Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

10

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Sistem Pengendalian Manajemen 2.2.1.1 Pengertian Pengendalian Manajemen dan Sistem Pengendalian Manajemen Pengendalian adalah proses untuk mengarahkan seperangkat variabel misalnya mesin-mesin, manusia, equipment menuju arah atau mencapai tujuan. Dalam organisasi, pengendalian adalah proses mengarahkan kegiatan yang menggunakan berbagai sumber ekonomis agar sesuai dengan rencana sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Pengendalian Manajemen adalah meliputi metode, prosedur dan cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi para anggota organisasi agar melaksanakan strategi dan kebijakan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Sistem Pengendalian Manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi para anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Sistem pengendalian terdiri atas struktur dan proses Supriyono, 2000: 4-5. Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen, sebagai berikut Anthony, dkk., 1993: 13-14 : 1. Sistem pengendalian manajemen dipusatkan pada program-program dan pusat pertanggungjawaban. 11 2. Informasi yang diproses dalam sistem pengendalian manajemen terbagi dalam dua jenis : a data terencana dalam bentuk program, anggaran dan standar; b data actual, yaitu yang benar-benar terjadi baik di dalam maupun dilingkungan organisasi. 3. Sistem pengendalian manajemen adalah sistem organisasi total yang merangkum semua aspek dalam operasi organisasi. 4. Sistem pengendalian manajemen biasanya berhubungan erat dengan struktur keuangan financial structure, dimana kegiatan-kegiatan dan sumber daya organisasi dinyatakan dalam satuan uang misalnya; rupiah atau dolar. 5. Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen cenderung mengikuti pola dan jadwal tertentu. 6. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang terkoordinasi dan terpadu, dimana data yang terkumpul digabungkan untuk saling dibandingkan setiap saat pada setiap unit organisasi.

2.2.1.2. Struktur dan Proses Dalam Sistem Pengendalian Manajemen

a. Struktur Pengendalian Manajemen Dalam struktur pengendalian manajemen terdapat struktur organisasi, aliran informasi, pusat pertanggungjawaban dan pendelegasian wewenang Anthony, dkk., 1993: 11. 12 b. Proses Pengendalian Manajemen Banyak dari proses pengendalian manajemen melibatkan komunikasi informal dan interaksi antara manajer dengan karyawan. Komunikasi informal terjadi lewat memo, pertemuan, percakapan bahkan lewat isyarat-isyarat. Walaupun kegiatan informal ini sangat penting dalam pengendalian manajemen, tetapi tidak diterima sebagai deskripsi yang sistematis untuk melengkapi pengendalian informal. Kebanyakan perusahaan juga mempunyai pengendalian formal meliputi penyusunan anggaran, pelaporan dan analisis Anthony, dkk., 1993: 27.

2.2.1.3. Efektivitas Dalam Sistem Pengendalian Manajemen

Menurut Anthony dkk 1993: 12 pengendalian manajemen menggunakan pengendalian tugas untuk memastikan pelaksanaan tugas yang efektif dan efisien. Efektivitas diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan efisiensi menggambarkan berapa masukan input yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran output. Unit organisasi yang paling efisien adalah unit yang dapat memproduksi sejumlah keluaran dan penggunaan masukan yang minimal atau menghasilkan keluaran terbanyak dari masukan yang tersedia. Para manajer senior menggunakan sistem pengendalian manajemen untuk mendeteksi situasi-situasi yang tak terkendali dan untuk 13 menyakinkan diri sendiri bahwa organisasi telah melaksanakan strategi dengan efektif dan efisien. Proses memastikan ini penting bagi para manajer terutama karena waktu mereka berperan sebagai manajer, mereka tidak melakukan pekerjaan itu sendiri. Fungsi manajer adalah memastikan bahwa pekerjaan telah dilakukan oleh orang lain; dan bila mereka dapat mengamati pekerjaaan yang sedang dilaksanakan, mereka membutuhkan kepastian yang konstan lewat sistem pengendalian manajemen bahwa pekerjaan tersebut memang sedng dilaksanakan. Anthony, dkk., 1993: 13.

2.2.2. Sistem

Informasi 2.2.2.1. Pengertian dan Tinjauan Sistem Informasi Sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi Husein, 1993: 8. Menurut Supriyono 2000: 273 didalam sistem pengendalian manajemen mempunyai dua aspek informasi yaitu: 1. Aspek teknis yaitu aspek yang berhubungan dengan komputer yang penting maanfaatnya bagi sistem informasi sistem pengendalian manajemen. 2. Aspek perilaku yaitu aspek perilaku manusia mempengaruhi sistem informasi sistem pengendalian manajemen sangat penting. 14 Sistem pengendalian manajemen dapat didefinisikan sebagai sutu rangkaian struktur komunikasi yang saling berhubungan yang memungkinkan pengolahan informasi untuk tujuan membantu para manajemen secara berkesinambungan dalam mengkoordinasikan bagian- bagian organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Supriyono 2000: 317, sistem informasi menghasilkan informasi yang diperlukan oleh sistem pengendalian manajemen. Sistem informasi mengumpulkan data terinci mengenai: 1. Setiap transaksi 2. Informasi formal lainnya 3. Observasi informal 4. Peristiwa-peristiwa eksternal yang relevan untuk diolah menjadi informasi. Informasi yang di hasilkan oleh sistem informasi digunakan pemakai internal dan disajikan secara terinci digunakan untuk melaksanakan dan mengendalikan tugas-tugas. Informasi teringkas digunakan untuk pengendalian manajemen menentukan aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang mengarahkan pengendalian tugas. 15 2.2.2.2.Karakteristik Sistem Informasi Karakteristik sistem informasi meliputi Wilkinson, 1993: 4-5 : 1. Jaringan informasi Informasi mengalir diantara berbagai manajer dan karyawan secara intern dan mengalir pula ke pihak-pihak luar yang jumlahnya sekarang telah jauh lebih banyak. 2. Tahapan dan fungsi konversi data Sistem informasi mengkonversikan masukan-masukan menjadi keluaran. Ada tiga tahap yang dilakui dalam pengubahan atau transformasi ini : tahap masukan, tahap pemrosesan atau pengolahan dan tahap keluaran. 3. Masukan data dan keluaran informasi Berbagai data dimasukan untuk diproses selama tahap masukan, sedangkan informasi tersaji selama tahap keluaran. 4. Pengguna informasi Pengguna-pengguna informasi, meliput : pengguna intern terdiri dari para manajer dan karyawan perusahaan dan pengguna ekstern seperti kreditor, pemasok, pelanggan, pemegang saham, badan-badan pemerintah dan serikat pekerja. 16 2.2.2.3.Penggolongan Sistem Informasi Informasi banyak sekali ragamnya dan masing-masing memiliki sifat serta kegunaan yang berbeda-beda. Agar informasi yang digunakan dapat sesuai dengan masalah yang dihadapinya, maka perlu diadakan penggolongan informasi kedalam kelompok yang sangat membantu manajemen. Penggolongan tersebut membagi informasi menjadi lima golongan, Swastha, 1997: 162-163 yaitu : 1. Informasi Internal dan Eksternal Penggolongan informasi kedalam : Informasi internal informasi yang berasal dari dalam dan eksternal informasi yang berasal dari luar ini didasarkan pada sumber informasi tersebut. Contoh informasi tentang upah dan gaji karyawan, karakteristik barang yang dijual, kapasitas produksi dan sebagainya. Sedangkan contoh informasi yang berasal dari luar antara lain : jumlah pesanan dari langganan, kebijaksanaan harga serta perencanaan produksi dari pesaing, peraturan-peraturan perpajakan dan sebagainya. 2. Informasi Yang Diulang dan Yang Tidak Diulang Disini penggolongan informasi didasarkan pada jarak atau interval waktunya. Informasi yang mempunyai interval waktu kurang dari satu tahun dikategorikan sebagai informasi yang diulang, sedangkan lainnya dikategorikan sebagai informasi yang tidak diulang. 17 3. Informasi Keharusan dan Operasional Informasi keharusan merupakan informasi yang diminta sebagai prasyarat oleh pemerintah dan atau lembaga-lembaga lain diluar perusahaan. Karena permintaan bersifat kontinyu, maka informasi tersbut dapat dibuat secara rutin. Hal ini dapat mendorong manajemen untuk meningkatkan perhatiannya pada tugas-tugas yang lain. Berbeda dengan informasi keharusan, informasi operasional ini lebih banyak dibutuhkan oleh para manajer dalam perusahaan. Mereka memerlukan informasi tersebut untuk keperluan perencanaan serta operasi perusahaan. 4. Informasi Aktif dan Pasif Informasi aktif adalah informasi yang memberitahukan kepada seseorang bahwa ia si penerima harus melakukan sesuatu. Sedangkan informasi pasif hanya bersifat sebagai pemberitahuan saja, dan tidak mengikat seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. 5 Informasi Yang Sudah Terjadi dan Yang Akan Terjadi Informasi yang sudah terjadi merupakan informasi yang penggunaannya dilakukan pada waktu lampau, sedangkan informasi yang akan terjadi merupakan informasi yang baru akan digunakan untuk waktu mendatang. Kedua macam informasi ini sangat penting pengunaannya dalam menyusun suatu perencanaan. 18 2.2.3. Penganggaran 2.2.3.1. Pengertian Penganggaran Menurut Mulyadi 2001: 488, konsep anggaran dapat difahami dengan mengikuti uraian tentang definisi, karakteristik, dan fungsi anggaran yang disajikan berikut ini. Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan program programming. Tanpa didasarkan pada rencana kegiatan jangka panjang yang disusun sebelumnya, anggaran sebenarnya tidak membawa perusahaan ke arah mana pun. Menurut Munandar 2001: 1, budget anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit kesatuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu periode tertentu yang akan datang. 2.2.3.2.Karakteristik Penganggaran Suatu anggaran memiliki karakteristik sebagai berikut Mulyadi, 2001: 490 : 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 19 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. 3. Angaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran. 5. Sekali disetujui, angaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu. 6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan. Penganggaran penyusunan anggaran adalah proses penentuan peran manajer pertanggungjawaban dalam melaksanakan program atau bagian program Supriyono, 2000: 5. 2.2.3.3.Kegunaan Pokok Anggaran Anggaran mempunyai kegunaan pokok, yaitu Munandar, 2001: 10 : 1. Sebagai pedoman kerja Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan- kegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang. 2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling 20 menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan deikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin. 3. Sebagai alat pengawasan kerja Anggaran berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai evaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang didalam anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukan kurang sukses bekerja. Dari perbandingan tersebut dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat pula diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencana-rencana anggaran selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat. 2.2.3.4.Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi Menurut Munandar 2001: 14-15 secara sederhana, akuntansi diartikan sebagai suatu cara yang sitematis untuk melakukan pencatatan, melakukan penggolongan-golongan, melakukan peringkasan, melakukan penganalisaan serta melakukan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa finansial yang terjadi dan yang dilakukan oleh perusahaan. 21 Dari pengertian tersebut nampaklah bahwa akuntansi menyajikan data-data historis, menyajikan peristiwa-peristiwa finansial yang tejadi dari hari ke hari secara teratur dan sistematis. Sedangkan anggaran menyajikan data taksiran-taksiran untuk jangka waktu tertentu yang akan datang. Bilamana dihubungkan maka antara anggaran dengan akuntansi mempunyai kaitan yang sangat erat, yaitu: 1. Akuntansi menyajikan data histories yang sangat bermanfaat untuk mengadakan taksiran-taksiran forecasting yang akan dituangkan dalam anggaran, yang nantinya akan dijadikan sebagai pedoman kerja diwaktu yang akan datang. Dengan demikian akuntansi sangat bermanfaat didalam penyusunan anggaran fungsi pedoman kerja. 2. Akuntansi juga melakukan pencatatan secara sistematis dan teratur tentang pelaksanaan anggaran itu nantinya, dari hari ke hari. Dengan demikian akuntansi menyajikan data realisasi pelaksanan anggaran secara lengkap. Data realisasi pelaksanaan anggaran secasra lengkap. Data realisasi pelaksanan anggaran inilah yang nantinya dibandingkan dengan apa yang tercantum dalam taksiran anggaran itu sendiri, untuk mengadakan penelitian evaluasi kerja perusahaan. 22 2.2.3.5.Tahap Implementasi Anggaran Tahap implementasi anggaran dilaksanakan melalui dua kegiatan penting Mulyadi, 2001: 509 yaitu : 1. Komunikasi anggaran. Manajer fungsi anggaran bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan anggaran yang telah disahkan kepada para manajer jenjang menengah dan bawah. 2. Kerja sama dan koordinasi. Implementasi anggaran yang berhasil, memerlukan kerja sama orang yang memiliki berbagai macam keterampilan dan bakat. 2.2.4.Tinjauan Teori X dan Y Menurut Supriyono 2000: 2: 241 teori X dan Y pertama kali dikemukakan oleh Gregor 1960 dan 1967. Gregor mengemukakan bahwa sikap manajer terhadap para karyawan akan mempengaruhi motivasi para karyawannya, sehingga akhirnya mempengaruhi pula produktiitas karyawan. Atas dasar teori ini, untuk menilai sikap dasar karyawan dapat digunakan dua perangkat asumsi yang diberi nama teori X dan teori Y. Teori ini berpendapat bahwa dengan mengambangkan filosofi manajemen yang benar terhadap penilaian sikap manusia akan berakibat dapat menimbulkan motivasi sumber daya manusia. Manajer perusahaan harus tahu bagaimana menimbulkan motivasi para karyawan dengan cara mengidentifikasikan lebih dahulu apakah karyawannya cenderung 23 memenuhi kriteria teori X dan teori Y, atau kombinasi dari kedua macam teori tersebut. Teori X beranggapan bahwa pada umumnya manusia lebih senang diawasi daripada diberi kebebasan, manusia tidak senang menerima tanggung-jawab, manusia bersifat malas dan selalu ingin aman. Motivasi karyawan pada teori X adalah balas jasa dari perusahaan berupa gaji atau upah dan penghasilan lainnya. Motivasi bekerja adalah karena takut hubkuman atau karena menginginkan hadiah. Manajer yang mendasarkan tindakannya pada teori X atau beranggapan bahwa karyawannya mempunyai sikap teori X akan melakukan pengawan terhadap karyawan dengan ketat, membuat tugas-tugas para karyawan lebih jelas dan berstruktur, dan banyak memberikan hukuman atau hadiah. Teori Y beranggapan bahwa pada umumnya manusia suka bekerja, manusia dapat belajar mencari tanggung-jawab, pengendalian diri adalah penting di dalam mencapai tujuan individu maupun perusahaan, manusia mempunyai pembawaan kreatif dan imajinasinya disumbangkan untuk menyelesaikan masalah-masalah perusahaan. Motivasi karyawan terutama ditimbulkan karena adanya pengakuan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Manajer yang mendasarkan pada teori Y atau beranggapaan bahwa karyawannya mempunyai sikap seperti teori Y akan mengelola perusahaan dengan lebih terbuka, mendorong para karyawan, khususnya staf, berinisitatif dan berkembang. 24 Di dalam mengelola perusahaan, manajer tidak dapat semata-mata menggunakan perangkat anggapan di dalam teori X dan teori Y untuk menentukan strategi manajerial. Pengelolaan perusahaan jangan menggunakan pendekatan yang terlalu keras, misalnya dengan paksaaan atau hukuman, tetapi juga jangan terlalu lunak, misalnya selalu memuaskan permintaan karyawan atau selalu memberikan izin. Pendekatan yang terlalu keras selalu menghasilkan permusuhan antagonis, sabotase, dan hasil yang rendah. Sebaliknya pendekatan yang terlalu lunak dapat mengakibatkan karyawan malas dan permintaannya berlebihan sehingga dapat menurunkan hasil produksi serta kegagalan pertangungjawaban manajerial. Jika memungkinkan, manajer hendaknya dapat mengembangkan kepercayaan dan tanggung-jawab timbal balik serta saling menghormati, sehingga para manajer dapat memadukan kebutuhan-kebutuhan individual karyawan dengan tujuan-tujuan perusahaan atau dengan kata lain tercapai keselarasan tujuan. 2.2.4.1.Tinjauan Teori Dua Faktor Menurut Supriyono 2000: 2: 247 teori dua faktor dikemukakan oleh Herzberg 1950. Teori dua faktor merupakan salah satu teori motivasi yang cukup terkenal dan mempunyai pengaruh penting pada manajemen. Teori dua faktor atau teori motivasi-higiene memisahkan dua perangkat yang menerangkan sikap terhadap tugas karyawan, yaitu: 1 faktor kepuasan, dan 2 faktor ketidakpuasan. 25 Dari penelitian Herzberg diketahui bahwa kepuasan diperoleh karena karywan melakukan pekerjaan. Kepuasan tersebut merupakan motivasi yang semuanya berhubungan dengan apa yang harus dikerjakan atau terhadap isi pekerjaan, sehingga faktor kepuasan disebut juga sebagai faktor motivasi. Faktor ketidakpuasan umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan atau hubungan kerja, sehingga faktor ketidakpuasan juga disebut faktor lingkungan atau faktor higiene. Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan dan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan dapat dirinci seperti tampak pada tabel 2.1 dan 2.2. Tabel 2.1. Faktor Kepuasan dan Faktor Ketidakpuasan Faktor Kepuasan Faktor Motivasi Faktor Ketidakpuasan Faktor Higiene 1. Prestasi 2. Pengakuan 3.Pertanggungjawaban 4.Kemajuan 5.Perkembangan Kebijaksanaan dan adiministrasi perusahaan Supervisi Pengawasan Kondisi Kerja Hubungan antarmanusia Gaji atau penghasilan Status Keamanan kerja Kehidupan personal 26 Herzberg, mengembangkan pula prinsip-prinsip yang menimbulkan motivasi karyawan. Prinsip-prinsip tersebut tampak pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Kerja Prinsip-Prinsip Menimbulkan Motivasi 1.Menghapuskan sejumlah pengawasan seraya mempertahankan pertanggungjawaban. 2.Meningkatkan pertanggungjawaban individu atas pekerjaannya sendiri 3.Memberikan pekerjaan dalam kesatuan lengkap kepadan dan orang-orang tertentu. 4.Memberikan tambahan kekuasan bertindak dan kebebasan bekerja kepada seorang karyawan 5.Pembuatan periodik, yang langsung tersedia bagi Pertanggungjawaban dan prestasi personal Pertanggungjawaban dan pengakuan Pertanggungjawaban, prestasi, dan pengakuan Pertanggungjawaban, prestasi, dan pengakuan Pengakuan internal. 27 karyawan. 6.Memperkenalkan tugas baru dan tugas yang lebih sulit yang belum pernah dilaksanakan oleh karyawan. 7.Membebankan tugas khusus pada karyawan tertentu, memberi kesempatan mereka menjadi ahli. Perkembangan,dan keinginan belajar. Pertanggungjawaban, perkembangan,dan kemajuan. Sesuai dengan pendapat Herzberg, faktor kepuasan hanya mempunyai pengaruh yang kecil terhadap faktor ketidakpuasan. Begitu pula sebaliknya, faktor ketidakpuasan juga hanya mempunyai pengaruh yang kecil terhadap faktor kepuasan. Sebagai contoh, jika manajer memperbaiki kondisi kerja sesuai dengan harapan para anggota organisasi, tindakan ini tidak berarti akan meningkatkan kepuasan para anggota; karena berkurangnya ketidakpuasan tidak berarti meningkatkan kepuasan. Motivasi kerja diciptakan oleh kepuasan kebutuhan individu dan bukan dari mengeleminasi ketidakpuasan. Teori dua faktor ini mempunyai dua implikasi penting pada sistem pengendalian manajemen, yaitu: 28

a. SPM harus mendorong motivasi para karyawan