perendaman hasil cetakan dalam sodium hipoklorit 0,5 akan menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang minimal dibandingkan dengan pengunaan
desinfektan lain.
15
Belum ada penelitian yang membandingkan larutan sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 terhadap perubahan dimensi alginat. Hal ini
sebagai upaya untuk mengetahui ada tidaknya perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang nantinya akan menentukan ketepatan pada pembuatan model selanjutnya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.Berapa dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 selama 5 dan 10 menit?
2.Apakah ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi ?
3.Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 selama 5 dan 10 menit
terhadap perubahan dimensi ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui berapa dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 selama 5 dan 10 menit.
2.Untuk mengetahui apakah ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 selama 5 dan 10 menit terhadap
perubahan dimensi. 3.Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh perendaman cetakan
alginat dalam sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
a Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Prostodonsia.
b Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi mengenai pengaruh perendaman cetakan alginat sodium hipoklorit 0,5 dan glurataldehid 2
terhadap perubahan dimensi sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih banyak diarahkan untuk memperkuat bahan cetak alginat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Cetak
Bahan cetak adalah bahan yang digunakan di kedokteran gigi untuk mencetak dan mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di
dalam rongga mulut yang selanjutnya hasil cetakan diisi dengan bahan gips untuk dibuat model yang akan digunakan sebagai studi model dan tempat pembuatan gigi
tiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan, mahkota, jembatan dan inlay.
1-3
2.1.1 Klasifikasi Bahan Cetak
Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya. Ada 2 jenis bahan cetak, yakin bahan cetak non-elastis dan elastis.
1-4
2.1.1.1 Bahan cetak non-elastis
Bahan cetak non elastis adalah bahan cetak yang tidak dapat melalui undercut sehingga penggunaannya terbatas pada pasien edentulus dan tanpa ada undercut
tulang. Bahan cetak non elastis dapat dibagi menjadi plaster of paris, kompon dan okside seng eugenol.
1. Plaster of paris
Plaster of paris atau yang disebut juga sebagai gips cetak jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer telah tersedia. Gips cetak bersifat rigid dan
lebih mudah patah. Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, karena itu paling cocok digunakan bila tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam
kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.
1
2. Kompon Ini merupakan suatu bahan termoplastik yang akan melunak jika dipanaskan
dalam uap air dengan suhu 60°C. Terdapat dua jenis kompon yang ditentukan oleh
Universitas Sumatera Utara
ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi sendok cetak. Walaupun jarang digunakan, kompon dapat dipakai untuk pencetakan mahkota
penuh, cetakan rahang edentulus sebagian atau seluruhnya, dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir dibuat dengan menggunakan bahan lainnya.
Kompon tidak dapat digunakan untuk mencetak undercut karena tidak bersifat elastis.
1,3
3. Okside seng eugenol OSE Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini
lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk gigitiruan
pada linggir edentulus dengan undercut kecil atau tanpa ada undercut. OSE juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompon pada sendok cetak atau pada
sendok cetak individual akrilik.
1
2.1.1.2 Bahan Cetak Elastis
Bahan cetak elastis dapat dibagi menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi
dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid. Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak
hidrokoloid reversibel dan ireversibel.
1
1. Hidrokoloid a Hidrokoloid Reversibel Agar
Hidrokoloid reversibel adalah bahan cetak yang paling akurat untuk
mengambil cetakan pada gigi dan rahang mempunyai undercut jaringan dan bisa dilepaskan dari mulut tanpa melukai mulut pasien. Bahan ini memiliki riwayat
keberhasilan yang cukup panjang untuk pembuatan gigitiruan tunggal dan gigitiruan cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi.
1-3
Universitas Sumatera Utara
b Hidrokoloid Ireversibel Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam
kedokteran gigi. Alginat juga disebut dengan hidrokoloid alginat atau hidrokoloid ireversibel. Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan anatomi untuk gigitiruan
sebagian dan pesawat ortodontik.
1-4
2. Elastomer Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi, dan
yang berpolimerisasi dengan penambahan. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk semula dengan baik, dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama
silikon yang berpolimerisasi dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang sangat padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok
bahan cetak yang cocok untuk berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah penggunaannya, serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan
mengeras, sehingga cocok untuk hampir semua teknik.
1-3
2.2 Alginat
Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah diperkenalkan sejak tahun 1940. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaannya
paling luas dalam bidang kedokteran gigi. Kelebihan dari bahan cetak alginat
diantaranya adalah mudah dimanipulasi, tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak mahal, nyaman dan mudah ditolerir oleh pasien, cepat mengeras dan terdapat
aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Sebaliknya penggunaan alginat juga memiliki beberapa kekurangan seperti adanya
sifat sineresis yang menyebabkan terjadinya pengerutan dan imbibisi yang akan membuat perubahan dimensi pada hasil cetakan.
1-4
Pada pembuatan gigitiruan lengkap, jenis kekentalan tinggi dianjurkan untuk pembuatan cetakan pendahuluan karena derajat kecermatan model yang dihasilkan
tidak dituntut setinggi seperti yang diperlukan bagi model kerja yang akan digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk membuat gigitiruan atau sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan untuk mencatat seakurat mungkin bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain
itu, alginat juga dipakai untuk pencetakan pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, alat ortodontik, dan model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat
untuk pembuatan mahkota dan jembatan.
1-4
2.2.1 Komposisi Alginat
Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversibel adalah salah satu komponen alginat yang larut air, seperti natrium atau kalium. Bila komponen
alginat yang larut dalam air dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol. Sol tersebut sangat kental meskipun dalam konsentrasi rendah. Alginat dapat larut
membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air diaduk dengan kuat. Berat molekul dari campuran alginat sangat bervariasi tergantung pada buatan pabrik.
Semakin berat molekul, semakin kental sol yang terjadi.
4
Proporsi yang tepat dari masing-masing bahan kimia yang di gunakan bervariasi sesuai dengan jenis bahan mentah yang digunakan. Tujuan ditambahkannya
diatomaceous earth adalah sebagai pengisi. Bila bahan pengisi ditambahkan dengan jumlah yang tepat maka akan dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel alginat,
menghasilkan tekstur yang halus, dan memastikan pembentukan permukaan gel padat yang tidak bergelombang. Bahan tersebut juga membantu permukaan sol dengan
mendispersikan partikel bubuk alginat dalam air. Oksida sing juga berfungsi sebagai bahan pengisi dan mempengaruhi sifat fisik serta waktu pengerasan gel.
4
Kalsium sulfat dapat digunakan sebagai reaktor. Bentuk dihidrat umumnya digunakan, tetapi untuk keadaan tertentu hemihidrat menghasilkan waktu
penyimpanan bubuk yang lebih lama serta kestabilan dimensi gel yang lebih memuaskan. Fluorida, seperti kalium titanium fluorid ditambahkan pada alginat
sebagai bahan mempercepat pengerasan stone untuk mendapat permukaan model stone yang keras dan padat terhadap cetakan.
4
Komposisi bahan cetak alginat, fungsi dan presentase berat dari masing- masing komponen ditunjukkan pada tabel yang diberikan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya
1,2,3,4
KOMPONEN BERAT FUNGSI
Sodium atau potassium alginate salt
18 Untuk melarutkan bubuk dalam air dan
bereaksi dengan ion kalsium Calcium sulfate
14 Untuk bereaksi melarutkan bubuk alginat
dari bentuk kalsium alginat yang tidak larut Sodium phosphate
2 Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan
memperlambat setting time Diatomaceous earth
atau silicate powder 56
Untuk kontrol konsistensi pencampuran dan fleksibilitas bahan cetak
Potassium sulfate atau potassium zinc
fluoride 10
Untuk menetralkan efek penghambat kekerasan selama pembuatan model gips
Quaternary ammonium compounds
atau chlorhexidine 1-2
Sebagai self desinfeksi
Organic glycol Sebagai pelapis partikel-partikel bubuk untuk
meminimalkan debu selama pengadukan Pigments
Sedikit Untuk memberikan warna
Phenylalanine Sedikit
Untuk bahan pemanis Wintergreen,
peppermint, anise Sedikit
Untuk membuat rasa yang nyaman
2.2.2 Proses Gelasi
Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta. Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting. Tahap
pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan waktu pengerjaan yang adekuat:
4
Universitas Sumatera Utara
2Na
3
PO
4
+ 3CaSO
4
Ca
3
PO
4 2
+ 3Na
2
SO
4
Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air akan
membentuk gel:
4
H
2
O Na alginat + CaSO4 Ca alginat + Na
2
SO
4
bubuk gel
Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Quick setting alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk
mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual. 2. Regular setting alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk
pemakaian rutin. Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu gelasi
berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan menyebabkan stres internal pada alginat.
2.2.3 Manipulasi
Bubuk alginat dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik. Rasio bubuk dan air akan mempengaruhi hasil adonan alginat. Perbandingan
bubuk dan air yang kurang akan meningkatkan waktu kerja, setting time dan fleksibilitas.
3,4
Pengadukkan dilakukan dengan cepat dan terus menerus serta spatula ditekan pada dinding rubber bowl dengan putaran intermitten 180° dari spatula untuk
mengeluarkan gelembung udara. Semua bubuk haruslah tercampur rata. Bila terdapat sisi bubuk, gel yang baik tidak akan terbentuk dan sifat bahan menjadi kurang
sempurna. Pengadukan yang baik akan menghasilkan campuran yang halus dengan
Universitas Sumatera Utara
konsistensi seperti krim, serta tidak menetes dari spatula apabila spatula diangkat dari rubber bowl. Waktu pencampuran untuk alginat tipe regular adalah 1 menit dan untuk
tipe fast 45 detik. Waktu pencampuran sangat penting karena pengadukan yang kurang dan berlebihan akan mempengaruhi kekuatan dari bahan cetak.
3,4
2.2.4 Sifat Imbibisi dan Sineresis
Hasil cetakan alginat mempunyai sifat imbibisi yaitu menyerap air bila dalam lingkungan yang basah sehingga lebih mudah mengembang dan mudah terjadi
pengerutan yaitu sineresis, saat dibiarkan terlalu lama pada udara terbuka. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dimensi hasil cetakan. Seperti hidrokoloid lainnya,
alginat mengandungi sejumlah air yang besar dan rentan terhadap di distorsi yang disebabkan oleh pengembangan yang terkait dengan imbibisi atau sineresis.
20
Alginat adalah gel polimer dengan air sebagai media interstisial, oleh karena itu alginat diklasifikasikan sebagai hidrogel. Keberadaan fisik air pada polimer
hydrogel biasanya dalam bentuk padat, cair, dan uap. Air pada fase absorbsi dapat terikat contoh padat, dimana air terperangkap maupun tidak terikat atau bebas. Air
bebas terletak pada pori-pori dari partikel filler seperti diatomaceous earth. Air bebas yang terperangkap di antara partikel filler rentan terhadap kenaikan dan penurunan
volumetrik, hal ini diakibatkan oleh sineresis atau imbibisi.
16
2.2.4.1 Perubahan Dimensi Hasil Cetakan
Dimensi adalah pengukuran sesuatu bahan pada arah tertentu, seperti panjang, lebar, tinggi, atau diameter. Ketepatan cetakan oleh suatu bahan cetak merupakan hal
yang terpenting tak terkecuali pada bahan cetak alginat. Permasalahan pada cetakan alginat adalah kehilangan ketepatan cetakan seiring dengan meningkatnya waktu
penyimpanan. Alginat merupakan hidrokoloid gel yang mengandungi sejumlah air yang besar. Dalam lingkungan yang basah, alginat dapat menyerap air. Adanya
kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada disekitarnya, dan dengan adanya waktu, maka air tersebut dapat diserap oleh
alginat secara osmosis. Proses ini dikatakan proses imbibisi. Proses imbibisi pada hasil
Universitas Sumatera Utara
cetakan alginat akan menyebabkan terjadi perubahan dimensi. Oleh karena itu untuk mencapai keakuratan yang maksimal, cetakan alginat harus diisi secepat mungkin.
Bila hal ini tidak dapat dilakukan, maka cetakan harus disimpan pada kondisi dengan kelembaban relatif 100 agar tidak terjadi perubahan dimensi.
1,3,4,9
Salah satu cara untuk melihat perubahan dimensi cetakan alginat yaitu dengan membandingkan ukuran die stone cetakan dengan master die cetakan yang
dipergunakan. Panza, dkk 2006 dalam penelitiannya meneliti perubahan dimensi cetakan alginat yang direndam dalam sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2
dengan menggunakan master model yang terbuat dari besi yang dibandingkan dengan die stone dan didapatkan perubahan dimensi yang terjadi sebesar 0,122.
17
Vodjani, dkk 2006 telah mencobakan desinfeksi dengan penyemprotan dan perendaman
dalam sodium hipoklorit 5,25 pada cetakan alginat dengan stone model.
18
Cara lain untuk mengetahui perubahan dimensi cetakan alginat yaitu langsung mengukur
cetakan alginat sesudah perendaman dalam larutan desinfektan dan dibandingkan dengan cetakan yang tanpa perendaman. Rodrigues SB, dkk 2012 dalam
penelitiannya meneliti perubahan deformasi hasil cetakan alginat dengan menggunakan kaliper digital untuk mengukur perubahan deformasi.
19
2.2.5 Setting Time
Berdasarkan spesifikasi American Dental Association ADA nomor 18 terdapat 2 tipe yaitu tipe I fast set working time tidak kurang dari 1 menit 15 detik dan
setting time 1-2 menit dan tipe II normal set working time tidak kurang dari 2 menit dan setting time 2-4,5 menit.
3
Untuk memperlambat setting time dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu mengurangi rasio bubuk alginat atau mengurangi suhu air. Pengurangan rasio bubuk
alginat kurang dianjurkan karena dapat mengurangi kekuatan dan akuransi alginat, oleh karena itu, cara mengurangi suhu air lebih dianjurkan. Suhu air yang tinggi akan
mempercepat setting time, sedangkan suhu air yang rendah akan memperlambat setting time, akan tetapi penggunaan suhu air yang lebih rendah dari 18°C atau lebih
tinggi dari 24°C akan memberikan cetakan yang tidak baik.
3
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kontrol Infeksi
Dasar pemikiran untuk kontrol infeksi adalah untuk “mengkontrol” infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan potensial pada petugas kesehatan
terhadap penyakit selama perawatan. Istilah kontrol infeksi tidak berarti pencegahan total terhadap infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan selama
perawatan terhadap darah dan material yang berpotensi menginfeksi lainnya, namun istilah tersebut memiliki pengertian mengurangi resiko transmisi penyakit.
5,20
Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, virulensi, infektivitas
organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadap virulensi organisme pathogen atau mengurangi kerentanan pasien
adalah hampir tidak mungkin. Petugas klinis harus mengerti tentang proses penyakit, cara transmisi, metode mengkontrol transmisi, dan mengimplementasikan kontrol
infeksi selama perawatan untuk memutus rantai infeksi. Imunisasi terhadap penyakit, penggunaan peralatan pelindung, pengawasan pada teknik dan tempat kerja, desinfeksi
permukaan atau peralatan, sterilisasi instrumen, dan penggunaan protokol aspetik selama perawatan harus selalu dilakukan.
5,7,20,21
Di bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko
atau infeksi silang yang terjadi di prakek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien. Dokter gigi tidak mungkin
yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus
dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis yang dilakukan pada pasien harus menggunakan kontrol infeksi yang umum.
5,7,20,21
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Cara kontrol infeksi
Dalam praktek kedokteran gigi, kontrol infeksi meliputi beberapa prosedur penting yaitu : evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi, pembuangan sampah
bekas praktek dan desinfeksi.
5,20
2.3.1.1 Evaluasi Pasien
Pasien yang datang berobat harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap dan data hasil pemeriksaan tersebut harus diperbaiki
pada tiap kunjungan berikutnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi. Dokter gigi tidak
mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus
dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen.
7,20
2.3.1.2 Proteksi Diri
Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter gigi antaranya kebersihan diri, pemakaian baju praktek, proteksi misalnya penggunaan sarung tangan,
kaca mata, masker, dan imunisasi. Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi. Secara umum seorang dokter gigi
harus menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari
memegang luka atau abrasi. Selain itu, dokter gigi juga harus menutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester karena luka tersebut dapat merupakan tempat
masuknya mikroorganisme patogen dan mencuci tangan baik sebelum dan sesudah merawat pasien.
5,7,20,21
2.3.1.3 Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme dan dilakukan dalam empat tahap secara umum yaitu pembersihan sebelum sterilisasi
seterusnya pembungkusan peralatan selanjutnya melakukan proses sterilisasi dan
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan yang aseptik. Disamping itu, sistem air dental unit juga harus dibersihkan dan bebas dari biofilm dan kontaminan anorganik lainnya, juga
melakukan pembersihan secara berkala. Air atau bahan irigasi yang digunakan untuk perawatan pasien harus bebas dari mikroba jadi air harus disaring dan destilasi.
5,20,21
Dalam bidang kedokteran gigi, sterilisasi dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
a Uap di bawah tekanan autoclaving Di antara metode sterilisasi, sterilisasi uap adalah yang paling diandalkan dan
ekonomis. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang kritis dan semikritis yang tidak sensitif terhadap panas dan kelembaban misalnya kaca mulut, sonde dan pinset .
Sterilisasi uap memerlukan pemaparan langsung dari setiap item untuk langsung menguapnya pada suhu dan tekanan dalam jangka waktu yang tertentu untuk
membunuh mikroorganisme.
20,21
b Dry Heat Strerilisasi dry heat digunakan untuk sterilisasi material yang dapat rusak oleh
sterilisasi panas yang lembab misalnya, bur dan beberapa instrumen ortodontik. Walaupun dry heat memiliki keuntungan biaya operasional yang rendah dan tidak
korosif, namum membutuhkan waktu proses yang lama dan tempratur yang tinggi sehingga tidak cocok untuk beberapa barang dan instrumen.
20,21
c Unsaturated chemical vapor Sterilisasi unsaturated chemical vapor melibatkan pemanasan larutan kimia
alkohol primer dengan 0,23 formaldehyde pada ruangan tertutup bertekanan. Unsaturated chemical vapor mensterilisasi instrumen carbon steel misal bur dental
dan menghasilkan korosi yang lebih sedikit dibandingkan sterilisasi uap karena rendahnya tingkat air yang terdapat selama siklus. Instrumen harus dalam keadaan
kering sebelum melakukan sterilisasi.
20,21
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.4 Pembuangan Sampah Bekas Praktek
Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus
ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda -benda
tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan ke dalam kantung
plastik.
20,21
2.3.1.5 Desinfeksi
Desinfeksi adalah penghancuran bakteri-bakteri patogenik dengan cara pemberian langsung bahan-bahan kimia atau fisik, sedangkan desinfektan adalah
bahan-bahan kimia yang dapat membunuh organisme patogen bila diaplikasikan pada obyek mati. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu larutan desinfektan
dalam membunuh kuman seperti sifat dari mikroorganisme yang terkontaminasi, lamanya kontak antara desinfektan dengan mikroorganisme, proses atau aksi
desinfektan dan jenis desinfektan yang akan dipakai untuk memahami cara kerjanya. Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, tidak toksik pada hewan dan
manusia, tidak bersifat korosif, memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, mudah digunakan, dan ekonomis.
22-27
Maryam M, dkk 2007 melakukan penelitian tentang efisiensi desinfektan di dalam membunuh
mikroorganisme pada hasil cetakan dengan menggunakan berbagai konsentrasi sodium hipoklorit dan membuktikan bahwa sodium hipoklorit 0,6 dengan teknik
perendaman selama dua menit telah mencegah pertumbuhan bakteri pada hasil cetakan.
28
Ghahramanloo 2009 yang melakukan penelitian tentang efek antimikroba sodium hipoklorit 0,525 , deconex dan sanosil menyimpulkan bahwa penggunaan
Universitas Sumatera Utara
sodium hipoklorit 0,525 dengan cara penyemprotan pada bahan cetak alginat sangat efektif dan telah mendesinfeksi 96,6 dari total sampel.
6
Aeran H, dkk 2010 membuktikan bahwa sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 menunjukkan
efektivitas yang sama terhadap organisme gram positif dan gram negatif dan mengatakan bahwa sodium hipoklorit 0,5 dan glutaraldehid 2 merupakan bahan
desinfektan yang lebih efektif jika dibandingkan bahan desinfektan lain.
29
Joana Correia-Sousa, Ana Margarida Tabaio dkk 2013 telah melaporkan bahwa
penggunaan sodium hipoklorit lebih efektif dibandingkan dengan aquades dalam penurunan jumlah mikroba pada hasil cetakan alginat.
30
Sunitha Kollu, Veena Hedge dkk 2013 menyatakan bahwa penggunaan klorheksidin 0,1 sebagai desinfektan
mempunyai efek terhadap penurunan jumlah mikroba pada hasil cetakan alginat.
31
2.3.1.5.1 Klasifikasi bahan desinfektan
Klasifikasi bahan desinfektan berdasarkan aktivitas spektrum. Bahan desinfektan ini dibahagikan tiga kelompok seperti berikut:
23-25
1 Low level disinfectant
Desinfektan ini mengeliminasi hampir semua mikrobial patogen dan tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini dipakai untuk alat-alat seperti dental unit,
x-ray heads, facebows. Bahan yang termasuk low level disinfectant adalah golongan alkohol, quats quaternary ammonium compounds.
23-25
2 Intermediate level disinfectant
Desinfektan ini mengeliminasi semua mikrobial patogen tetapi tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini juga dipakai untuk alat-alat seperti kaca mulut,
sendok cetak, amalgam condensers. Bahan yang termasuk intermediate level disinfectant adalah golongan fenol dan halogen.
23-25
Sodium hipoklorit termasuk golongan halogen. Sodium hipoklorit merupakan bahan germisidal yang kuat dan dapat membunuh sebagaian besar bakteri. Sodium
hipoklorit bekerja terutama melalui reaksi oksidasi, sebagai asam hipoklorus yang dengan cepat akan diubah oleh air dan lebih aktif berekja pada larutan asam. Pusat
Universitas Sumatera Utara
pengontrolan penyakit menganjurkan pemakaian larutan sodium hipoklorit sebagai bahan efektif untuk membunuh virus hepatitis B. Sodium hipoklorit telah terdaftar
oleh ADA sebagai bahan desinfektan hasil cetakan. Keuntungan dari desinfektan sodium hipoklorit adalah spectrum luas, antimicrobial berlangsung cepat, ekonomis,
dan efektif pada larutan encer. Kerugian sodium hipoklorit ini tidak tahan lama, baunya kurang enak, mengiritasi kulit dan mata, mengkorosi logam dan merusak
pakaian.
22,26
3 High level disinfectant
Desinfektan ini mengeliminasi semua mikrobial patogen dan mengurangi spora tetapi untuk jumlah yang besar tidak dapat mengeliminasi secara sempurna.
Desinfektan ini dipakai untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak, amalgam kondenser. Bahan yang termasuk high level disinfectant adalah golongan etilan oksida,
glutaraldehid, formaldehid.
23-25
Aldehida adalah golongan desinfektan yang sangat efektif dan spektrum luas, yang biasanya mencapai sterilisasi dengan denaturasi protein dan mengganggu asam
nukleat. Agen yang paling sering digunakan adalah formaldehid dan gluteraldehid. Aldehida adalah bahan efektif terhadap bakteri, jamur, virus, mikobakteria dan spora.
Aldehida tidak mengkorosi logam-logam, karet, plastik dan semen. Bahan kimia ini mengiritasi kulit, toksik bagi manusia atau hewan dengan kontak atau inhalasi dan
berpotensi karsinogenik karena itu penggunaannya terbatas. Alat pelindung diri harus dipakai jika menggunakan bahan kimia tersebut. Glutaraldehid terutama digunakan
sebagai desinfektan untuk alat medis dan dapat memberikan sterilisasi pada waktu kontak yang lama. Glutaraldehid 2 digunakan untuk high level disinfectant.
Glutaraldehid berfungsi dengan baik pada pH lebih dari 7 dan suhu tinggi. Glutaraldehid dianggap lebih efektif dengan adanya bahan organik, sabun dan air
keras daripada formaldehid.
22,26
Amin WA, dkk 2009 dan Rad FH, dkk 2010 mengatakan bahwa perendaman hasil cetakan alginat dalam glutaraldehid akan
menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang besar dibandingkan dengan pengunaan larutan sodium hipoklorit.
13,15
Perubahan dimensi pada cetakan alginat ini
Universitas Sumatera Utara
terjadi karena jumlah kandungan air dalam larutan desinfektan, maka diasumsikan dalam larutan glutaraldehid mempunyai kandungan air yang lebih besar dibanding
dengan sodium hipoklorit.
2.3.1.5.2 Teknik Desinfeksi Hasil Cetakan
Pemakaian desinfektan pada hasil cetakan dapat dengan cara perendaman ataupun penyemprotan dengan menggunakan sprayer.
1
Lamanya perendaman atau penyemprotan tergantung dari jenis disinfektan yang digunakan. Berdasarkan aplikasi
praktisnya, desinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi. Selain itu, metode perendaman
merupakan metode desinfeksi yang paling dipilih oleh karena metode ini memungkinkan larutan desinfektan untuk mencapai seluruh permukaan terutama
dearah undercut pada hasil cetakan alginat.
5,17,20,27
Sementara itu, desinfeksi dengan teknik penyemprotan dengan menggunakan sprayer dianggap sebagai metode yang paling efektif dan praktis bila jarak tempat
pencetakan dengan laboratorium dental cukup jauh. Teknik penyemprotan ini juga mempunyai kekurangan seperti tidak semua permukaan hasil cetakan terdesinfeksi
dengan sempurna dan partikel- partikel larutan desinfektan yang ada di udara dapat terhirup oleh staf atau pasien.
1,11
Survei tentang teknik desinfeksi hasil cetak menunjukkan bahwa sebagian besar dokter gigi swasta di Hong Kong merendam hasil
cetakannya ke dalam larutan desinfektan dibanding dengan teknik penyemprotan.
8
Universitas Sumatera Utara
2.4 Landasan Teori
Perubahan dimensi alginat
Bahan cetak
Non Elastis
Elastis Hidrokoloid
Elastomer r
Reversibel Irreversibel
Komposisi
Sifat Kontrol infeksi
Proteksi diri
Imbibisi
Plaster of
Paris Kompon
ZOE
Proses gelasi Manipulasi
Setting time
Desinfeksi
Sterilisasi Pembuangan
sampah bekas
praktek
Klasifikasi Teknik
Pengertian
Cara kontrol infeksi
Low level disinfectant
Intermediate level
disinfectant High level
disinfectant perendama
n
penyemprotan
Quats alkohol
Fenol Sodium
hipoklorit
glutaraldehid
formaldehid
Alginat
Evaluasi pasien
Sineresis
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep Cetakan alginat
Dibilas dengan air mengalir
Larutan Sodium Hipoklorit 0,5 Larutan Glutaraldehid 2
Perendaman
Kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada
disekitarnya
Air yang ada dalam larutan desinfektan diserap oleh alginat
secara osmosis +
Proses imbibisi +
Perubahan dimensi
cetakan alginat ++
Kandungan air rendah Kandungan air tinggi
Kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada
disekitarnya
Air yang ada dalam larutan desinfektan diserap oleh alginat
secara osmosis ++
Proses imbibisi ++
Perubahan dimensi
cetakan alginat +
Waktu perendaman
Universitas Sumatera Utara
2.6 Hipotesis