Simpulan ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN TEORI MATA PELAJARAN SISTEM PEMINDAH TENAGA KOMPETENSI MEMELIHARA TRANSMISI KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

126

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka secara garis besar penelitian ini dapat menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan proses pembelajaran teori pada mata pelajaran sistem pemindah tenaga kompetensi memelihara transmisi kelas XI di SMK Muhammadiyah Prambanan termasuk dalam kategori kurang sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses dengan persentase 43,91. Silabus yang digunakan guru kurang sesuai dengan prinsip dan langkah-langkah pengembangan silabus pada KTSP, karena guru tidak mengembangkan silabus. Guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan format Permendiknas Nomor 41 tahun 2007. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tidak berpedoman terhadap silabus yang sudah dikembangkan oleh sekolah. 2. Pelaksanaan proses pembelajaran teori pada mata pelajaran sistem pemindah tenaga kompetensi memelihara transmisi kelas XI di SMK Muhammadiyah Prambanan kurang sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses dengan persentase 49,17, sehingga siswa kurang memahami pembelajaran yang diberikan guru. Guru tidak memperhatikan persyaratan pembelajaran seperti membagikan modul, LKS, dan hand out sebagai sumber belajar. Dalam kegiatan pembelajaran inti tidak terdapat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfimasi, serta penggunaan media juga tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan penutup guru tidak memberikan penilaian dan komentar mengenai pembelajaran transmisi yang telah dilaksanakan. 3. Penilaian hasil pembelajaran teori pada mata pelajaran sistem pemindah tenaga kompetensi memelihara transmisi kelas XI di SMK Muhammadiyah Prambanan kurang sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses dengan persentase 45,45. Penilaian yang dilakukan guru hanyalah penilaian kognitif saja, guru tidak melakukan penilaian afektif. Di dalam soal ulangan harian tidak terdapat alokasi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan, tidak terdapat petunjuk pengerjaan soal, tidak terdapat KKM yang harus dicapai, dan terdapat soal dengan penafsiran ganda. Setelah melakukan analisis butir soal diketahui soal yang berkualitas baik hanya berjumlah 2 dengan persentase 20. Ini berarti bahwa guru tidak sistematik dan tidak terencana dalam melakukan penilaian seperti tidak membuat kisi-kisi, tidak melakukan pengembangan instrumen serta tidak melakukan tindak lanjut berupa remidi maupun pengayaan.

B. Implikasi