PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENERAPKAN MOTODE INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MONGGANG SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SDN MONGGANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Maria Yunita Didja 11108249034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak." (Aldus Huxley)


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Alamater Universitas Negeri Yogyakarta 2. Orang tua yang selalu memberikan doa

3. Bapak dan Ibu dosen yang selalu memberi motivasi


(7)

vii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENERAPKAN MOTODE INKUIRI TERBIMBING PADA

SISWA KELAS V SD NEGERI MONGGANG SEWON BANTUL YOGYAKARTA

Oleh Maria Yunita Didja NIM 11108249034

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA dalam menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Monggang Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas menggunakan model penelitian tindakan kolaboratif. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, satu siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Subyek penelitian adalah kelas VB sebanyak 17 orang siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 6 siswa.Teknik pengumpulan data antara lain menggunakan obsevasi, tes dan dokumentasi dalam kegiatan pembelajaran. Pada prasiklus siswa yang mencapai ketuntasan baru 23,52%. Pada siklus I ketuntasan siswa meningkat menjadi 35,29% dan pada siklus II ketuntasan siswa mengalami peningkatan lagi menjadi 100%. Dari hasil analisis data terjadi bahwa pada sitiap siklus terjadi peningkatan dalam nilai siswa. hal ini dilihat pada nilai rata-rata siswa yaitu pra tindakan 69,64, siklus I meningkat menjadi 73,82 dan siklus II meningkat dengan baik yaitu 85. Hal yang sama juga terjadi pada kesungguhan belajar siswa dikelas.

Berdasarkan hasil analisis data dapat simpulkan bahwa dalam menerapkan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VB.


(8)

(9)

ix DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PESEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar……….……. 1

B. Identifikasi Masalah……….. 5

C. Rumusan Masalah………...……….. 6

D. Batasan Masalah………... 6

E. Tujuan ………..……… 6

F. Manfaat………..………... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA SD ………... 9

1. Pembelajaran IPA …….………... 13

2. IPA untuk SD ………... 14

3. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA ………... 15

4. IPA sebagai Disiplin Ilmu ………... 17

5. Konsep dan Prinsip IPA ……….. 18

B. Karakteristik Anak Usia SD a. Siswa Kelas Atas ………. 20


(10)

x

b. Karakteristik Peserta Didik yang Sukses ………... 20

c. Karakteristik Peserta Didik yang Kreatif………. 22

C. Motode Inkuiri ………. 23

a. Konsep Dasar Inkuiri ………... 24

b. Motode Inkuiri Terbimbing ………. 29

D. Hasil Belajar ………. 32

a. Pengertian Hasil Belajar ………... 32

b. Indikator Hasil Belalar ……… 36

E. Definsi Operasional Variabel ……….. 36

F. Kerangka Berpikir ……… 38

G. Hipotesis Tindakan ……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelian ………... 40

B. Desain Penelitian ………. 40

C. Setting Penelitian ………. 44

D. Subyek Penelitian ……… 44

E. Teknik Pengumpulan Data ……….. 45

F. Instrumen Penelitian Dan Validasi ………. 47

G. Teknik Analisis Data ……….……….. 49

H. Indikator Keberhasilan………... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian ... 52

2. Deskripsi Subyek Penelitian dan Permasalahan ... 53

3. Deskripsi Pembelajaran IPA Sebelum Tindakan ... 54

a. Siklus I ………... 55

b. Siklus II ………... 61

B. Pembahasan ... 66


(11)

xi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ……… 72


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pelaksanaan

Pembelajaran IPA Metode Inkuiri Terbimbing... 47

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Pra Tindakan... 48

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Post Tes Siklus 1... 49

Tabel 4. Data Hasil Bejalar Siswa Siklus I... 59

Tabel 5. Perbandingan Tes Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I... 59

Tabel 6. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II... 64


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Alur Siklus PTK Menurut Kemmis dan Tegart... 42 Gambar 2. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Tindakan dan

Siklus I……….. 60

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Pra Tindakan, Siklus I, dan


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Daftar Nama dan Inisial Siswa Kelas VB ... 74

Lampiran 2. Kisi-Kisi Pra Tindakan ... 75

Lampiran 3. Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan ... 77

Lampiran 4. Lembar Observasi Siswa dan Guru Setiap Siklus ... 78

Lampiran 5. Kisi-Kisi Siklus I ... 94

Lampiran 6. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 96

Lampiran 7. Kisi-Kisi Siklus II... 97

Lampiran 8. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 99

Lampiran 9. Hasil Belajar Siswa Selama Penelitian ... 100

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ... 101

Lampiran 11. Contoh LKS Yang Sudah Dikerjakan Siswa ... 130

Lampiran 12. Dokumentasi ... 142


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi merupakan proses penemuan. Dalam pendidikan IPA memberikan pengelaman langsung kepada siswa untuk memahami alam disekitar lingkungan mereka secara ilmiah. IPA (sains) berupaya membangkitkan minat siswa agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Usman Samatowa (2011: 1)

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta cara mengembangkan cara alamiah. Usman Samatowa (2011: 2) Untuk mencapai tujuan tersebut dalam suatu pembelajaran diperlukan pendekatan atau model yang sudah tersusun dalam silabus dan RPP. Salah satu pendekatan yang diambil merupakan pendekatan inkuiri.

Metode pembelajaran ini menuntut partisipasi aktif siswa dalam inkuiri (penyelidikan) ilmiah Wina Sanjaya (2006: 196). Siswa memiliki


(16)

2

keingintahuan dan ingin berkembang. Inkuiri terbimbing menekankan sifat-sifat siswa yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk berekplorasi dan memberikan arah yang spsifik sehingga area-area baru berekplorasi dengan lebih baik. Sehingga Pembelajaran IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada penegelaman untuk membantu siswa untuk belajar IPA, mendeskripsikan dan menjelaskan hasil kerja dan prosedurnya Usman Samatowa (2011: 104).

Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. metode inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang pemahaman dalam belajar dengan itu maka digunakan pendekatan inkuiri ini. Dengan pendekatan ini siswa belajar berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan metode yang diterapkan siswa juga akan diberikan tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan dengan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan pelajaran yang sudah diterima secara mandiri. Sehingga membantu siswa memperoleh ide, pemahaman, keterampilan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa untuk pembelajaran IPA di SDN Monggang masih banyak siswa yang nilainya rendah pada mata pelajaran IPA dan belum mencapai nilai rata-rata yang ditetapkan oleh sekolah. Begitu juga dengan prestasi belajar IPA di SD tersebut masih ada yang rendah dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Permasalahan IPA ditemukan di


(17)

3

kelas V SD Negeri Monggang Sewon Bantul, Peran siswa masih kurang tampak serta belum diperlakukan secara optimal oleh guru dalam menerapan metode ceramah, dikusi, Tanya jawab dan penugasan dalam proses pembelajaran sehingga siswa masih memiliki potensi dan motivasi yang rendah dalam belajar IPA.

Pada dasarnya siswa belum paham dengan materi IPA, yang dijelaskan oleh guru, dan selama proses pembelajaran berlangsung juga siswa ada yang tidak memperhatikan guru serta kurang aktif dalam menerima pelajaran. Begitu juga dengan situasi pembelajaran yang menempatkan siswa dalam keadaan pasif. Dalam pembelajaran IPA guru masih belum menerapkan metode inkuiri terbimbing sehingga siswa masih terlihat belum paham dan belum bisa mengerjakan tugas-tugas yang di berikan oleh guru. Dalam permasalahan tersebut dapat dilihat pada hasil belajar siswa yang masih rendah yaitu 50 sedangkan KKM yang di tentukan sekolah yaitu 70. Maka dengan adanya masalah tersebut, akan diterapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA.

Pada metode inkuiri terbimbing ini, akan melatih siswa untuk mengembangkan kerampilan berpikir dan keterampilan untuk bertanya serta keterampilan menemukan jawaban agar siswa dapat memahami konsep pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Disamping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang tersruktur. Selama berlangsungnya proses belajar, dan guru juga memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petujuk yang siswa perlukan.


(18)

4

Sesuai dengan masalah di atas pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi dari hasil proses menemukan sendiri. Untuk Belajar IPA pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental.

Dalam menerapkan metode disekolah dasar akan memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyeledikan. Jika berpikir menjadi tujuan utama pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun pembangunan kemampuan itu. Dalam pembelajaran ini sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA yaitu produk, proses, dan sikap. Siswa diharapkan memiliki orientasi maka siswa otomatis akan memperoleh produk dan sikap ilmiah Sanjaya (2008: 202). Dengan konteks ini tugas guru adalah mendorong siswa untuk mengembangkan mengembangkan skema yang berbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi Harumni (2011: 88).

Dalam menerapkan metode inkuiri ini banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif Menurut aliran ini, belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki


(19)

5

setiap individu secara optimal. Tugas guru dengan demikian adalah menyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa bisa menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri Harumni (2011: 87).

Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa Wina Sanjaya (2006: 196). Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodratnya. Dalam pembelajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan sesuai dengan pengembangan siswa dan sesuai tempat tinggal siswa tersebut Usman Samatowa (2009: 2). Emosi, maupun pribadi siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran IPA, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal dan disampaikan kepada siswa, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diproleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran.

2. Adanya karakteristik siswa yang berbeda serta kelebihan dan kelemahan sehingga mempengaruhi hasil belajar mata pelajaran IPA.

3. Hasil belajar siswa di SDN Monggang rendah dalam mata pelajaran IPA dan belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal).

4. Guru belum menerapkan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Monggang.


(20)

6

5. Siswa dalam pembelajaran belum memperhatikan penjelasan dari guru dan sering menggangu teman sebangku yang sedang belajar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Monggang. C.Batasan Masalah

Melihat identifikasi masalah di atas, tidak semua komponen dibahas dalam laporan penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada masalah metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas V Sekolah Dasar untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam belajar. Pembelajaran inkuiri akan digunakan dalam mata pelajaran IPA.

E. Tujuan

Berdasarkan batasan masalah di atas maka tujuan penelitian yang dilaksanakan yaitu:

1. Memperbaiki proses pembelajaran IPA dalam menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Monggang. 2. Meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan metode pembelajaran


(21)

7 F. Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

1)Melatih siswa untuk meningkatkan imajinasi dan daya ingat dalam pembelajaran melalui petunjuk-petujuk yang diberi oleh guru.

2) Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mendapatkan prestasi baik dengan cara belajar yang baru.

2. Bagi Guru

1) Meningkatkan pengetahuan dan pengelaman guru dalam menerapkan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan prestasi dan motivasi siswa.

2) Guru dapat melakukan inovasi dalam melaksanakan pembelajaran dikelas.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk sekolah dalam meningkatkan pembelajaran IPA dan menerima segala bentuk motivasi pembelajaran yang sedang berkembang untuk menghasilkan lulusan yang baik serta daya saing yang kuat dimasa depan.

4. Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengelaman dalam menerapkan motode inkuiri terbimbing dalam setiap pembelajaran serta memberikan dasar dalam pengembangan penelitian ini dalam memahami lebih


(22)

8

mendalam tentang prestasi belajar siswa dan penerapan metode pembelajaran untuk meningkatkan belajar siswa.


(23)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pembelajaran IPA di SD

Usman Samatowa (2011: 8) Pembelajaran merupakan proses untuk membantu siswa agar dapat belajar lebih baik dan memperoleh prestasi yang baik. Sains merupakan bagian dari kehidupan kita merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa Oemar Hamalik, (2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya Hisyam Zaini, (2004: 4). Bagaimanapun juga, kebanyakan anak tidak berkembang dalam hal pemahaman konsep-konsep ilmiah dan prosesnya secara terintegrasi dan fleksibel. Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam Iskandar, (2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengelaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam


(24)

10

sekitar secara lebih mendalam Depdiknas dalam Suyitno, (2002: 7). Anak juga didorong untuk memberikan penjelasan atas pengamatan mereka dalam diskusi kelas mealui tulisan.

Menurut Alverman (1991: 23) pembelajaran sains menjadi berarti bila sains diajarkan sedemikian, sehingga anak menjalani suatu proses perubahan

konsepsi. Lebih lanjut Santa (1991: 23) menyatakan “Anak butuh mengakui

konsep atau penjelasan keilmuan yang bertentangan dengan teori yang mereka

miliki”. Mereka butuh dan yakin bahwa teori yang mereka miliki tidak lengkap,

tidak cocok, atau tidak konsisten dengan kebutuhan eksperimen, bahwa penjelasan ilmiah menjelaskan alternatif yang lebih meyakinkan dan lebih berdaya.

Anak butuh pengulangan kesempatan dalam hal bergelut dengan ketidakkonsisten antara ide yang dimiliki dengan memodifikasi bebagai ide yang telah memberikan bantuan dalam kehidupan mereka selama ini dan membuat hubungan yang cocok antara bebagai ide yang mereka memiliki dengan berbagai konsep ilmiah.

Menurut Cullingford (1990: 23), pembelajaran sains dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan bebagai penjelasan logis. Hal ini akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampuan untuk membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat praktis.


(25)

11

menyenangkan. Dari berbagai ide mengenai pembelajaran sains, kegiatan anak dikelas diantisipasi menjadi serupa dengan apa yang sesungguhnya dilakukan para ilmuwan dalam pencobaan mereka, namun dalam situasi yang berbeda. Para ilmuwan melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan berbgai teori, sedangkan anak melakukan kegiatan serupa untuk memahami dan memahami konsep baru atau menguji berbagai ide.

IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain Abdullah, (1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan Sri Sulistyorini, (2007: 39). Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun keterampilan (skills) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

Tujuan pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa;

1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap IPA, teknologi dan masyarakat.

2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan


(26)

12

3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya IPA dalam kehidupan sehari-hari.

5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari Sri Sulistiyorini,( 2007: 40)

Saat ini kegiatan praktik (hands-on) lebih berdayakan sebagai salah satu bentuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi dengan mengedepankan discovery learning dan science inquiry. Lingkungan menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh misteri, dan anak sebagai young scientist mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.


(27)

13 1. Belajar Pembelajaran IPA

Usman Samatowa (2011: 4) Pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif untuk dapat menjawab tantangan di atas adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi dan belajar anak dengan situasi kehidupan nyata dimasyarakat. Selanjutnya menemukan ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang beda-beda akan meningkatkan kemampuan menalar, berprakarsa, dan berpikir kreatif pada anak didik.

Selanjutnya pembelajaran yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengelaman langsung (learning by doing). pembelajaran ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada dilingkungan sendiri. Trisno Hadisubroto (1996: 28), Piaget mengatakan bahwa pengelaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengelaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai umur 12 tahun. Efisiensi pengalaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkebangan kognitif yang bersifat hirarkis dan intergratif.


(28)

14 2. IPA untuk Sekolah Dasar

Menurut Usman Samatowa (2011: 3) IPA merupakan

“pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara

yang lain”. Keterampilan Proses IPA didefinisikan oleh Paulo dan

marten dalam Carin, (1993: 5) adalah: 1. Mengamati

2. Mencoba memahami apa yang ingin diamati

3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi

4. Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat Selanjutnya Paulo dan Marten juga menegaskan bahwa IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak-anak dan kita harus bersikap skeptis sehingga kita harus selalu siap memodifikasi motode yang kita punyai tentang alam mini sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan.

Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran yang diajarkan disekolahnya. Demikian halnya dengan guru IPA, baik


(29)

15

sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya disekolah dasar. Ia haus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja dapat diperoleh dari pembelajaran IPA.

3. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA

Menurut Usman Samatowa (2006: 6) berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukan didalam suatu kurikulum sekolah yaitu:

1. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejatraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemapuan bangsa itu dalam bidang IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk tekologi ialah IPA. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar cakup luas mengenai ilmu pengetahuan alam,

2. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan/ mengembangkan kemapuan berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan

dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”.

3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.


(30)

16

Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA adalah sebagai berkut:

1.Konsep IPA dapat dikembang baik, hanya bila pengelaman langsung mendahuli pengelaman generalisasi-generalisasi abstrak. Metode seperti ini berlawanan dengan metode tradisional, dimana konsep IPA diperkenalkan secara verbal saja.

2.Daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA sebagai berikut:

a)Eksplorasi, yaitu, kegiatan dimana anak mengalami atau mengindra objek secara langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang ada kalanya bertentangan dengan konsep yang telah dimilikinya.

b)Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa (pengelaman) yang tampaknya bertentangan dengan yang telah dimiliki anak.

c)Deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep baru konsep baru (generalisasi) itu pada situasi dan kondisi baru.

Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses berpikir berkembang melalui tahap-tahap daur belajar ini mendorong perkembangan berpikir sietiko-dedukatif, yaitu anak dapat menganalisis objek IPA dari pemahaman umum hingga pemahaman khusus.


(31)

17

Ciri-ciri masing-masing tahap dapat digambarkan dibawah ini: 1. Tahap Ekplorasi: merupakan awal dari daur belajar. Dalam

tahap ini guru berperan secara tidak langsung. Guru merupakan pengamat yang memiliki pertanyaan-pertanyaan yang membantu individu murid maupun kelompok. Peranan murid dalam tahap ini sangat aktif. Mereka memanipulasi materi yang dibagikan guru.

2. Tahap pengenalan konsep: dalam tahap ini guru berperan lebih tradisioanl. Guru mengumpulkan informasi dari murid-murid yang berkaitan dengan pengelaman mereka dalam ekplorasi. Materi-materi seperti buku, alat pandang dengar dengan materi tertulis lainnya diperlukan untuk penyusunan konsep-konsep. 3. Tahap penerapan konsep: pada tahap ini guru mempunyai

situasi atau masalah yang dapat dipecahkan berdasarkan pengelaman eksplorasi sebelum pengenalan konsep. Seperti hal lainnya pada tahap eksplorasi murid-murid terlibat dalam berbagai kegiatan.

4. Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Disiplin Ilmu. a. Pendidikan IPA sebagai Ilmu

IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya setiap disiplin ilmu selain memiliki ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu lmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang mengatakan hubungan antara satu


(32)

18

dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi Prawirohartono (1989: 93).

Kendala utama dalam mencari penyelesaian adalah kegagalan mereka dalam menemukan definisi, kerangka kerja (framework), dan rasional bagi disiplin pendidikan IPA. Pandangan ini memberikan arti yang umum bagi upaya-upaya penelitian. Hal itu memberikan alasan bagi para ilmuwan professional untuk terlibat dengan penyampaian informasi, prosedur sikap, dan pemikiran yang diketahui kepada para ilmuwan lain dan masyarakat pada umumnya. Usman Samatowa (2011: 8)

5. Konsep Dan Prinsip IPA

Usman Samatowa (2011: 19) Sains berasal dari kata science yaitu istilah yang mengacu pada masalah masalah kealaman (nature) secara sederhana sains didefinsikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sains juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.

Namun demikian sebenarnya sains bukan hanya sebuah produk, melainkan juga sebagai proses yang menghubungkan sistem, metode atau proses pengamatan, pemahaman dan penjelasan tentang alam, seperti yang ditulis dalam salah satu situs internet yang menyatakan


(33)

19

bahwa sains merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dari metode-metode atau proses-proses yang digunakan untuk menyelediki, memahami, dan menjelaskan alam semesta. Lebih jelas Carin dan Sund (1989) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk, dan sikap.

a. Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

b. Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat dan sebagainya.

c. Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menangggapi menerima, dan sebagainya.

Usman Samatowa (2011: 20) Pada pembelajaran IPA sekolah dasar diperlukan pengetahuan dasar mengenai konsep yang terkandung dalam setiap unit pelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai sudah barang tertentu, guru IPA memberitahu kepada peserta didik tujuan-tujuan yang diharapkannya yang kemudian akan menjadi capaian setelah pelajaran selesai. Bila topik yang akan dibicarakan itu berhubungan dengan praktik IPA, maka guru IPA perlu lebih awal mengondisikan persiapan-persiapan dalam menyediakan peralatan/bahan apa saja yang diperlukan. Berikut guru hendaknya menentukan langkah-langkah pembelajaran seperti:


(34)

20

1. Bagaimana memulai pembelajaran yakni pengenalan masalah/topic pembelajaran

2. Bagaimana membuat siswa mengerti tentang konsep yang dipelajarinya

3. Bagaimana mengaplikasikan konsep sesuai kehidupan sehari-hari 4. Menyimpulkan pelajaran/memberikan rangkuman atau pun

ringkasan dan

5. Memberikan tindak lanjut, misalnya pekerjaan rumah. C. Karakteristik Anak Usia SD

a. Siswa Kelas Atas

Menurut Sudawan Danim (2011: 6) siswa yang berada dikelas atas atau kelas IV pada umumnya memiliki usia antara 9-12 tahun, sehingga berdasar klasifikasi piaget pada tinggkat perkembangan akhir oprasional konkrit sampai awal operasional formal. Pada tahap usia ini anak memiliki kekhasan antara lain:

(a) dapat berpikir reversible atau bolak balik, (b) dapat melakukan pengelompokan dan menemukan urutan, (c) telah mampu melakukan operasi logis tetapi pengelaman yang dipunyai masih terbatas.

b. Karakteristik Siswa yang Sukses.

Guru hanya dituntut memahami perkembangan siswanya. Mereka pun harus mengetahui apa yang diperlukan oleh siswanya untuk sukses dalam menempuh proses belajar disekolah. Karena itu, guru harus mampu memahamkan kepada siswanya mengenai nilai-nilai baik dan buruk


(35)

21

selama berada disekolah, di rumah dan di masyarakat.

Menurut Sudarwan Danim (2013: 7) Dengan mempelajari karakteristik ini, guru lebih dapat memahami perilaku sehari-hari dan tindakan dikelas bagi siswa yang berhasil. Inilah karakterisik peserta yang sukses.

1. Menghadiri semua sesi kelas dan acara dilaboratorium atau diluar kelas secara teratur. Mereka hadir tepat waktu.

2. Menjadi pendengar dan melatih diri untuk memusatkan perhatian. Jika siswa kehilangan sesi, mereka memberitahu gurunya sebelum sesi kelas baru dimulai.

3. Memastikan ingin mendapatkan jawaban atas tugas, dengan menghubungi instruktur atau siswa lain. Mereka yang berhasil mengambil tanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan tindakan mereka.

4. Memanfaatkan peluang pembelajaran ekstra ketika ditawarkan. Mereka menunjukan kepedulian tinggi pada nilai-nilai pribadi dan bersedia bekerja untuk memperbaiki dirinya.

5. Melakukan hal yang bersifat opsional dan sering menantang tugas baru ketika banyak siswa lain justru menghindarinya.

6. Memiliki perhatian tinggi dikelasnya. Mereka tidak bicara, membaca, atau menatap, keluar jendela. Dengan kata lain, mereka sopan menghormati, bahkan ketika mereka mendapatkan sedikit rasa bosan.


(36)

22

7. Berpartisispasi pada semua sesi dikelas, meski upaya mereka sedikit menghadapi rasa kikuk dan sulit. Mereka mengajukan pertanyaan untuk menggali pengelaman guru dan siswa lainnya.

8. Siswa memperhatikan gurunya sebelum atau setelah sesi kelas atau selama jam pelajaran, bekerja atas dasar nilai-nilai positif, memberikan komentar atas catatan-catatan mereka, dan mempersiapkan diri untuk mengikuti tes secara baik.

9. Kelas diskusi dengan guru-guru lainnya untuk mendapatkan pengelaman yang bermakna kepada guru-gurunya bahwa siswa merupakan peserta aktif dalam proses pembelajaran dan siswa menerima semua pekerjaan secara serius.

10.Mengerjakan semua tugas secara rapih dan menelaah hasilnya secara kritis. Mereka meluangkan waktu untuk menghasilkan produk akhir yang terlihat baik dan mencerminkan tindakan pemeliharaan dan kebanggaan atas pekerjaan. Ketika mencapai satu sukses, ia berusaha menemukan kesuksesan baru.

c. Karakteristik Siswa yang Kreatif.

Anak atau siswa yang kreatif menjadi dambaan orang tua dan guru. Siswa yang kreatif pun biasanya cenderung sukses dalam menjalani hidup ketika sudah dewasa. Utami Munandar (1992) mengemukakan ciri-ciri kreativitas seperti berikut ini: Senang memiliki pengelaman baru, Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit, Memiliki inisiatif, Memiliki ketekunan yang tinggi, Cenderung kritis terhadap orang


(37)

23

lain, Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya, Selalu ingin tahu, Peka atau perasa, Enerjik dan ulet, Menyukai tugas-tugas yang majemuk, Percaya kepada diri sendiri, Mempunyai rasa humor, Memiliki rasa keindahan, Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.

Banyak kesamaan dengan pendapat Utami Munandar, Clark (1988) mengemukakan karakteristik kreativitas seperti berikut ini: Memiliki kedisiplinan diri yang tinggi, memiliki kemandirian yang tinggi, cenderung sering menentang otoritas, memiliki rasa humor, mampu menentang tekanan kelompok, lebih mampu menyesuaikan diri, Senang berpetualang, toleran terhadap terhadap hal-hal yang membosankan, menyukai hal-hal yang kompleks, memiliki kemapuan berpikir divergen yang tinggi, memiliki memori dan atensi yang baik, memiliki wawasan yang luas, mampu berpikir periodik, memerlukan situasi yang mendukung, Sensitive terhadap lingkungan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki nilai estetik yang tinggi, dan lebih bebas dalam mengembangkan intergrasi peran seks.

D. Metode Inkuiri

Maslichah Asy’ari (2006: 52) pendekatan inkuiri merupakan pendekatan

penemuan yang menuntut kemampuan lebih komplek. Dalam metode inkuiri siswa dengan proses mentalnya sendiri dapat menemukan suatu konsep atau prinsip, sehingga dalam menyusun rancangan percobaan dilakukan kemampuannya sendiri.


(38)

24 a. Konsep dasar inkuiri

Menurut Wina Sanjaya (2006: 196), metode pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukakn melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Metode pembelajaran ini juga dinamakan stategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heurikein yang berarti saya menemukan.

Menurut Harumni (2011: 90), metode pembelajaran merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam metode ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Inkuiri akan efektif manakala:

1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dalam metode inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.

2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan berbentuk fakta tau konsep yang sudah jadi, tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.


(39)

25

4. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Metode inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan berpikir.

5. Jika jumlah siswa yang belajar tidak terlau banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan metode yang berpusat pada siswa.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 197), ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran ikuiri.

1. Metode inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mecari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang ditanyakan, sehingga dapat diharapkan menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. 3. Tujuan dan penggunaan metode pembelajaran inkuiri adalah


(40)

26

kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam metode pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya ditutut agar menguasai materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Menurut Harumni (2011: 88), metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Metode pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heustik, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan

Maslichah Asy’ari (2006: 27) prinsip inkuiri atau penemuan

perlu diterapkan dalam pembelajaran sains karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta tau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Oleh karena itu guru perlu memfasilitasi keigintahuan anak tersebut dalam menemukan jawabannya sendiri lewat proses sains yang dilakukan.

Penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru yakni:


(41)

27

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri bukan ditentukan oleh nama siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tatapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

2. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur iteraksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Misalnya, interaksi hanya berlangsung antar siswa yang mempunyai kemampuan bicara saja walaupun ada kenyataannya pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang dibicarakan sangat kurang; atau guru justru menanggalkan peran sebagai pengatur interaksi itu


(42)

28 sendiri.

3. Prinsip Bertanya.

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai peranannya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagaian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan-kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, beratnya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

4. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpkir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik atak kiri maupun atak kanan; baik otak reptile, otak limbic, maupun atak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan atak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan


(43)

29 5. Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

b. Langkah-langkah Inkuiri Terbimbing

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Inkuiri terbimbing atau Inkuiri Terbimbing. Penerapan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran di kelas harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2009: 202-205) : 1. Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif dimana guru mengkondisikan siswa supaya siap untuk melaksanakan proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi yaitu menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa; menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh


(44)

30

siswa untuk mencapai tujuan (dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuannya); serta menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk memberikan motivasi kepada siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah sebagai langkah untuk membawa siswa pada suatu permasalahan yang mengandung teka-teki. Permasalahan yang diberikan harus menantang siswa untuk berpikir memecahkannya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah yaitu masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa untuk menumbuhkan motivasinya dalam belajar, masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti serta konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3. Mengajukan hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu persoalan yang dikaji sehingga kebenarannya perlu diuji. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan hipotesis (menebak) pada siswa yaitu dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu persoalan yang dikaji. Kemampuan berpikir logis akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengelaman.


(45)

31 4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data merupakan kegiatan menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan pengumpulan data adalah proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual karena membutuhkan motivasi yang kuat, ketekunan serta kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Maka dari itu, tugas guru dalam tahap ini yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang diperlukan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis merupakan proses untuk menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan adalah hal terpenting dalam menguji hipotesis.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendekripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Langkah perumusan kesimpulan ini adalah langkah terakhir dalam penerapan metode inkuiri di dalam pembelajaran.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa. Pembelajaran dengan cara dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif, sehingga lebih banyak


(46)

32

kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan konsep diri, sikap ilmiah, percaya diri, dan sifat mandiri siswa. Pengelaman-pengelaman keberhasilan siswa dalam praktik IPA dapat menumbuhkan motivasi berprestasi lebih baik dalam kemauan keras untuk belajar lebih lanjut. E. Hasil Belajar.

a)Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar Abdurrahman, (1999). Asep Jihad, (2008: 14), Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar intruktifsional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran intruksional.

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya Juliah, (2014). Menurut Hamalik (2003) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, niai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas.

Nana Sudjana (2004) berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengelaman belajarnya. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat oleh siswa Hamalik, (2005).


(47)

33

Usman Samatowa (2011) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokan kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, efektif, dan psikomotor.

1.Domain Kognitif.

a. Pengetahuan. Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengjngatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui model dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau setting.

b. Pemahaman. Jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan.

c. Aplikasi atau penggunaan prinsip atau model pada situasi yang baru. Kata-kata yang dapat dipakai antara lain: interprestasikan, terapkan, laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekan, ilustrasikan, operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan.

d. Analisa. Jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir.


(48)

34

e. Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan/ menempatkan bagian-bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.

d. Evaluasi. Jenjang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Disini akan meliputi kemampuan-kemampuan pengetahuan anak didik dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi dan lain-lain.

2. Domain Kemampuan Sikap

a. Menerima atau memperhatikan. Jenjang ini akan meliputi sifat sensitive terhadap adanya eksistensi atau fenomena tertentu atau stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif.

b.Merespon. Dalam jenjang ini anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek tertentu, fenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja denganya atau terlibat didalamnya.

c. Penghargaan. Pada level ini perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak hanya didalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan atau ide tertentu.

d.Mengorganisasikan. Dalam jenjang ini anak didik membentuk suatu sistem nilai yang dapat menuntun perilaku.


(49)

35

e. Mempribadi. Pada tingkat terakhir sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganinisir, kedalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki control perilaku.

3. Ranah Psikomorik

a. Menirukan. Apabila ditunjukan kepada anak didik suatu action dapat diamati, maka ia akan mulai membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistem otot-ototnya dan tuntunan oleh dorongan kata untuk menirukan.

b.Manipufasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati, mulai dapat membedakan antara satu set action dengan yang lain, menjadi mampu memilih action yang diperlukan dan mulai memiliki keterampilan dan memanipulasi mentasi.

c. Keseksamaan. Ini meliputi kemampuan anak didik dalam menampilkan yang telah sampai pada tingkat perbaikan lebih tinggi dalam metroproduksi suatu kegiatan tertentu.

d.Artikulasi. Yang utama disini anak didik telah dapat mengkoordinasi serententan action dengan menetapkan urutan/ sikuen secara tepat diantara action berbeda-beda.

e. Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila siswa telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah action berbeda-beda.


(50)

36

jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar yang dimiliki siswa Nana Sudjana dan Ibrahim, (2002).

b. Indikator Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2004) kedua kriteria tersebut adalah: a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek.

b.Kriteria ditinjau dari hasilnya.

Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Metode inkuiri terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktivitas siswa. Langkah-langkah inkuiri terbimbing yaitu:

a)Perumusan Masalah.

Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa.

b)Menyusun Hipotesis

Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawab sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis yang perlu dikaji apakah jelas atau tidak.


(51)

37 c)Mengumpulkan Data

Langkah selajutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak.

d)Olah Data

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak.

e)Menyimpulkan

Dari data yang telah dikelompokan dan analisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi.

2. Hasil belajar IPA merupakan kemapuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengelaman belajarnya. Meliputi: (a) C1 (pengetahuan) meliputi tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui model dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau setting. (b) C2 (Pemahaman) meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan. (c) C3 (Aplikasi) kata-kata yang dapat terpakai antara lain: interprestasikan, terapkan, laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan, operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan. (d) C4 (Analisa) menyangkut kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi itu


(52)

38 diorganisir.

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA sangat penting bagi siswa untuk membekali siswa dalam sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang dapat diterapkan di sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tujuan tersebut menjadi perhatian bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA agar siswa lebih belajar lagi.

Untuk bahan kajian IPA di SD secara umum dapat meliputi kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Keduanya saling berhubungan dalam melaksanakan pembelajaran IPA di kelas, maka membutuhkan guru yang berpengelaman dalam proses pemilihan metode pembelajaran yang baik dan tepat.

Namun untuk pembelajaran IPA yang berlangsung selama ini kurangnya penggunaan metode pembelajaran IPA. Dalam proses pembelajaran yang kurang mengaktikan siswa dikelas karena hanya memberikan metode ceramah. Sehingga siswa pasif sering merasa jenuh, dan suka melakukan aktivitas yang lain diluar pelajaran dalam mengikuti pembelajaran dikelas. Begitu juga disaat ujian, siswa diberikan materi yang cukup banyak dengan persediaan waktu yang tebatas. Kondisi pembelajaran tersebut yang belum optimal, dapat berdampak pada prestasi belajar siswa.

Untuk uraian di atas tersebut mengatakan bahwa pembelajaran IPA masih perlu dilakukan perbaikan. Pada metode yang digunakan dalam pembelajaran serta lingkungan pendidikan yang mendukung. Harapan dengan


(53)

39

adanya pembaruan pembelajaran IPA, motivasi dan prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan baik.

Dalam penggunaan metode pembelajaran ini mengajak siswa untuk menemukan sendiri jawaban melalui suatu pertanyaan. Pada metode inkuiri terbimbing ini siswa diberi kesempatan mencari jawaban sendiri. Penerapan metode inkuiri terbimbing ini tidak hakikat dan prinsip IPA sebagai proses. Dengan metode yang padukan untuk memperoleh konsep pengetahuan dalam pembelajaran IPA.

Dengan menemukan sendiri jawaban melalui suatu pertanyaan, akan membantu guru dan siswa dalam menyempurnakan proses belajar mengajar IPA. Metode inkuiri terbimbing ini mampu meningkatkan kreativitas dan motivasi belajar siswa, dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan berbagai uraian di atas maka dapat diajukan hipotesis bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SD Negeri Monggang Sewon Bantul.


(54)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa ingris adalah Claasroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas. Menurut Sukidin dkk. (2002: 54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: 1). Penelitian tindakan guru sebagai peneliti, 2). Penelitian tindakan kolaboratif, 3). Penelitian tindakan simutan terintegratif, 4). nelitian tindakan sosial ekperimental. Sukidin,dkk. (2002: 55), ciri –ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara guru dan peneliti, (3) hubungan antara proyek dan sekolah.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kolaboratif, dimana peneliti bekerja sama dengan kepala sekolah, dan guru kelas. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas. Dalam penelitian ini terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, obsevasi, dan refleksi. Kemmis dan Tanggar (1988: 14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan, obsevasi dan refleksi.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) kolaborasi, yaitu adanya


(55)

41

kerjasama antara peneliti dan guru kelas V SD Negeri Monggang dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pengertian penelitian tindakan kelas adalah salah satu bentuk penelitian yang dilakukan dikelas Jasa Unggah Mulyawan (2010: 1).

Penelitian tindakan kelas adalah suatu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk inovatif yang dicoba dalam mendekteksi dan memecahkan masalah. Arikunto Suharsimi, (2002: 82-83) penelitian tindakan kelas harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: 1). Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, dalam jangkauan kewenangan peneliti dalam melakukan perubahan. 2). Kegiatan penelitian, baik pengamatan tidak menghambat kegiatan utama 3). Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien. 4). metode yang digunakan jelas, terperinci,serta terbuka setiap tindakan 5). Kegiatan penelitian ini merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan dapat berhenti, menjadi tantangan sepanjang waktu.

Kemmis dan Teggart (1988: 14), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus. Perlu ditekankan bahwa pelaksanaan tindakan dan pengamatan ini dilakukan secara bersamaan.


(56)

42

Tahap-tahap penelitian tindakan kelas dilihat berikut ini:

Gambar 1. Alur PTK menurut Model Kemmis dan Mc Taggart Keterangan

Siklus I :

1. Perencanaan

2. Perlakuan dan pengamatan 3. Reflektif

Keterangan Siklus 2:

1. Perencanaan

2. Perlakuan dan pengamatan 3. Refleksi


(57)

43 Keterangan

Siklus 3

1. Perencanaan

2. Perlakuan dan pengamatan 3. Refleksi

Adapun penjelasan tahap-tahap mengenai desain yang digunakan dalam penelitian ini secara terperinci adalah:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan ini sebelum peneliti mengadakan penelitian yakni peneliti harus terlebih dahulu menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk didalam instrumen penelitian serta perangkat pembelajaran (RPP).

Dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing. Pada tahap ini peneliti juga pengumpulkan data berupa pedoman pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi dalam proses penelitian tentang siswa mengenai proses pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing dan perangkat tes yang memuat indikator peningkat prestasi belajar IPA. 2. Pelaksanaan dan pengamatan

Tahap ini merupakan pelaksanaan tindakan sekaligus meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran penemuan


(58)

44 3. Refleksi

Peneliti mengkaji, mengamati dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Monggang yang beralamat di Kecamatan sewon Kabupaten Bantul. Sekolah ini terletak diarea persawahan dan pemukiman penduduk jarak kurang lebih 100 meter dari jalan raya. Penelitian ini dikhususkan untuk kelas V SD Negeri Monggang pada mata pelajaran IPA. Waktu penelitian pada bulan pertengahan bulan Juni tahun 2015.

D. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Monggang Sewon Bantul. Siswa dikelas ini sangat bervariasi. Ada siswa yang sangat aktif dan ada pula siswa yang sangat pasif jumlah siswa 17 terdiri dari laki-laki 11 perempuan 5. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaborasi karena penelitian ini merupakan kerja sama anatara guru kelas V dan peneliti. Hal ini bertujuan agar penamatan terhadap setiap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran dapat teramati.


(59)

45 E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan tes. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa tahap berikut yakni:

1. Observasi

Menurut Wina Sanjaya (2009: 87), observasi menjadi instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data. Observasi merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Digunakan untuk merekam kualitas proses pembelajaran berdasarkan instrumen observasi dan digunakan kamera video.

Pada penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan (observasi) terhadap periku atau sikap siswa dan pelaksanaan guru dalam melaksanakan belajar mengajar dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berupa hasil keaktifan siswa selama mengikuti pelajaran dengan metode inkuiri terbimbing.

2. Dokumentasi

Sugiyono (2011: 329) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya nomumental dari seseorang. Dokumentasi dilakukan untuk


(60)

46

memperkuat data yang diperoleh dari observasi. Dokumentasi yang digunakan berupa dokumen-dokumen hasil belajar siswa dan foto untuk melengkapi hasil observasi pada saat ujian. Dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok. 3. Tes

Tes merupakan alat ukur berharga dalam penelitian Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, (2010: 78). Peneliti menggunakna instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Tes dilakukan untuk mendapatkan data hasil kognitif siswa. Tes digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar. Meliputi (a) pengetahuan antara lain pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui model dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau setting. (b) pemahaman antara lain penerimaan komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan. (c) aplikasi antara lain interprestasikan, terapkan, laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekan, ilustrasikan, operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan. (d) analisa antara lain kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi itu diaorganisir. (e) sintesa antara lain anak untuk menaruhkan/menempatkan bagian-bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang keheren. (f) Evaluasi antara lain kemampuan-kemampuan pengetahuan


(61)

47

anak didik dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalaha, metode, materi dan lain-lain.

G. Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Lembar Observasi

Lembar obsevasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi atau pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Lembar

observasi ini berbentuk checklist dengan pilihan “ya” atau” tidak” untuk

mengamati aktivitas guru.

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Guru dan Siswa Pelaksanaan Pembelajaran IPA Metode Inkuiri Terbimbing.

No Aspek Indikator Melaksanakan Deskripsi kegiatan guru dan siswa Ya Tidak

1. Kegiatan awal

pembelajaran

Guru dan siswa terlibat aktif dalam apersepsi 2 Kegiatan Inti Rumusan

masalah Menyusun hipotesis Mengumpulkan data (observasi, tes,

dokumentasi Olah data Menyimpulkan 3 Kegiatan

penutup

Evaluasi

Selain mengamati aktivitas guru ketika mengajar, peneliti mengamati sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung sebagai hasil belajar efektif siswa.


(62)

48 2. Tes

Tes digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh data dari indikator kemapuan berpikir. Tes berupa soal uraian yang berjumlah 10 soal, disusun dengan pedoman pada indikator untuk mengetahui kemampuan IPA. Tes tesebut terdiri atas tes siklus I dan tes siklus berikutnya. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

Tabel 2 Kisi-kisi Soal Pratindakan

No Kompetensi Dasar Materi Tujuan Kemampuan Siswa C1 C2 C3 1 Menerapkan suatu karya

atau model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat sederhana

Sifat-sifat cahaya

a. Siswa dapat memahami sifat-sifat cahaya

1 3 1

b. siswa dapat mengetahui jenis cahaya

Kisi-kisi soal pratindakan di kembangkan kedalam soal-soal yang berjumlah 5 butir soal. Yang terdiri dari pada perencanaan tindakan peneliti menyunsun kisi-kisi soal pos tes.


(63)

49 Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Post Tes Siklus 1

No. Kompetensi Dasar Materi Tujuan Kemampuan Siswa C1 C2 C3 1. 7. Mendeskripsikan

proses pembentukan tanah karena pelapukan Proses pembentukan tanah a. Siswa dapat memahami apa itu pelapukan 3 b. Siswa dapat mengetahui jenis pelapukan dan memahami prosesnya

1 2

Instrumen ini dilakukan oleh peneliti dan bekerja sama dengan guru dalam membuat instrumen tersebut berupa RPP dan soal yang di gunakan pada pelaksanaan siklus.

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa untuk merespon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang akan dicapai


(64)

50

siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tertulis pada setiap akhir putaran.

1. Mengkaji data kualitatif yang terkumpul secara komprehensif

Dari hasil observasi yang terkumpul secara komprehensif dengan analisis data deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif untuk menganalisis data tentang bagaimana pembelajaran IPA dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Monggang, serta melihat minat guru dan siswa terhadap penerapan metode inkuiri terbimbing.

2. Menganalisis data hasil tes siswa tentang prestasi belajar IPA.

Penelitian ini menafsirkan data kualitif dengan membandingkan hasil nilai pre test dan post test yang diperoleh subjek pada siklus I, dan membandingkan hasil nilai post test siklus I dan post tes siklus II. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif


(65)

51 I. Indikator Keberhasilan

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V di SD Negeri Monggang, setelah menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Indikator keberhasilan untuk penelitian ini yakni apabila siswa memperoleh skor rata-rata hasil belajar ≥ 75 atau termasuk kriteria baik. Disamping itu, kriteria ketuntasan belajar juga dapat dijadikan keriteria keberhasilan.


(66)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Monggang yang berlokasi kecematan Sewon, kabupaten bantul. Bangunan di SDN Mongang memiliki bangunan secara keseluruhan terdiri dari 12 ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang UKS, 1 ruang lab, kantin, dan kamar wc guru dan siswa. Siswa SDN Monggang Sewon secara keseluruhan berjumlah 207 siswa terdiri dari kelas 1 sampai 6, masing-masing parallel 2 kelas. Sebagian siswa SDN Monggang ini berasal dari kecamatan sewon kabupaten Bantul. Guru dan karyawan SD Monggang berjumlah 11 orang kelas dan 1 orang kepala sekolah juga menjabat sebagai guru kelas, 3 orang guru agama (islam, katolik dan prostestan), 1 orang guru olahraga, 1 orang penjaga perpustakaan, dan 2 orang karyawan. Untuk saat ini guru-guru S1 masih melanjutkan ke jenjang S2.

Pada tanggal 28 mei 2015 peneliti menyampaikan surat izin penelitian kepada bapak Sani M.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Monggang Sewon Bantul. Serta melakukan pertemuan dengan ibu Novi selaku selaku guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VB. Dalam pertemuan tersebut, peneliti menyampaikan tujuan untuk melakukan penelitian disekolah tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka kepala


(67)

53

sekolah juga menyambut baik dengan kedatangan peneliti. Dengan beberapa pertimbangan maka kelas VB digunakan untuk penelitian. Karena kelas VB yang memiliki nilai yang kurang baik pada disemester genap. Ketika ulangan harian beberapa siswa memiliki nilai dibawah KKM untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Deskripsi Subyek Penelitian dan Permasalahan Yang Dihadapi

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus, dan dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menentukan keputusan perbaikan pada siklus berikutnya. Pada prasiklus guru melakukan pembelajaran menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, pada siklus 1 dan disusul dengan siklus 2. Pembelajaran dilakukan melalui metode inkuiri terbimbing.

Subyek dalam penelitian ini adalah kelas VB yang berjumlah 17 siswa yang terdiri dari 6 orang siswa perempuan dan 11 orang siswa laki-laki. Kebanyakan siswa berasal dari keluarga yang status ekonomi dengan latar belakang pekerjaan orang tua rata-rata sebagai buruh dan petani. Dari 23 siswa-siswi dikelas V memiliki karakteristik yang berbeda-beda ada yang memiliki sifat yang pendiam, aktif, suka bertanya, pemalu dan hiperaktif. Masalah ini yang menuntut guru supaya dapat mengondosisikan siswa-siswinya tersebut dapat belajar bersama-sama didalam ruangan kelas.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti hasil belajar siswa untuk mata pelajaan IPA kelas V SDN Monggang masih dikatakan


(68)

54

rendah. Selain itu masih banyak siswa yang hasil belajarnya masih rendah selain itu masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar IPA dikelas. Hal ini karena guru masih mendominasi dalam pembelajaran dan yaitu guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran, dan sehingga siswa cenderung pasif dan diam dalam proses pembelajaran.

3. Deskripsi Pembelajaran IPA Sebelum Tindakan

Pada awal penelitian, peneliti selaku observer beserta teman observer lain melakukan pengamatan pembelajaran IPA di kelas VB. Ditemukan permasalahan sebagai berikut: beberapa siswa yang masih kurang memperhatikan penjelasan guru, berbicara dengan teman sebangku, dan tidak mengerjakan tugas dengan baik. Keseriusan siswa dalam belajar kurang dan juga siswa sering bosan dengan kegiatan pembelajaran yang selalu mendengarkan guru dan mengerjakan soal latihan dari buku modulnya. (buku latihan siswa)

Berdasarkan permasahan di atas, selanjutnya guru dan peneliti melakukan diskusi yang digunakan sebagai dasar penentuan langkah tindakan dalam proses pembelajaran IPA dikelas VB, yaitu melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing menggunakan metode yang dikembangkan oleh Kemmis Tagart yaitu meliputi empat tindakan yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi untuk setiap siklus.


(69)

55 a. Siklus I

1. Perencanaan

Penentuan materi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini berdasarkan pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di SD tersebut dan kemudian dikonsultasikan kepada kepala sekolah dan guru kelas. Serta Standar Kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas VB sekolah dasar terkait dengan hasil belajar yang bersifat yang bersifat kognitif ini adalah pembentukan tanah karena pelapukan. Pemahaman tentang pembentukan tanah karena pelapukan didalam kehidupan sehari-hari. Untuk melakukan tindakan ini diperlukan suatu rancangan tindakan yang akan digunakan sebagai bahan intervensi yaitu penyusunan rencana pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Rancangan kegiatan ini mengoptimalkan peran siswa untuk dapat menemukan sendiri pada materi yang yang sedang dipelajari. Guru merancang untuk seminimal mungkin terlibat dala proses pembelajaran agar siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang mereka bahas kepada teman-teman dikelasnya.

Kegiatan pembelajaran dalam siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing ini. Siswa bekerja sama didalam kelompok untuk berusaha menemukan hal yang belum mereka ketahui dan memahami materi yang sedang


(70)

56

dipelajari dari guru dengan menggunakan percobaan. Peran guru mengajar dan mengondisikan siswa dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan siklus I ini dengan dua kali pertemuan pertama mempelajari jenis batuan. Pertemuan kedua mempelajari jenis-jenis pelapukan batuan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melakukan percobaan dengan benda-benda yang sudah disiapkan oleh guru. Dan siswa melakukan percobaan secara berkelompok dan menuliskan hasil pengamatan kedalam LKS (lembar kerja siswa). 2. Pelaksanaan

a) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dalam siklus I menggunakan metode inkuiri terbimbing ini mempelajari jenis-jenis batuan. Pembelajaran dimulai dengan apersepsi atau bahan pengait yang sesuai dengan tema yang akan dipelajari yaitu jenis-jenis batuan karena pelapukan. Dalam kegiatan apersepsi guru menanyakan

kepada siswa “ apakah siswa sering melihat jenis-jenis batu yang

ada disekitar rumah?”. Dari pertanyaan guru tentang batuan, siswa

diarahkan kepada topik yang akan dipelajari yaitu “jenis-jenis

batuan”. Dari kondisi tersebut guru mengondisikan siswa

membentuk kelompok kerja yang ada. Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru meminta perwakilan untuk mengambil


(71)

benda-57

benda untuk melakukan percobaan yang telah disiapkan guru. Pada saat siswa melakukan percobaan guru membagikan LKS untuk di kerjakan siswa secara berkelompok.

Dalam pelaksanaan percobaan siswa diajak bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing. Siswa terlihat aktif dalam melakukan percobaan dan pengamatan serta siswa mencari tahu jawaban sendiri dibuku modul siswa. Walaupun sekali-kali siswa bertanya kepada guru tentang hal yang belum mereka mengerti dan belum jelas. Kemudian siswa menuliskan hasil percobaan dan pengamatan kedalam LKS tersebut. Hasil pengamatan dipresentasikan didepan kelas secara berkelompok.

b)Pertemuan Kedua

Pelaksanaan penelitian pada pertemuan kedua mempelajari tentang jenis-jenis pelapukan pelaksanaan pembelajaran berawal dari apersepsi dengan cara guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya,

kemudian guru member pertanyaan kepada siswa “apakah kalian pernah melihat batu dan kayu yang lapuk disekitar rumah?”

dengan serentak siswa, menjawab pernah.

Setelah apersepsi selesai dilakukan, guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja kelas. Siswa kemudian mengkondisikan untuk dapat membentuk kelompok


(72)

58

dengan tertib. Pada saat siswa bekerja berkelompok guru membagikan LKS (lembar kerja siswa).

3. Observasi

Peneliti bersama observer yang lain melakukan observasi pada saat proses pembelajaran hasil observasi ditemukan guru melaksanakan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dimulai dengan apersepsi dilanjutkan kegiatan inti yaitu siswa aktif melakukan percobaan/pengamatan tentang jenis-jenis batuan dan jenis pelapukan dilanjutkan diskusi mengerjakan LKS, kemudian wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Siswa nampak antusias mengikuti proses pembelajaran. Namun tidak seluruh siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri. Setelah dilakukan tes hasil belajar hasilnya belum memenuhi kriteria keberhasilan.

Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Inkuiri Terbimbing. Keterlaksanaan pembelajaran yaitu . Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menerapkan inkuiri terbimbing, keterlaksanaan pembelajaran, yaitu

Data hasil belajar siklus I. Pada siklus I tes dilaksanakan diakhir pertemuan kedua dengan hasil tes disajikan pada lampiran 4 hal 88 berikut rekap hasil tes siklus I disajikan pada tabel 6.


(73)

59

Tabel 4. Data Hasil Bejalar Siswa Siklus I

No Data hasil belajar Keterangan

1. Nilai total 1250

2. Rata-rata 73,82

3. Nilai tertinggi 55

4. Nilai terendah 80

5. Jumlah siswa yang tuntas 6

6. Jumlah siswa yang belum tuntas 11 7. Persentase siswa yang tuntas 35,29% 8. Persentase siswa yang tidak tuntas 64,70%

Berdasarkan tabel 6. dapat dibaca nilai rata-rata dari tes hasil belajar pada siklus I adalah 73,82. Dari data tes hasil belajar ada 6 orang siswa (35,29%) yang tuntas dan 11 orang siswa (64,70%) yang tidak tuntas.

Perbandingan nilai tes sebelum siklus I dan nilai tes hasil belajar siklus I dapat dibaca pada tabel 7.

Tabel 5. Perbandingan Tes Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I

No Data Hasil Belajar Pra Tindakan

Siklus I

1. Nilai Total 1184 1250

2. Rata-Rata 69,64 73,82

3. Nilai Tertinggi 50 55

4. Nilai Terendah 80 80

5. Jumlah Siswa Yang Tuntas 4 6

6. Jumlah Siswa Yang Belum Tuntas

13 11

7. Persentase Siswa Yang Tuntas 23,52% 35,29% 8. Persentase Siswa Yang Belum

Tuntas

76,47% 64,70%

Berdasarkan tabel 7. dapat dibaca dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan hasil belajar. Nilai rata-rata hasil belajar pada pra tindakan 69,64 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar pada


(74)

60

siklus I mengalami peningkatan yaitu mencapai 73,82. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya juga mengalami peningkatan yaitu dari 4 orang siswa (23,52%) menjadi orang siswa ( 35,29%). Data tes hasil belajar selengkapnya dapat dibaca pada lampiran 6 halaman 89.

Untuk lebih jelasnya perbandingan ketuntasan hasil belajar pratindakan dan siklus I disajikan dalam bentuk diagram dibawah ini

Gambar 2. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I

Berdasarkan gambar 2. dapat menunjukan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar dari pra tindakan ke siklus I, pada pra tindakan tuntas 23.52% meningkat menjadi 35,29% pada siklus I. tidak tuntas pra tindakan 76,47% menjadi 64,70% pada siklus I. Berdasarkan data di atas maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.


(75)

61 4. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti selaku observer beserta observer lain dan juga dengan guru selaku pelaksana pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang menunjukan bahwa kerja sama dalam kelompok belum optimal dan beberapa siswa masih sibuk main sendiri serta tes hasil belajar belum memenuhi kriteria keberhasilan maka, dilakukan perbaikan untuk siklus kedua yaitu dengan menyesuaikan jumlah siswa tiap kelompok menjadi empat orang. Dan memberikan tugas kepada masing-masing anggota kelompok. Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok secara efektif.

b. Siklus II

1. Perencanaan

Dalam perencanaan tindakan ini guru sebagai pelaksana pembelajaran peneliti sebagai pengamat dan membantu guru dalam kegiatan kelompok siswa. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh satu orang teman observer. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam rencana tindakan yaitu: Membuat RPP, menyiapkan LKS, mempersiapkan media, mempersiapkan lembar observasi dan mempersiapkan soal tes untuk siklus II.


(1)

144 Gambar 5. Siswa mengerjakan soal evaluasi


(2)

145 Siklus II

Gambar 6. Guru melakukan apersepsi


(3)

146

Gambar 8. Siswa mempersentasikan hasil kerja berkelompok di depan kelas kepada teman-temannya


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKABUMI BANDAR LAMPUNG

0 6 35

PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISWA KELAS V A SD NEGERI 10 METRO PUSAT

1 9 67

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN ALAM PADA SISWA KELAS III DI SD 2 BLUNYAHAN KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, PROVINSI YOGYAKARTA.

0 1 189

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BOGO WIJIREJO PANDAK BANTUL.

0 1 258

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI.

0 0 335

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAMATI DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY SISWA KELAS V SD NEGERI KEPUHAN, SEWON.

0 1 187

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN METODE TANYA JAWAB PADA SISWA KELAS V SD PACAR SEWON BANTUL.

2 2 83

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MEDIA GAMBAR BERBENTUK PUZZLE PADA SISWA KELAS IV SD BANGUNHARJO SEWON BANTUL.

1 7 203

T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Pendekatan Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor ota Salatiga Semester I Tahun Pel

0 0 109

PenInGkATAn AkTIVITAS BelAJAR IlMU PenGeTAHUAn SOSIAl denGAn MenGGUnAkAn STRATeGI INQUIRY DISCOVERY LEARNING PAdA SISWA kelAS VI Sd n MOnGGAnG SeWOn BAnTUl YOGYAkARTA TAHUn AJARAn 20142015

0 0 5