yang bersamaan. Penrkembangan teknologi sekarang ini, televisi bukanlah merupakan barang yang mewah lagi, bahkan sekarang ini semua orang bias memilikinya, karena harganya sudah terjangkau, televisi mulai digunakan di rumah-rumah, perkantoran, dan bahkan disekolah-sekolah, oleh karena itu televisi dapat dijadikan sebagai alat untuk membantu proses pembelajaran, maupun hiburan. Sebagaimana kita melihat sekarang ini program siaran televisi sangat disenagi baik di kalangan orang dewasa hingga anak-anak. Oleh karena itu siaran televisi yang disenagi oleh anak-anak, sangat cocok jika dijadikan media untuk belajar.


(53)

b. Video-VCD

Video-VCD merupakan, gambar gerak yang di dalamnya juga mempuyai unsur suara, Video-VCD dapat di tampilkan di medium video dan video compact disk. Video-VCD biasanya sering di gunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan jarak jauh, sebagai saran penyampaian materi pembelajaran. Antara video-VCD dan televisi mampu menyampaikan pesan pembelajaran bersifat realistic. Salah satu keunggulan dari Video-VCD ini yaitu: mampu memperlambat sesuat yang cepat, dan mampu mempercepat sesuatu yang sangat lambat, seperti mengamati perkembangan makhluk hidup, tumbuhan, dan lai-lain.

Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 123) yang menjadi karakteristik media Video-VCD yaitu: (1) gambar bergerak yang disertai unsur suara; (2) data digunakan untuk sekolah jarak jauh; (3) memiliki perangkat slow montion untuk memperlambat proses atau peristiwa yang berlangsung.

c. Media sound slide (slide bersuara)

Menurut bentuknya, media sound slide ini termasuk media grafis yang dapat diproyeksikan (transparant instructional media) karena dibuat di atas bidang transparan, artinya bidang yang tembus cahaya, yang terproyeksikan pada bidang layar dengan alat proyektor yang compatible, yakni menggunakan slide proyektor. Media sound


(54)

slide yaitu kombinasi dari komponen sound (suara) dan slide yang merupakan media pembelajaran yang bersifat audio visual

Dari beberapa jenis media audio visual diatas mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu guru harus menyesuaikan dengan berbagai pertimbangan yang telah dibahas sebelumnnya. Paling penting adalah, media yang hendak digunakam tersebut mempunyai tujuan yang jelas dalam pembelajaran, dan dapat memberikan pengaruh yang positif kepada siswa hingga pembelajaran lebih optimal, dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang telah di tentukan.

3. Kelebihan dan kekurangan media Audio Visual.

Menurut Hujair AH Sanaki (2013:109) beberapa kelebihan media dan kekurangan dari media audio visual yaitu:

a. Kelebihan.

1) Kelebihan dari media audio visual yaitu dapat menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistilk sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman balajar.

2) Sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya Tarik tersendiri dan dapat menjadi pemacu atau memotifasi pembelajar untuk belajar.


(55)

4) Mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan dengan teknik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang ditayangkan.

5) Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang obyek belajar yang dipelajari pembelajar.

6) Portable dan mudah didistribusikan b. Kekurangan

1) Pengadaannya menggunakan biaya yang mahal

2) Tergantung pada sumber daya listrik sehingg tidak dapat disajikan disegala tempat.

3) Hal-hal yang bersifat hiburan mudah mempengaruhi perhatian siswa sehingga menggangu prroses belajar mengajar.

4) Membutuhkan tenaga tambahan.

4. Fungsi dan Manfaat media Audio Visual.

Pada dasarnya fungsi dan manfaat media audio visual sama dengan fungsi dan manfaat media pembelajaran pada umumnya seperti yang dikemukakan oleh Hujair AH Sanaky (2013: 111). Adapun fungsi dan manfaat media secara umum sebagai berikut:

a. Fungsi media pembelajaran

1) Menghadirkan objek sebanarnya dan objek yang langkah melalui visual atau gambar (diam/gerak).

2) Membuat konsep abstrak menjadi konkrit 3) Memberi kesamaan presepsi


(56)

4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti misalya: Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film, dan lainnya. Objek yang terlalu capat dapat di perlambat melalui film atau video, dan begitu juga sebaliknya objek yang terlalu lambat, seperti pertumbuhan hewan, tumbuhan dapat di percepat dengan film atau video. Melihat peristiwa-peristiwa masa lalu seperti film sejarah dapat ditampilkan lewat film atau video. Dan lain-lain

5) Informasi dapat di sajikan berulang-ulang. b. Manfaat media pembelajaran

1) Memberikan daya tarik dalam proses pembelajaran 2) Menyajikan pesan atau informasi dengan cepat

3) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, serta dapat lebih mudah di pahami oleh siswa.

4) Siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran 5) Metode pembelajaran lebih bervariasi

6) Pesan yang disampaikan secara berulang-ulang.

7) Menciptakan situasi dankondisi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan


(57)

5. Langkah-langkah penggunaan audio visual dalam pembelajaran IPS

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2013: 131), mengutarakan langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media audio, didasarkan pada system pemanfaatannya dalam pembelajaran, maka langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Persiapan dalam merencanakan, berkonsultasi tentang perencanaan, mencatat beberapa hal yang membangkitkan interes, bahan diskusi, dan cara mengkaji pemahaman dan apresiasi

2) Memberikan pengarahan khusus terhadap ide-ide yang sulit bagi siswa pada meteri yang dikemukakan.

3) Kelompok sasaran harus diperhitungkan, apakah kelompok perorangan atau kelompok kecil, ataukah besar.

4) Usahakan sasaran harus dalam keadaan siap. Arahkan mereka dengan berbagai stimulus. Pusatkan perhatiannya dengan melalui suatu komentar, atau melalui suatu pernyataan pendahuluan.

5) Memeriksa dan mempersiapkan perlengakapan yang akan di gunakan. Misanlnnya proyektor, laptop dan lainnya.

b. Tahap penyajian

1) Menyajikan dalam waktu yang tepat dan efisien agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi siswa


(58)

2) Mengatur situasi ruangan, biasanya media audio visual yang disajikan dengan bantuan proyektor ruangannya lebih bagus tidak terlalu terang.

3) Memberikan semangat untuk memulai melihat, mengamati, mendengarkan, dan berkosentrasi terhadap permasalahan yang akan dihadapi.

4) Mengusahakan mereka memmperhatikan dalam waktu yang tenang. Memusatkan perhatian mereka terhadap materi yang di tayangkan

5) Menghubungkan apa yang didengar, dilihat pada saat itu dengan kaitannya dengan pembelajaran.

c. Tindak lanjut

Tindak lanjut dilaksanakan sebagai perbaikan jika dalam penyajian masih terdapat beberapa yang perlu diperbaiki, atau di ulang. Menurut Omar Hamalik (Joni Purwono 2014: 135-136), langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam penggunaan media audio visual dalam pembelajaran mencakup tiga aspek yaitu:

1. Tahap persiapan

Langkah ini meliputi persiapan bagi guru dan siswa, guru menetapkan segala persiapan yang terkait dengan media, mempersiapkan siswa dalam menerima program yang disajikan sehingga mereka dapat mengetahui apa yang mereka terima, serta pengalaman-pengelaman apa yang mereka terima.


(59)

2. Pelaksanaan

Pada tahap langkah pelaksanaan ini guru memandu siswa melihat dan mendengar, mengamati secara seksama yang di tayangkan pada layar LCD, menghubungkan apa yang mereka lihat, dengar dan amati dengan kaitanya dengan materi.

3. Tahap lanjutan, kegiatan lanjutan dilakukan dalam bentuk diskusi. Dari pendapat di atas langkah-langkah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran IPS yang harus dilakukan meliputi tiga aspek yaitu tahap Persiapan, penyajian, dan tindak lanjut. Tahap persiapan, memersiapkan segala keperluan terkait dengan media audio visual serta cara penyajiannya. Tahap penyajian, menyajikan materi dengan media audio visual dengan memperhatikan situasi dan kondisi kelas, memberikan semangat dan memusatkan perhatian siswa dalam menyajikan media audio visual, selanjutnya tahap lanjutan, tahap lanjutan sebagai refleksi untuk perbaikan serta menghubungkan apa yang dilihat, didengar, dan diamati siswa dengan materi.

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakteristik dapat dikatakan ciri-ciri khusus atau mempunyai kekhususan tertentu sesuai dengan perwatakan sesorang. Anak usia sekolah dasar dikatakan sebagai masa intelektual dan masa keserasian sekolah. Siswa yang berada di sekolah merupakan siswa yang berenjak pada tahap perkembangan dari kanak-kanak menuju masa remaja. Siswa SD biasanya berada pada usia 6/7-13 tahun, usia


(60)

anak SD juga dikatakan sebagai masa kanak-kanak akhir, hal ini sebagai mana yang di kemukakan oleh Rita E. Izaty, dkk (2008: 104), anak yang berusia 6 tahun sampai masuk kemasa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun adalah masa kanak-kanak akhir dan sering disebut masa usia sekolah atau sekolah dasar. Pada masa ini anak sudah siap untuk masuk sekolah dasar.

Menurut Piaget (Rita E. Izzaty 2008: 105), masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkrit dalam berpikir. Konsep pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas, sekarang menjadi lebih konkrit. Artinya anak sudah mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkrit, serta sudah mampu berfikir logis meskipun masih dalam terbatas.

Rita E. Izzaty (2008: 116) membagi masa kanak-kanak akhir kedalam dua fase. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Masa kelas rendah anak masih berusia 6/7 tahun sampai 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3. Anak yang berusia 9/10 tahun sampai 12/13 tahun anak yang menduduki kelas tinggi yaitu: 4, 5, dan 6. Masa kelas rendah sekolah dasar 6/7 – 9/10 tahun, memiliki ciri-ciri tertentu yaitu:

1) Terdapat hubungan yang kuat antara jasmasi dan prestasi sekolah, 2) Sukamemuji diri sendiri,

3) Belum memikirkan yang berkaitan dengan kepentingan-kepentinga, 4) Suka membandingkan dirinya dengan orang lai,


(61)

5) Suka meremehkan orang lain.

Anak yang berusia 9/10-12/13 yang duduk di kelas tinggi juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. 2) Rasa ingin tahu yang tinggi, keinginan belajar dan realistis 3) Timbul minat pada mata pelajaran-pelajaran khusus

4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajra di sekolah

5) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau pergroup untuk bermain bersama, serta mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Dalam penelitian ini mengacu kepada karakteristik siswa kelas tinggi yaitu: siswa kelas IVB SD. Siswa kelas IV berada pada usia 9/10 tahun, pada usia ini siswa memiliki karakter sebagai mana telah dijelaskan di atas yaitu memiliki semangat yang tinggi untuk sekolah, dan berfikir dalam tahap konkrit, selain itu pada tahap ini siswa memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi, serta membentuk kelompok-kelompok sebaya. Oleh karena itu seorang guru harus dapat memahami dari berbagai karakteristik tersebut, sebagai salah satu pertimbangan ketika proses pembelajaran.


(62)

F. Kerangka Pikir

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran wajib ada di sekolah dasar serta diajarkan kepada siswa guna menyiapkan para generasi muda yang cinta tanah air, serta memiliki rasa nasionalisme, dan memiliki jiwa bermasyarakat yang mantap. Selain itu untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi berbagai persoalan yang akan datang dalam kehidupan sosial mereka. Oleh karena itu guru harus mampu dalam mengembangkan berbagi model dan metode mengajar kedalam proses pembelajaran, serta menggunakan media pembelajaran dalam belajar IPS agar pembelajaran IPS tersebut menarik, dan dapat tersampaikan dengan baik.

Proses pembelajaran IPS dikelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan, guru masih menggunakan model atau metode pembelajaran yang kurang bervariasi dalam menyampaikan materi IPS. Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah. Dalam proses pembelajaran guru juga masih belum memanfaatkan media pembelajaran dalam IPS. Akibatnya dalam proses pembelajaran IPS di kelas IVB menjadi kurang menarik perhatian siswa. Siswa juga tidak terlibat langsung dalam pembelajaran, melainkan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal ini dapat berdampak pada hasil belajar IPS siswa menjadi rendah.

Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan media pembelajaran audio visual kedalam pembelajaran IPS. Media audio visual yang merupakan perpaduan antara visual dan audio dapat membantu siswa dalam memahami materi IPS yang bersifat abstrak akan tampak konkrit. Media audio visual juga dapat melibatkan siswa dalam proses


(63)

pembelajaran. Siswa lebih aktif dan juga dapat memberikan variasi dan pengalaman baru kepada siswa sehingga dengan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

Dari kerangka pikir di atas dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

Gambar: 2. Bagan Kerangka pikir penelitian

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: hasil belajar IPS dapat ditingkatkan dengan mengunakan media pembelajaran audio visual siswa kelas IVB SDN 1 Blunyahan, Sewon, Bantul Yogyakarta.


(64)

H. Definisi Operasional 1. Hasil belajar IPS

Hasil belajar IPS adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman-pengalaman belajar sebagai wujudnya berupa perubahan tingkah laku baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari segi kognitif dan segi afektif. Hasil belajar kognitif berupa penguasaan materi setelah guru menggunakan media gambar pada saat proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan penilaian tes kognitif. Jenjang kemampuan yang diperoleh siswa dibagi ke dalam tiga kategori yaitu, (C1) mengetahui (C2), memahami dan (C3) menerapkan.

2. Media pembelajaran audio visual

Media audio visual merupakan media pembelajaran yang mengkombinasikan dua unsur visual dan audio. Visual artinya gambar dan audio artinya suara. Media audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu media audio visual dengan jenis video, yang dibuat dengan menggabungkan beberapa gambar gerak dan kemudian diberi unsur suara yang dapat menjelaskan dari gambar tersebut.


(65)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh seorang guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya (Daryanto 201: 3). Menurut Anas Salahahudin (2015: 24), Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, Penelitian tindakan kelas sebagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam bentuk kegiatan untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu pembelajaran di kelasnya. Suharsimi Arikunto (2006: 2), mengemukakan pendapat bahwa pada umumnya PTK dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas atau disebut PTK merupakan suatu penelitian yang dilakukan guru sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya penelitian ini tidak dilaksanakan sendiri namun berkolaborasi atau kerjasama dengan guru kelas IVB SDN 1 Blunyahan sebagai upaya perbaikan dan perubahan kinerja mengajar. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan penggunaan media pembelajaran Audio Visual pada siswa kelas IVB SD 1 Blunyahan.


(66)

B. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Spiral dari Kemmis dan Taggrt (Wijaya Kusuma dan Dedi Witagama 2011: 21), yang meliputi 4 komponen yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Komponen tersebut yaitu perencanaan (Planning), tindakan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting). Ke-Empat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Siklus dapat diartikan sebagai putaran kegiatan yang meliputi empat komponen di atas. Berikut ini gambar model spiral yang di kemukakan oleh Kemmis dan Taggrt.

Gambar: 3. Desain model PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Wijaya Kusuma dan Dedi Witagama 2011: 21).

Berdasarkan skema di atas, penelitian ini dimulai dari siklus I, namun sebelum melaksanakan siklus peneliti menyusun suatu perencanaan mengenai apa yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah itu peneliti melakukan tindakan serta pengamatan dalam proses


(67)

akan dilaksanakan refleksi dari hasil pengamatan yang dilakukan. Hasil dari refleksi pada tahap siklus 1 akan memberikan keputusan apakah siklus I berhasil atau harus dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Siklus selanjutnya adalah siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya. Tahap siklus akan berhenti dilaksanakan apabila hasil yang diteliti telah mencapai indikator keberhasilan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Sekolah yang dipilih untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah kelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan, Sewon, Bantul Yogyakarta. Waktu pelaksanaan pada semester II tahun ajaran 2015/2016, tepatnya pada awal bulan Maret 2016 sampai Mei 2016.

D. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IVB SD 1 Blunyahan, Sewon, Bantul, Yogyakarta dengan jumlah 30 siswa, yang terdiri dari 11 orang perempuan, dan 19 orang laki-laki. Peneliti memilih kelas IVB SD 1 Blunyahan karena memiliki hasil belajar IPS yang rendah belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu: 75. Untuk itu peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian pada siswa kelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan, Sewon, Bantul, Yogyakarta.


(68)

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah proses dan hasil belajar IPS siswa kelas IVB SD Negeri 1 Blunyahan, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

E. Rencana Tindakan

Penelitian ini dimulai dari siklus 1 yang terdiri dari 4 tahapan sebagai mana model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemis dan Taggart yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setelah siklus 1 dilaksanakan, maka akan memberikan hasil, jika hasil dari siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan, maka akan dilaksanakan siklus berikutnya.

1. Siklus I

Pada tahap siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan merupakan proses merencanakan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IVB SD 1 Blunyahan, dalam perencanaan peneliti akan melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Menentukan pokok bahasan yang akan dipelajari.

2) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS yang disesuaikan dengan langkah-langkah penggunaan media audio visual, serta menyiapkan lembar kerja siswa. RPP yang disusun sebelumnya akan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu.


(69)

3) Mempersiapkan perangkat-perangkat yang diperlukan pada media pembelajaran audio visual.

4) Membuat seperangkat alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar IPS yang disesuaikan dengan Indikator.

b. Tahap tindakan dan observasi

1) Tahap tindakan

Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari semua rencana tindakan yang telah di susun oleh peneliti dan guru, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dan disesuaikan dengan RPP yang telah di susun dengan penggunaan media audio visual.

2) Tahap observasi

Tahap observasi yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan dilakukan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan rekan penelitian untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa, serta kondisi dan situasi kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan yang mencakup proses tindakan, hasil tindakan, serta kendala-kendala tindakan.

c. Tahap refleksi

Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan selama proses pembelajaran secara mendalam tentang


(70)

perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, guru dan kendala-kendala yang muncul selama tindakan. Pada tahap ini peneliti mengingat, mencermati, dan menganalisis hasil dari tindakan yang dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul.

Kekurangan maupun ketercapaian pembelajaran akan didiskusikan bersama peneliti dan guru, kemudian, selanjutnya akan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Apabila hasil dari tindakan belum mencapai indikator keberhasilan, maka akan dilaksanakan perbaikan pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II sama seperti yang dilaksanakan pada tahap-tahap siklus I. Siklus II merupakan kegiatan perbaikan dari siklus yang sebelumnya yang mengacu pada hasil refleksi siklus I. Siklus II dilaksanakan apabila pembelajaran pada siklus I belum berhasil atau belum mencapai indikator keberhasilan. Putaran siklus akan diberhentikan ketika hasil pembelajaran sudah mencapai indikator keberhasilan.

F. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Jadi berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh


(71)

Arikunto (2010: 175), metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Agar setiap data dapat memberikan informasi yang jelas sehingga mudah dibaca dan dipahami, maka data tersebut perlu disajikan dalam berbagai bentuk penyajian seperti dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik (Wina Sanjaya 2011: 133).

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah tes, observasi, angket, dan dokumentasi.

1. Tes

Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama 201: 78). Tes juga diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang. Tes digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran (Wina Sanjaya 2011: 98-100).

Dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPS siswa yang mengacu pada aspek kognitif. Terdapat berbagai macam alat penilaian yang dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil belajar siswa. Adapun jenis tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang berupa pilihan ganda.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X Ma Attaqwa

1 9 174

Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Retensi Siswa Pada Konsep Fotosintesis

0 7 233

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 MOJOAGUNG Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Melalui Media Audio Visual Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Mojoagung Kecamatan Karangrayung Kabupaten G

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 MOJOAGUNG Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Melalui Media Audio Visual Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Mojoagung Kecamatan Karangrayung Kabupaten G

0 1 16

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA IPA DI SD.

0 0 29

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA SD KELAS I.

0 4 16

PENERAPAN MODEL INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD 2 BLUNYAHAN SEWON BANTUL.

0 1 147

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PETA KONSEP (MIND MAPPING) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN 2 BLUNYAHAN SEWON BANTUL.

1 2 103

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH BOGOR WONOSARI GUNUNGKIDUL.

1 2 176

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL (VIDEO) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN, BANTUL, YOGYAKARTA.

0 1 179