Narapidana Baru Residivis Lembaga Pemasyarakatan Menurut UU RI No. 12 Tahun 1995

penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, memancing orang lain supaya melakukan tindak pidana. Menurut ilmu kriminologi dalam Siregar 2013, tindak pidana dibagi kedalam penggolongan pelaku tindak pidana narapidana sesuai dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukan yaitu narapidana baru atau pelanggar hukum bukan residivis mono deliquent dan residivis.

2.2.1 Narapidana Baru

Narapidana adalah manusia yang tengah mengalami krisis, tengah berada di persimpangan jalan, tengah mengalami disosialisasi dengan masyarakat, tengah merencanakan kehidupan baru setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Rutan. Tepat sekali jika narapidana harus mengenal diri sendiri, agar mampu memutuskan dan melakukan tindakan untuk mengubah diri sendiri, agar mempunyai kemauan untuk melakukan perubahan Harsono 1995. Narapidana baru merupakan pelanggar hukum bukan residivis yang mempunyai istilah khusus yaitu, mono deliquent atau first offenders. Tiada seorang pun dapat dipidana atau dikenakan tindakan, kecuali perbuatan yang dilakukan telah ditetapkan sebagai tindak pidana dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat perbuatan itu dilakukan. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Residivis

Residivis atau pelaku tindak pidana yang berulang berasal dari bahasa Perancis yang terdiri dari 2 kata yaitu Re dan Cado. Re berarti lagi, dan Cado berarti jatuh, sehingga berdasarkan asal katanya dapat didefinisikan bahwa residivis adalah jatuh lagi untuk kedua kalinya. Dalam KUHP tahun 2012 dalam pasal 24 paragraf 6 tertera bahwa residivis yang melakukan pengulangan tindak pidana lagi dalam waktu 5 lima tahun sejak: a. Menjalani seluruh atau sebagian pidana pokok yang dijatuhkan; b. Pidana pokok yang dijatuhkan telah dihapuskan; atau c. Kewajiban menjalani pidana pokok yang dijatuhkan belum daluarsa.

2.2.3 Lembaga Pemasyarakatan Menurut UU RI No. 12 Tahun 1995

Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 6 ayat 1. Lembaga ini merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana Pasal 1 ayat 1. Pembinaan dimaksud dilakukan terhadap narapidana baik dewasa maupun anak didik. Dahulu Lembaga Pemasyarakatan mempunyai nama yang dikenal dengan penjara, namun telah diubah berdasarkan pearuran perundang-undangan. Dikatakan Pemasyarakatan karena merupakan lembaga dengan sistem suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat Universitas Sumatera Utara untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab Pasal 1 ayat 2. Lembaga Pemasyarakatan atau yang lebih dikenal dengan lapas didirikan disetiap ibukota kabupaten atau kotamadya Pasal 4 ayat 1.

2.2.4 Dampak Psikologis Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan