Estetika Konsep Estetika konsep adalah kua-

D esain Gr afis K omunikasi 32 x Iklan media grafis komuni- kasi tidak boleh mempe- ngaruhi atau merangsang orang mulai merokok. x Iklan media grafis komuni- kasi obat harus sesuai dengan indikasi jenis pro- duk yang disetujui Depar- temen Kesehatan Republik Indonesia. Ada kalanya iklan media grafis komunikasi lupa atau tidak menghiraukan peraturan yang telah ditentukan, se- hingga tanpa disadari iklan media grafis komunikasi yang ditampilkan akan men- dapat reaksi keras atau kritik juga perasaan kurang enak pada konsumen yang merasa dirugikan. Memanipulasi dan mempermainkan Kode Etik yang telah ditentukan secara tidak langsung meninggalan peraturan yang telah ada, sehingga menjadikan kurang wibawanya Kode Etik ter- sebut. Keputusan Menteri Kese- hatan Republik Indonesia Nomor: 368Men.KesSKIV1994 Tentang Pedoman Peri- klanan: Obat Bebas, Obat Tradisonal, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Ke- sehatan Rumah Tangga, dan Makanan-Minuman

A. Pedoman Periklanan Obat Bebas

Latar Belakang 1. Obat mempunyai kedu- dukan yang khusus dalam masyarakat karena merupakan produk yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Na- mun demikian, penggunaan yang salah, tidak tepat dan tidak rasional dapat mem- bahayakan masyarakat. 2. Untuk melindungi masya- rakat dari kemungkinan peng- gunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan, pemerintah melaksana- kan pengendalian dan penga- wasan terhadap penyebaran obat, termasuk periklanan obat. Dalam periklanan obat, masalah yang dihadapi relatif kompleks karena aspek yang dipertimbangkan tidak hanya menyangkut kriteria etis pe- riklanan, tetapi juga menyang- kut manfaatresikonya terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat luas. Oleh karena itu isi, struktur maupun format pesan iklan obat perlu diran- cang dengan tepat agar tidak menimbulkan persepsi dan interprestasi yang salah oleh masyarakat luas. D esain Gr afis K omunikasi 33 Petunjuk Teknis Secara umum iklan obat harus mengacu pada “Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia”, tetapi khusus un- tuk hal-hal yang bersifat teknis medis, maka penerapannya harus didasarkan pada pe- doman ini. Umum 1. Obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku tergolong dalam obat bebas atau obat terbatas, kecuali dinyatakan lain. 2. Obat dimaksud dalam butir 1 dapat diiklankan apabila telah mendapat nomor perse- tujuan pendaftaran dari Depar- temen Kesehatan RI. 3. Iklan obat dapat dimuat di media periklanan setelah ran- cangan iklan tersebut disetujui oleh Departemen Kesehatan RI. 4. Nama obat yang dapat diiklankan adalah nama yang disetujui dalam pendaftaran. 5. Iklan obat hendaknya da- pat bermanfaat bagi masya- rakat untuk pemilihan penggu- naan obat bebas secara rasional. 6. Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berle- bihan dan penggunaan terus- menerus 7. Informasi mengenai pro- duk obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat 2 Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Ke- sehatan sebagai berikut: Obyektif: harus memberikan informasi sesuai dengan ke- nyataan yang ada tidak boleh menyimpang dari sifat keman- faatan dan keamanan obat yang telah disetujui. Lengkap: harus mencantum- kan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontra indikasi dan efek samping. Tidak menyesatkan: infor- masi obat harus jujur, akurat, bertanggung jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekua- tiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan. Di sam- ping itu, cara penyajian infor- masi harus berselera baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang menga- kibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berda- sarkan pada kebutuhan. 8. Iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak- anak atau menampilkan anak- anak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan