Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEAD TOGETHER PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Regina Megawati Kusuma NIM : 091434057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHRAMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Motto:


(5)

(6)

(7)

vii ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus yang didesain menggunakan model Sanford dan Kemmis. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berjumlah 30 siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes, observasi, dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata dan prosentase pencapaian KKM siswa. Setelah diberikan tindakan kelas, presentase siswa yang tuntas belajar 13,33% dengan nilai rata-rata kelas 46,17 pada posttest siklus I, dan meningkat menjadi 73,33% siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas 73,67 pada posttest siklus II. Motivasi siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prosentase siswa yang termotivasi berdasarkan hasil observasi pada siklus I yaitu 65% dan meningkat menjadi 75% pada siklus II. Hasil kuesioner motivasi belajar siswa juga mengalami peningkatan dari hasil kuesioner awal yaitu 78% yang sudah dalam kategori tinggi meningkat menjadi 79% pada hasil kuesioner akhir. Berdasarkan hal tersebut, maka dinilai telah terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

Kata Kunci : (1) Hasil belajar, (2) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togeteher (NHT), Archaebacteria dan Eubacteria


(8)

viii

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the learning outcomes and the increasing of student motivation by implementing cooperative learning method type Numbered Head Together at Archaebacteria and Eubacteria. This study is a class action research and was conducted in two cycles designed using the model of Sanford and Kemmis. Subjects in this study were students of class X-2 Pangudi Luhur High School of Yogyakarta in total 30 student. Data collection techniques used in this study were test, observation, and questionnaires. Data analysis done was qualitative and quantitative descriptive analysis.

Once the cooperative learning method Numbered Head Together applied the student learning outcomes increased. This is indicated by an increase of the average grade and the percentage of student KKM. After class action was taken the percentage of students who passed the examination reached to 13,33% with an average score of 46,17 in the posttest of the first cycle, and increased to 73,33% of students who passed the exam with an average grade of 73,67 in the posttest of the second cycle. Motivation of students also increased from cycle I to cycle II. This is evidenced by an increase of the percentage of motivated students as indicated by the results of the observation. It reached 65% in the first cycle and increased to 75% in the second cycle. The students learning motivation measured by questionnaires also increased from first measurement 78% in high category to 79% in the last measurement. Based on that, if can be concluded that there was an increase of student learning outcome and motivation after participating in the learning process by implementing the cooperative learning type Numbered Head Together

.

Key word: (1) Learning product (2) cooperative learning methods type Numbered Head Together (NHT), Archaebacteria and Eubacteria


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta”.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, ddan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang memberikan rahmat kehidupan, kekuatan, dan penyertaan kepada penulis dari lahir hingga detik ini.

2. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. Dan Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Kepala sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk pelaksanaan penelitian.

6. Guru mata pelajaran Biologi kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Segenap staf guru dan karyawan serta siswa dan siswi kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 8. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan

mengajari penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Biologi. 9. Bapak dan ibu serta saudari-saudariku Tika dan Ata yang selalu memberikan

penulis dukungan dan doa selama menjalani tugas studi.

10.Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan dukungan pada penulis dalam melaksanakan tugas studi.

11.Sahabat-sahabat SHMILY yang selalu memotivasi, mendukung, dan membantu peneliti dalam studi maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

x

12.Sahabat-sahabat Pendidikan Biologi angkatan 2009 Universitas Sanata Dharma yang tidak saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas segala dukungan, semangat, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini.

13.Agnes, Efi, Yani, Arsya, Naomi dan seluruh teman-teman di Wisma Rosari yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

14.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan kepada peneliti.

Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Variabel ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 8

B. Motivasi Belajar ... 9

C. Hasil Belajar ... 11

D. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif ... 17

4. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 17

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 18

6. Variasi atau Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

E. Numbered Head Together (NHT) ... 20

F. Archaebacteria dan Eubacteria 1. Karakteristik Materi ... 21

2. Materi Archaebacteria dan Eubacteria ... 23

G. Hasil penelitian yang Relevan ... 23

H. Kerangka Berpikir ... 24


(12)

xii BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Desain Penelitian ... 26

C. Setting Penelitian ... 27

D. Rancangan Tindakan 1. Pra Tindakan ... 28

2. Siklus I ... 28

3. Siklus II ... 34

E. Metode Pengumpulan Data 1. Tes ... 37

2. Observasi ... 37

3. Kuesioner ... 38

F. Instrumen Penelitian 1. Perangkat Pembelajaran ... 38

2. Pengumpulan Data ... 39

G. Validitas Instrumen ... 41

H. Analisis Data 1. Analisis Hasil Tes ... 42

2. Analisis Lembar Observasi ... 43

3. Analisi Lembar Kuesioner ... 45

I. Indikator Keberhasilan ... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Pra Tindakan ... 47

2. Pelaksanaan Siklus I ... 48

3. Pelaksanaan Siklus II ... 64

B. Hasil Penelitian 1. Hasil Belajar ... 76

2. Motivasi Belajar ... 78

C. Pembahasan 1. Peningkatan Hasil Belajar (Aspek Kognitif) ... 81

2. Peningkatan Motivasi Belajar ... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 91


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 Pada Materi Archaebacteria dan

Eubacteria Tahun Ajaran 2012/2013 ... 2

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

Tabel 2.2 Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif ... 19

Tabel 2.3 Langkah dalam Menggunakan Numbered Head Together ... 21

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data ... 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner ... 41

Tabel 3.4 Panduan Pemberian Skor Lembar Observasi ... 43

Tabel 3.5 Prosentase Sikap dan perilaku ... 45

Tabel 3.6 Panduan Pemberian Skor Kuesioner ... 45

Tabel 3.7 Pedoman Ketegori Motivasi Siswa ... 46

Tabel 3.8 Target Pencapaian ... 46

Tabel 4.1 Hasil Analisis Nilai Pretest Sisw ... 76

Tabel 4.2 Hasil Analisis Nilai Posttest Siklus I ... 77

Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Posttest Siklus II ... 78

Tabel 4.4 Haail Analisis Lembar Observasi Motivasi Belajar Siklus I ... 79

Tabel 4.5 Hasil Analisis Lembar Observasi Motivasi Belajar Siklus II ... 79

Tabel 4.6 Hasil Analisis Lembar Kuesioener Motivasi Awal Siswa ... 80


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus PTK yang Dikembangkan Sanford dan Kemmis ... 27

Gambar 4.1 Siswa Mengerjakan Kuesioner Awal ... 51

Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Pretest ... 53

Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi Kelompok ... 56

Gambar 4.4 Kondisi Siswa Ketika Berkelompok ... 59

Gambar 4.5 Kegiatan Tanya-Jawab ... 60

Gambar 4.6 Tabel Skoring Tanya-Jawab ... 60

Gambar 4.7 Peneliti Menyampaikan Materi ... 60

Gambar 4.8 Siswa Mengerjakan Posttest Siklus I ... 61

Gambar 4.9 Antusiasme Siswa Ketika Peneliti Menyampaikan Tujuan Pembelajaran ... 67

Gambar 4.10 Kegiatan Berkelompok Siswa ... 69

Gambar4.11 Peneliti Menyampaikan Materi ... 72

Gambar 4.12 Kegiatan Tanya-Jawab dengan Siswa ... 72

Gambar 4.13 Tabel Skoring Tanya-Jawab Siklus II ... 73

Gambar 4.14 Siswa Mengerjakan Posttest Siklus II ... 74

Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa ... 83

Gambar 4.16 Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Observasi ... 86

Gambar 4.17 Grafik Prosentase Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Observasi Siklus I dan Siklus II ... 87

Gambar 4.18 Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Kuesioner... 88

Gambar 4.19 Grafik Prosentase Motivasi Belajar Sebelum dan Sesudah Penelitian Hasil Lembar Kuesioner ... 89


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 95

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 99

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 104

Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 105

Lampiran 5 Soal Pretest ... 106

Lampiran 6 Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Pretest ... 110

Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Posttest Siklus I ... 111

Lampiran 8 Soal Posttest Siklus I ... 112

Lampiran 9 Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Posttest Siklus I ... 115

Lampiran 10 Rangkuman Materi ... 116

Lampiran 11 Lembar Kuesioner Motivasi Awal ... 125

Lampiran 12 Lembar Observasi Motivasi Siswa ... 126

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 127

Lampiran 14 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 132

Lampiran 15 Kisi-Kisi Soal Posttest Siklus II ... 133

Lampiran 16 Soal Posttest Siklus II ... 134

Lampiran 17 Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Posttest Siklus II ... 137

Lampiran 18 Lembar Kuesioner Motivasi Akhir ... 138

Lampiran 19 Lembar Observasi Motivasi Siklus II ... 139

Lampiran 20 Analisis Nilai Pretest ... 140

Lampiran 21 Contoh Hasil Pretest Siswa ... 141

Lampiran 22 Analisis Nilai Posttest Siklus I... 147

Lampiran 23 Contoh Hasil Posttest Siswa Siklus I ... 148

Lampiran 24 Analisis Nilai Posttest Siklus II ... 152

Lampiran 25 Contoh Hasil Posttest Siklus II ... 153

Lampiran 26 Analisis Lembar Observasi Siklus I ... 157

Lampiran 27 Contoh Hasil lembar Observasi Siklus I ... 158

Lampiran 28 Analisis Lembar Observasi Siklus II ... 160

Lampiran 29 Contoh Hasil Lembar Observasi Siklus II ... 161

Lampiran 30 Analisis Lembar Kuesioner Motivasi Awal ... 163


(16)

xvi

Lampiran 32 Analisis Lembar Kuesioner Motivasi Akhir ... 166

Lampiran 33 Contoh Hasil Lembar Kuesioner Motivasi Akhir ... 167

Lampiran 34 Surat Ijin Penelitian ... 169


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arti kata pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiaadalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam dunia pendidikan, belajar adalah hal yang sering kita dengar. Menurut Suprijono (2009) sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Sedangkan secara sederhana Anthony Robbins dalam Trianto (2009) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar peran guru dan siswa tidak dapat dihilangkan. Meskipun sekarang proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa namun peran guru dalam proses pembelajaran juga penting. Dalam kegiatan belajar guru haruslah bersikap aktif dalam membimbing siswa, sehingga siswa merasa nyaman dan senang ketika mengikuti proses pembelajaran, sehingga mudah dalam memahami materi ketika belajar. Menurut Usman (2009) guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Usman (2009) juga menambahkan peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles of student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan


(18)

konselor. Sedangkan siswa dalam proses pembelajaran seharusnya secara aktif mengumpulkan banyak ilmu dan pengetahuan yang nantinya dapat siswa gunakan dalam kehidupan mereka.

Ketika di lingkungan sekolah siswa secara aktif mengumpulkan banyak ilmu baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang non akademik. Biologi adalah salah satu mata pelajaran yang termasuk ilmu dalam bidang akademik. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) baik program regular maupun program IPA juga mempelajari Biologi. Biologi sendiri merupakan salah satu ilmu dasar yang ikut menentukan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari hasil observasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, mata pelajaran Biologi yang hakikatnya merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) dianggap oleh para peserta didik sebagai salah satu pelajaran yang susah dimengarti, terlebih bagi para peserta didik yang duduk di bangku kelas X. Materi Archaebacteria dan Eubacteria dalam mata pelajaran Biologi yang dipelajari oleh para peserta didik di semester 1 termasuk materi yang sulit, terlebih dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang tinggi yaitu 75. Data hasil belajar siswa kelas X-2 tahun ajaran 2012/2013 pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 Pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria Tahun Ajaran 2012/2013

Analisis Hasil Nilai Ulangan Harian Analisis Hasil Remidial I Analisis Hasil Remidial II Analisis Hasil Nilai Akhir Siswa Jumlah siswa 36

orang.

Siswa yang tuntas 6 orang.

Siswa yang tidak tuntas 30 orang. Nilai rata-rata kelas hasil ulangan 36,9

Jumlah siswa yang mengikuti remdial I berjumlah 24 orang. Tidak ada siswa yang tuntas.

Siswa yang tidak tuntas 24 orang. Nilai rata-rata hasil remedial I 40

Jumlah siswa yang mengikuti remidial II berjumlah 27 orang. Siswa yang tuntas 4 orang

Siswa yang tidak tuntas 23 orang Nilai rata-rata hasil remedial II 55,9

Jumlah siswa 36 orang

Siswa yang tuntas 10 orang Siswa yang tidak tuntas 26 orang

Nilai rata-rata kelas 55,8


(19)

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai siswa kelas X-2 tahun ajaran 2012/2013 pada materi Archaebacteria dan Eubacteria masih sangat kurang. Ketika proses belajar mengajar guru lebih menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan dengan proses diskusi yang diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar, namun siswa juga masih saja sering ribut sendiri dan kurang berpartisipasi aktif ketika pelajaran maupun ketika berdiskusi.

Dari permasalahan tersebut peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Toghether pada materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Pembelajaran kooperatif lebih mengajak siswa untuk dapat bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Roger, dkk. (1992) dalam Huda Miftahul (2012) menyatakan cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and motivated to increase the learning of others (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang dioorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pebelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain). Proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif kegiatan belajaranya lebih kepada kegiatan kelompok, dimana nantinya para peserta didik akan belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan kegiatan belajar seperti itu siswa diharapkan akan lebih belajar mandiri, berani


(20)

mengungkapkan pendapat, dan saling bekerja sama. Huda Miftahul (2012) menyatakan siswa-siswa dalam kelompok kooperatif lebih sering bekerja sama, lebih terkoordinasi, dan lebih memerhatikan pembagian kerja yang setara antar setiap anggota didalamnya. Mereka juga lebih peduli pada gagasan orang lain, lebih efektif berkomunikasi, lebih termotivasi untuk mencapai tujuan bersama, dan lebih produktif dalam setiap usaha mereka dibandingkan dengan rekan-rekannya yang berada dalam kelompok kompetitif. Hal serupa juga sama, dari hasil meta-analisis yang dilakukan oleh Jhonson dan beberapa rekannya tahun 1981 dalam Huda Miftahul (2012) dari hasil meta-analisis mereka terhadap 122 studi yang meneliti pengaruh-pengaruh pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan individualistik terhadap prestasi belajar siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pencapaian dan produktivitas yang lebih tinggi (seperti, semangat untuk belajar) dari pada pembelajaran kompetitif atau individualistik.

Numbered Head Together merupakan salah satu tipe model pada pembelajaran kooperatif. Numbered Head Together secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Selain hal tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dikarenakan melihat dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Fitriastuti, dengan diterapkanya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Peneliti berharap diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada materi


(21)

Archaebacteria dan Eubacteria dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Apakah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta?

C. Batasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian dan menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah:

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

a. Standar Kompetensi : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup.

b. Kompetensi Dasar : 2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria serta peranannya bagi kehidupan.

3. Model Pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yang dikembangkan oleh Trianto dengan tahapan penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir berasama dan menjawab.


(22)

4. Materi Pokok

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Archaebacteria dan Eubacteria.

5. Parameter

Parameter keberhasilan yang diukur pada penelitian ini berupa motivasi siswa dan hasil belajar yang mencakup hanya pada aspek kognitif.

Pencapaian motivasi belajar siswa dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan lembar kuesioner dan observasi siswa, sedangkan pencapaian hasil belajar siswa pada penelitian ini diukur menggunakan nilai hasil tes.

D. Variabel

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Sedangan variabel terikatnya adalah motivasi dan hasil belajar siswa.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togheter pada materi Archaebacteria dan Eubacteria.


(23)

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

a. Memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together kepada guru sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran Biologi.

b. Memotivasi guru untuk dapat menerapkan model-model pembelajaran yang ada ketika proses belajar mengajar.

2. Bagi Siswa

a. Memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togheter kepada siswa yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.

b. Membantu siswa memahami materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

c. Menambah motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

3. Bagi Peneliti

a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama berada di bangku kuliah.

b. Peneliti juga memperoleh jawaban atas permasalahan yang ditemukan disekolah.


(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Kata belajar sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, terlebih dalam dunia pendidikan. Dalam pandangan sederhana belajar adalah suatu proses mendapatkan suatu ilmu baru atau proses dari yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Oemar Hamalik (2003) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian tersebut, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dimana hasil yang diperoleh dari belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian tersebut sangat berbeda dengan pandangan sederhana yang sering kita dengar, bahwa belajar adalah suatu proses mendapatkan suatu ilmu baru atau proses dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Menurut Trianto (2009) pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan.


(25)

B. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif”, yang diartikan sebagai faktor yang mendorong seseorang/individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno, 2008).

Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti: 1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; 2) Usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Menurut Santrock (2009), motivasi melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi, memiliki arah, dan dapat dipertahankan. Motivasi bisa berupa motivasi ekstrinsik maupun motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik seringkali dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti penghargaan dan hukuman. Persepektif ilmu perilaku menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik dalam prestasi, sementara pendekatan humanistic dan kognitif menekankan pentingnya motivasi instrinsik dalam prestasi. Motivasi instrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi hal itu sendiri.

Santrock (2009), menyatakan dalam psikologis terdapat empat persepektif yang berbeda dalam menjelaskan motivasi dengan cara berbeda pula, yaitu:


(26)

1. Perspektif ilmu perilaku

Persepektif ilmu perilaku menekankan penghargaan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi seorang siswa. Insentif adalah stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku seorang siswa.

2. Perspektif humanistik

Persepektif humanistik menekankan kapasitas siswa untuk pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih nasib mereka sendiri, dan kualitas-kualitas positif

3. Perspektif kognitif

Menurut persepektif kognitif mengenai motivasi, pemikiran siswa mengarahkan motivasi mereka.

4. Perspektif sosial

Kebutuhan siswa akan afiliasi atau hubungan tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya, sahabat mereka, kasih sayang mereka kepada orangtuanya, dan keinginan mereka untuk mempunyai hubungan positif dengan guru mereka. Siswa yang berada di sekolah dengan hubungan interpersonal yang penuh perhatian dan dukungan, mempunyai sikap dan nilai akademis yang lebih positif dan merasa lebih puas terhadap sekolah.

Fungsi dari motivasi menurut Hanafiah,N. dan Suhana, C., (2009) adalah: 1. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar

peserta didik.

2. Motivasi meerupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik


(27)

3. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran

4. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.

Keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh motivasi belajar yang dimiliki siswa itu sendiri. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Siswa yang memiliki motivasi belajar lebih tinggi cenderung mendapatkan hasil belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah cenderung mendapatkan hasil belajar yang rendah pula. Motivasi memiliki peranan penting dalam belajar dan proses pembelajaran. Peranan penting motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar, dan menentukan ketekunan belajar (Uno, 2008).

C. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2009), hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Winkel, (1996:51) dalam Purwanto (2009), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam


(28)

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Suprijono (2009), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, Suprijono (2009) menyatakan hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadi nilai-nilai sebagai standar perilaku.


(29)

Menurut Bloom dalam Suprijono (2009) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Ranah kognitif terdiri dari: pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan; pemahaman (comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi; penerapan (application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip; Analisis (analiysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti; Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk pola struktur atau bentuk baru; Evaluasi (evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Ranah afektif meliputi aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Ranah afektif terdiri dari: kemampuan menerima (receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan repon terhadap stimulasi yang tepat; Kemampuan merespon atau memberi sambutan (responding), merupakan sikap seseorang dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; Kemempuan menilai atau memberi penghargaan (valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak


(30)

memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi; Pengorganisasian (organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman atau pegangan dalam kehidupan; Karakteristik nilai (characterization by value), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya. Ranah psikomotor meliputi aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem saraf dan otot dan fungsi psikis. Ranah psikomotor terdiri dari: Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat anatara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan; Kesiapan (ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan; Gerakan terbimbing (guadiance reponse), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi); Gerakann yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contohh yang diberikan; Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien; Penyesuaian pola gerak (adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dann penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran; Kreatifitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa sendiri.


(31)

Hasil belajar yang didapat siswa biasanya dipengaruhi oleh banyak faktor. Syah (2008) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang menyangkut keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal terdiri dari dua aspek yaitu: aspek fisiologis dan aspek psikologis.

a. Aspek fisiologis merupakan suatu keadaan /kondisi jasmani yang memadai dan dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.

b. Aspek psikologis merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran yang diperoleh siswa seperti tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.

6. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang menyangkut kondisi lingkungan sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, orang tua, guru, kondisi pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah, kurikulum yang ditetapkan dan kondisi sosial siswa.

D. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Jacob George M. menyatakan cooperative learning, also known as collaborative learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among students. Roger, dkk. (1992)


(32)

dalam Huda Miftahul (2012) menyatakan cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and motivated to increase the learning of others (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain). Sedangkan menurut Johnson dan Jhonson (1998) dalam Huda Miftahul (2012) pembelajaran kooperatif berarti working togheter to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama). Artz dan Newman (1990) dalam Huda Miftahul (2012) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai small group of learners working together as a team to solve a problem, compleat a task, or accomplish a common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada setiap prosesnya untuk bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk dapat mengatasi suatu masalah, menyelesaikan tugas, dan mencapai satu tujuan bersama. 2. Tujuan Model Pembelajaran Koopertif

Jhonson dan Jhonson (1994) dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk


(33)

peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Jhonson dan Jhonson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto (2009), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

a. Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. b. Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat.

c. Ketiga, tanggungjawab individual.

d. Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. e. Kelima, proses kelompok.

Dari lima unsur tersebut, model pembelajaran kooperatif juga memiliki prinsip penting yang membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya. Terdapat 3 konsep utama dari model pembelajaran koopertif menurut Salvin (1995) dalam Trianto (2009), yaitu :

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

b. Tanggungjawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. 4. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Menurut Jhonson dan Jhonson (1998) dalam Huda Miftahul (2012) ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif, empat diantaranya adalah: a) kelompok pembelajaran kooperatif formal, b) kelompok pembelajaran


(34)

kooperatif informal, c) kelompok besar kooperatif, dan d) gabungan tiga kelompok kooperatif.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, dkk. (2000) dalam Trianto (2009) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam menggunakan pembelajaran kooperatif pada proses belajar mengajar. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

6. Variasi atau Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009) setidaknya terdapat empat tipe dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournament atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Togheter (NHT).


(35)

Perbandingan empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk (2000) dalam Trianto (2009) dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

STAD Jigsaw Investigasi

Kelompok Pendekatan Struktural Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana Tujuan Sosial Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja sama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial Struktur Tim Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang

anggota

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota

menggunakan pola kelompok

“asal” dan kelompok “ahli”

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6

anggota homogen

Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok

dengan 4-5 orang anggota

Pemilihan

Topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas Utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli” kemudian membantu anggota kelompok “asal” mempelajari materi itu. Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif

Penilaian Tes mingguan

Bervariasi dapat berupa tes mingguan

Menyelesaikan proyek dan menulis

laporan, dapat menggunakan tes essay Bervariasi Pengakuan Lembar pengatahuan dan publikasi lain

Publikasi lain Lembar pengakuan


(36)

E. Numbered Head Together (NHT)

NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Trianto (2009) menyatakan bahwa Numbered Head Togheter (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

Menurut Trianto (2009) dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa pada Numbered Head Togheter terdapat struktur 4 fase berikut:

1. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

2. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, spesifik, dan dalam bentuk kalimat tanya.

3. Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Hampir sama dengan fase diatas Agus Suprijono (2009) memaparkan langkah dalam menggunakan Numbered Head Togheter yang terangkum dalam tabel 2.3 dibawah ini:


(37)

Tabel 2.3 Langkah dalam Menggunakan Numbered Head Together

Langkah Keterangan

Langkah 1

Diawali dengan numbering (penomoran). Guru akan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah anggotanya.

Langkah 2

Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Semua kelompok berdiskusi dan memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.

Langkah 3

Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal tersebut dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Dari jawaban tersebut guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

F. Archaebacteria dan Eubacteria 1. Karakteristik Materi

a. Standar Kompetensi

2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup. b. Kompetensi Dasar

2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria serta peranannya bagi kehidupan.

c. Indikator Kognitif Produk dan Indikator Kognitif Proses 1) Indikator Kognitif Produk


(38)

b) Mendeskripsikan pengelompokkan Archaebacteria c) Menyebutkan ciri-ciri Eubacteria

d) Menjelaskan struktur dan fungsi serta reproduksi prokariotik e) Mendeskripsikan pengelompokkan Eubacteria

f) Menyebutkan peranan Archaebacteria dan Eubacteria g) Menjelaskan cara penanggulangan terhadap Eubacteria

merugikan.

2) Indikator Kognitif Proses

a) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang ciri-ciri Archebacteria.

b) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang Klasifikasi Archebacteria.

c) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang ciri-ciri Eubacteria.

d) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang struktur dan fungsi serta reproduksi prokariotik

e) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang klasifikasi Eubacteria

f) Mengamati proses pembuatan yoghurt dari video dan mengerjakan LKS tentang proses pembuatan yoghurt.

g) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang cara penanggulangan terhadap Eubacteria merugikan.


(39)

2. Materi Archaebacteria dan Eubacteria

Materi yang akan dibahas meliputi beberapa pokok bahasan yang tersusun di dalam rangkuman materi. Adapun pokok bahasan yang aka dibahas adalah:

a. Struktur, Fungsi, Dan Reproduksi b. Keanekaragaman Nutrisi

c. Filogeni Prokariota

d. Peranan Archaebacteria Dan Eubacteria e. Penanggulangan Terhadap Bakteri Merugikan

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan, terdapat penelitian yang relevan dengan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maria Tomi Fitriastuti (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VA SD Palbag Baru Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada Pokok Bahasan Perbandingan dan Skala”, dengan hasil penelitian bahwa terdapat peningkatan tingkat hasil belajar siswa, keaktifan siswa selama mengikuti proses KBM serta hasil motivasi belajar siswa. Serta penelitian yang dilakukan oleh Dewi Puspa Ningrum (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belah Ketupat di Kelas VII Freedom SMP Joannes Bosco Yogyakarta” dengan hasil penelitian adalah: 1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together efektif


(40)

dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, 2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

H. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara sistematis, terarah, dan berkesinambungan. Metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Metode ceramah adalah salah satu metode yang banyak digunakan oleh para guru dan merupakan metode yang sudah lumrah dan biasa. Namun, penggunaan metode tersebut secara terus menerus dan berkelanjutan justru membuat para siswa jenuh, bosan, dan kurang antusias untuk mengikuti proses pembelajaran. Penggunaan metode yang sama secara terus menerus juga mampu mempengaruhi menurunnya motivasi siswa dalam belajar. Hal tersebut juga akan berdampak pada aktivitas siswa yang menjadi kurang aktif bahkan cenderung pasif ketika proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya penggunaan metode yang membuat siswa tidak merasa bosan dan jenuh ketika belajar, justru mampu membuat siswa aktif dan kreatif.

Numbered Head Together merupakan salah satu tipe model pembelajarann kooperatif yang yang mampu membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Numbered Head Together memberikan kesempatan pada siswa untuk saling bekerja sama, menuangkan ide-ide dengan cara berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil mengenai materi pelajaran baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan, sampai semua anggota kelompok memahami materi tersebut sebagai bekal ketika para siswa diberi pertanyaan.


(41)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda yaitu: Maria Tomi Fitriastuti dan Dewi Puspa Ningrum dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar para siswa. Berdasarkan hasil tersebut, pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa kelas X-1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta selama proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa pada materi Archaebacteria dan Eubacteria juga meningkat.

I. Hipotesis

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togheter dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Archaebacteria dan Eubacteria.


(42)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Aqib Zainal, dkk., (2011) PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli lain, seperti : Stephen Kemmis, Robin Mc.Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan ahli-ahli lainnya.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Aqib Zainal, dkk., 2011).

B. Desain Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan model yang dikembangkan oleh Sanford dan Kemmis. Penelitian akan dilaksanakan dalam dua siklus yang meliputi tahapan Planning (Perencanaan), Action (Penerapan Tindakan), Observation and Evaluation (mengobservasi dan mengevaluasi proses hasil tindakan) dan Reflection (Refleksi).

Berikut ini merupakan alur tahapan dalam PTK yang dikutip oleh Taniredja (2010:28):


(43)

Gambar 3.1. Siklus PTK yang Dikembangkan Sanford dan Kemmis

C. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta 2. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 33 orang.

7. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta materi Archaebacteria dan Eubacteria.

8. Waktu Pelaksanaan Penelitian


(44)

D. Rancangan Tindakan

Rancangan tindakan dilakukan dalam 2 siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 5 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.

1. Pra Tindakan

a. Mengidentifikasi masalah yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi.

b. Menghubungi pihak sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta untuk memperoleh persetujuan sebagai tempat mengadakan penelitian.

c. Membicarakan dengan dosen pembimbing tentang informasi permasalahan yang ada dan menentukan judul penelitian.

d. Melakukan studi pustaka dan memulai dengan menyusun rencana tindakan hingga rancangan penelitian selesai dengan bimbingan dari dosen pembimbing

e. Penyerahan surat ijin dari kampus kepada pihak sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta untuk mengadakan penelitian.

2. Siklus I

a. Planning (Perencanaan)

Pada tahapan ini peneliti merancang tindakan yang dilaksanakan antara lain sebagai berikut.

1) Menyusun silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered head Together (NHT). Pembuatan RPP sikus I juga disesuaikan dengan materi Archaebacteria dan Eubacteria. Rencana


(45)

pembelajaran ini akan digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.

a) Silabus selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 b) RPP siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 2) Menyusun dan Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) siklus I,

Soal Pretest, dan Soal Posttest siklus I.

a) LKS siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 b) Kisi-kisi soal pretest selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 4

c) Soal pretest selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 d) Kunci jawaban dan pedoman skoring pretest selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 6

e) Kisi-kisi soal posttest siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7

f) Soal posttest siklus I selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 8

g) Kunci jawaban dan pedoman skoring posttest siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9

3) Menyiapkan stiker identitas untuk siswa, materi ajar, rangkuman materi, kartu nomor dan kartu undi untuk kegiatan tanya-jawab, dan menyiapkan tabel skoring siswa.

i. Rangkuman materi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10


(46)

4) Menyusun dan mempersiapkan lembar kuesioner motivasi awal siswa dan lembar observasi motivasi siswa.

a) Lembar kuesioner motivasi awal siswa siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11

b) Lembar observasi motivasi siswa siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12

Semua yang peneliti siapkan pada tahap perencanaan terlebih dahulu telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

b. Action (Pelaksanaan)

Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa yang akan terjadi di lapangan. Sebelum masuk dalam tindakan peneliti juga memberikan kuesioner motivasi awal kepada siswa untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa sebelun dilakukannya penelitian.

Rincian kegiatan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut:

1) Peneliti bertindak sebagai guru yang membimbing dan mengarahkan siswa.

2) Guru (peneliti) melakukan presensi kehadiran siswa;

3) Guru (peneliti) membagikan stiker pada siswa sesuai dengan nomor absen siswa untuk ditempelkan pada pakaian siswa sebagai tanda pengenal.


(47)

4) Guru (peneliti) memberikan apresepsi, mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi yang akan dipelajari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran,

5) Guru (peneliti) memberikan pretest dan membagikan soal pre-test kepada tiap siswa. Siswa mengerjakan soal pre-pre-test;

6) Guru (peneliti) mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari.

7) Guru (peneliti) menjelaskan secara singkat proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

8) Guru (peneliti) meminta siswa membentuk 5 kelompok kecil, dan mengajak para siswa bergabung dengan kelompoknya. Setiap kelompok beranggotakan 6-7 orang.

9) Guru (peneliti) membagikan nomor yang berbeda pada tiap siswa di setiap kelompok.

10) Guru (peneliti) membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada tiap kelompok

11) Bersama kelompoknya para siswa mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang ada di LKS. Siswa diminta untuk saling bekerja sama dalam kelompok dan di akhir diskusi setiap kelompok memastikan seluruh anggota kelompoknya mengetahui dan memahami jawaban pada LKS sesuai dengan hasil diskusi pada kelompoknya.

12) Guru (peneliti) memanggil satu nomor dalam satu kelompok dengan cara mengundinya. Siswa yang memiliki nomor yang


(48)

sesuai dengan guru (peneliti) panggil diminta untuk maju kedepan.

13) Siswa yang nomornya terpanggil dan maju kedepan akan melakukan pengundian nomor soal, dimana soal tersebut harus dijawab. Soal yang akan dijawab siswa tersebut berasal dari soal LKS.

14) Setelah mendapatkan soal siswa diberi waktu untuk memikirkan jawabannya, setelah itu siswa diminta menjawab pertanyaan tersebut.

15) Siswa lain diperbolehkan untuk menanggapi jawaban dan berpendapat.

16) Kegiatan pada nomor 12, 13, dan 14 dilakukan pula pada seluruh kelompok secara bergantian.

17) Guru (peneliti) mengklarifikasi hasil jawaban dari para siswa dan menyampaikan materi yang sedang dibahas.

18) Guru (peneliti) membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan refleksi

19) Guru (peneliti) memberikan post-test kepada tiap siswa 20) Meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Observation (Observasi)

Observasi adalah tahap pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun dan dipersiapkan. Observasi dilakukan oleh rekan sejawat yang bertugas sebagai tim observer. Dalam hal ini observer, mengamati aktivitas siswa yang menunjang motivasi belajar ketika proses pembelajaran


(49)

berlangsung. Pengamatan pada siswa dilakukan terhadap beberapa aspek ketika proses pembelajaran berlangsung, yaitu:

1) Perhatian dan keseriusan siswa ketika pembelajaran sedang berlangsung.

2) Antusiasme dan semangat siswa ketika sedang mengerjakan tugas.

3) Kemampuan siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain ketika mengerjakan tugas.

4) Keberanian dan rasa percaya diri ketika harus maju dan menjawab pertanyaan.

5) Kemauan dan keberanian untuk bertanya dalam menanggapi jawaban dari teman sekelas.

Segala kegiatan siswa akan dinilai oleh para observer sesuai dengan ketentuan yang ada di lembar observasi.

d. Evaluation (Evaluasi)

Tahap evaluasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1) Untuk mengukur hasil belajar siswa (aspek kognitif) sebelum dilaksanakannya penelitian digunakan pretest.

2) Untuk mengukur hasil belajar siswa (aspek kognitif) setelah dilaksanakannya penelitian digunakan posttest siklus I.

3) Untuk mengetahui motivasi belajar siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung digunakan lembar observasi.

4) Untuk mengetahui motivasi belajar awal siswa sebelum dilaksanakannya penelitian digunakan lembar kuesioner.


(50)

e. Reflection (Refleksi)

Refleksi dilakukan untuk menganalisis, menemukan, dan mengetahui segala kelebihan dan kekurangan ketika proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam siklus I. Segala kekurangan yang ditemukan akan dijadikan pedoman dalam memperbaiki dan merancang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II.

3. Siklus II

a. Perencanaan

1) Mengidentifikasi masalah yang terjadi selama siklus I melalui hasil refleksi dan hasil observasi dan hasil tes.

2) Menyiapkan instrument pembelajaran dan instrument pengumpulan data seperti pada siklus I:

a) RPP siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 b) LKS siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 c) Kisi-kisi soal posttest siklus II selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 15

d) Soal posttest siklus II selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 16

e) Kunci jawaban dan pedoman skoring posttest siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17

f) Lembar kuesioner motivasi akhir selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18

g) Lembar observasi motivasi siswa siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19


(51)

3) Menyiapkan stiker identitas untuk siswa, materi ajar, kartu nomor dan kartu undi untuk kegiatan tanya-jawab, dan menyiapkan tabel skoring siswa.

4) Membuat pembagian kelompok untuk siswa berdasarkan hasil posttest.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan siklus II, tidak jauh berbeda dengan tahap pelaksanaan siklus I hanya terdapat beberapa perbedaan yaitu: 1) Di awal pelaksanaan siswa tidak diberikan pretest.

2) Pembagian kelompok dilakukan oleh peneliti dengan pertimbangan berdasarkan hasil posttest siswa pada siklus I. Siswa di bentuk menjadi 7 kelompok dengan anggota masing-masing 4-5 orang. Pada tiap kelompok memiliki anggota dengan tingkat hasil belajar untuk siklus I bervariasi dari siswa yang memiliki nilai kurang, cukup, dan tinggi.

3) Pada akhir siklus II selain diberikan posttest juga diberikan lembar kuesioner motivasi. Lembar kuesioner diberikan untuk mengetahui motivasi belajar akhir siswa setelah pada proses pembelajaran diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

c. Pengamatan

Pengamatan pada tahap II juga sama dengan tahap pengamatan pada siklus I.


(52)

d. Evaluasi

Pada tahap evaluasi siklus II juga tidak jauh berbeda dengan siklus I yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1) Untuk mengukur hasil belajar siswa (aspek kognitif) setelah dilaksanakannya penelitian digunakan posttest siklus II.

2) Untuk mengetahui motivasi belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan lembar observasi.

3) Untuk mengetahui motivasi belajar akhir siswa setelah penelitian digunakan lembar kuesioner.

e. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk melihat proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan tujuan untuk melihat kekurangan-kekurangan yang masih ada pada siklus II. Pada tahap ini juga akan ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan apakah telah berhasil atau belum berhasil. Diharapkan pada akhir siklus, prestasi belajar dan motivasi siswa meningkat dibandingkan pada siklus I dan telah mencapai indikator yang ditargetkan.

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh pada masing-masing siklus.

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data

Jenis Data Alat Pengambilan Data Sumber Data

Kuantitatif:

Hasil Belajar Tes Siswa

Kualitatif:

Motivasi Belajar

Kuesioner


(53)

1. Tes

Menurut Widyoko (2009) tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi, dan sebagainya. Tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat hard skills. Bentuk tes yang biasanya digunakan dalam lembaga pendidikan dilihat dari segi penskorannya dikategorikan menjadi dua yaitu tes obyektif dan tes subyektif. Dalam penelitian ini digunakan tes berupa pretest dan posttest. Bentuk soal yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda yang berjumlah 20 butir soal. Soal pretest diberikan pada awal pertemuan siklus I, yang isinya mencakup keseluruhan materi untuk siklus I dan II. Tujuan dari pretest ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan pengetahuan awal para siswa. Sedangkan soal posttest diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus, yang isinya mencakup materi yang dibahas pada tiap siklusnya. Tujuan dilakukannya post-test adalah untuk mengetahui perubahan dalam hal pemahaman dan pengetahuan siswa setalah mengikuti pembelajaran. Instrument ini digunakan untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa aspek kognitif.

2. Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara pengamatan dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung Purwanto Ngalim(2009). Observasi dilakukan melalui kerjasama dengan siswa maupun guru (Trianto, 2009).


(54)

Observasi yang digunakan oleh peneliti berupa observasi langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk mengamati proses pembelajaran yang terjadi dalam situasi sebenarnya yang dilakukan oleh observer. Lembar observasi menggunakan model rating scale. Dengan rating scale data mentah yang berupa angka kemudian ditafsirkan dalam bentuk kualitatif. Dalam model rating scale, observer memberikan penilaian dengan memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan (Sugiyono, 2010).

3. Kuesioner

Kuesioner diberikan pada siswa sebelum pelaksanaan siklus I dan setelah selesai pelaksanaan siklus II. Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mengambil data mengenai motivasi belajar siswa sebelum dan setelah penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner model skala Likert yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Siswa menjawab kuisioner dalam bentuk checklist ( ).

F. Instrumen Penelitian

Instrument pada penelitian ini meliputi instrument perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data:

1. Perangkat Pembelajaran

Instrumen perangkat pembelajaran digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Instrumen Pembelajaran dalam penelitian ini meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dengan mengacu


(55)

pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togheter, Rangkuman Materi Archaebacteria dan Eubacteria, dan Lembar Kerja Siswa (LKS), kartu nomor dan kartu undi, dan Materi ajar.

2. Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Soal Pretest dan Posttest

Soal pre-test dan posttest yang diberikan kepada siswa berupa soal pilihan ganda berjumlah 20 soal. Soal pretest diberikan pada awal siklus I pada pertemuan pertama. Soal posttest diberikan pada akhir siklus I pada pertemuan kedua dan pada akhir siklus II pada pertemuan kedua.

b. Lembar observasi

Lembar obervasi akan diberikan kepada para observer untuk diisi. Dalam lembar observasi terdapat 10 pernyataan. Kisi-kisi untuk lembar observasi dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi

No Indikator

Jumlah butir

soal

Pertanyaan/Pernyataan Skala

1

Perhatian dan keseriusan siswa ketika pembelajaran sedang berlangsung

2

Siswa antusias ketika pelajaran akan dimulai.

Siswa memperhatikan ketika


(56)

2

Antusiasme dan semangat siswa ketika sedang mengerjakan tugas

2

Siswa antusias ketika mendapatkan LKS dari guru. Siswa mengerjakan LKS dengan bersungguh-sungguh dengan menggunakan buku acuan.

1-4

3

Kemampuan siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain ketika mengerjakan tugas

3

Siswa antusias ketika diminta berkumpul bersama kelompoknya.

Siswa ikut berpartisipasi aktif ketika berdiskusi bersama kelompoknya (mengemukakan pendapat, bertanya, dan menghargai pendapat)

Siswa saling membantu ketika ada teman kelompoknya kesulitan untuk memahami hasil diskusi.

1-4

4

Keberanian dan rasa percaya diri ketika harus maju dan menjawab

pertanyaan

1

Siswa dengan percaya diri menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

5

Kemauan dan keberanian untuk bertanya dan berpendapat jika ada hal yang belum dimengerti.

2

Siswa berani mengemukakan pendapat yang berbeda dari teman lainnya.

Siswa berani bertanya terkait hal yang belum dimengerti.

1-4

c. Lembar Kuesioner

Lembar kuesioner berisi 14 pernyataan dengan 7 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Lembar kuesioner akan diberikan kepada siswa untuk diisi. Kisi-kisi untuk lembar kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.3


(57)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner

No Indikator

Jumlah butir

soal

Pertanyaan/Pernyataan Skala

1 Mengikuti pelajaran

4 Saya senang dan tertarik mengikuti pelajaran dengan metode yang diterapkan guru.

Saya memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran.

Metode belajar yang diterapkan guru sangat membosankan membuat saya malas mengikuti pelajaran.

Saya lebih suka berbicara dengan teman dari pada harus mendengarkan penjelasan dari guru.

1-4

2 Mengerjaka n tugas/LKS

4 Saya mengerjakan tugas/LKS yang diberikan dengan sikap yang jujur.

Saya mengerjakan tugas/LKS yang diberikan dengan penuh semangat dan tanggung jawab. Saya lebih suka mencontek jawaban teman lain dari pada mencari jawaban sendiri.

Saya malas dan asal-asalan ketika mengerjakan tugas/LKS

1-4

3 Menjawab pertanyaan

2 Saya dengan rasa percaya diri berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Saya merasa malu dan takut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

1-4

4 Bertanya dan menghargai

pendapat

4 Saya berani bertanya jika ada hal yang belum saya mengerti

Saya menghargai pendapat dan jawaban yang berbeda dari teman lain.

Saya tidak bertanya pada guru meskipun ada hal yang belum saya mengerti.

Jawaban saya paling benar, jadi tidak perlu mendengar pendapat teman lain.

1-4

G. Validitas Instrumen

Instrumen pengumpulan data sebelum digunakan harus diuji terlebih dahulu. Tujuannya untuk mendapatkan instrument yang valid, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian tersebut akurat.


(58)

Pengujian instrument dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Pengujian validitas isi ditentukan oleh sejauh mana isi alat tersebut mewakili sebagai aspek kerangka/konsep. Pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument. Dalam kisi-kisi biasanya terdapat indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir pertanyaan dan pernyataan yang merupakan penjabaran dari indikator. Untuk menguji validitas instrument lebih lanjut, digunakan pendapat dari para ahli/ Judgment Experts (Sugiyono, 2010). Instrumen nantinya akan dikonsultasikan kepada dosen serta guru mata pelajaran yang bersangkutan. Untuk tes hasil belajar, aspek validitas yg paling penting adalah validitas isi. Untuk mengetahui tingkat validitas isi tes, diperlukan adanya penilaian ahli yang menguasai bidang studi tersebut. Jadi bersifat analisis kualitatif (Wiyoko, 2009).

H. Analisis Data 1. Analisis hasil tes

Dalam analisis data hasil tes, berikut adalah langkah-langkah dalam menganalisis data hasil tes:

a. Pemberian skor

Soal tes berupa soal pilihan ganda, jadi bobot skor tiap soal adalah 1. b. Penilaian

Penilaian hasil tes diberikan dari rentang 0-100, dengan perhitungan sebagai berikut :

Nilai =

x 100


(59)

Nilai yang didapat siswa kemudian dianalisis ketuntasannya dengan dibandingkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Jika nilai siswa <75 maka siswa dinyatakan belum tuntas, namun jika nilai siswa 75 maka siswa dinyatakan telah tuntas.

d. Mengetahui pencapaian KKM kelas X-2 dengan rumus sebagai berikut: % KKM

=

Ʃ

Ʃ

100%

e. Kemudian untuk mengetahui skor rata-rata kelas, digunakan rumus sebagai berikut :

Skor rata-rata

=

Ʃ

Ʃ

f. Membuat kesimpulan

Menyimpulkan hasil rata-rata tes siswa dengan membandingkan nilai hasil posttest I dengan posttest II.

2. Analisis lembar observasi

Untuk menganalisis data hasil observasi langkahnya adalah sebagai berikut : a. Pemberian skor

Panduan pemberian skor dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Panduan Pemberian Skor Lembar Observasi

No Aspek yang diamati

Skor Sangat

Baik Baik Kurang

Sangat Kurang 1 Siswa antusias ketika pelajaran akan

dimulai. 4 3 2 1

2 Siswa memperhatikan ketika guru

menjelaskan materi yang sedang dipelajari. 4 3 2 1 3 Siswa antusias ketika mendapatkan LKS

dari guru. 4 3 2 1

4

Siswa mengerjakan LKS dengan bersungguh-sungguh dengan menggunakan buku acuan.


(60)

5 Siswa antusias ketika diminta berkumpul

bersama kelompoknya. 4 3 2 1

6

Siswa ikut berpartisipasi aktif ketika berdiskusi bersama kelompoknya (mengemukakan pendapat, bertanya, dan menghargai pendapat).

4 3 2 1

7

Siswa saling membantu ketika ada teman kelompoknya kesulitan untuk memahami hasil diskusi.

4 3 2 1

8 Siswa dengan percaya diri menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru. 4 3 2 1 9 Siswa berani mengemukakan pendapat yang

berbeda dari teman lainnya. 4 3 2 1

10 Siswa berani bertanya terkait hal yang

belum dimengerti. 4 3 2 1

b. Menghitung prosentase

Skor dari hasil observasi kemudian dijumlahkan kemudian diubah dalam bentuk prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Prosentase = 100%

Hasil prosentase yang didapat nantinya akan digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui tingkat motivasi belajar setiap siswa untuk tiap siklusnya. Kemudian dari hasil observasi tersebut dibandingkan untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa.

c. Menarik kesimpulan

Menurut Suharsimi Arikunto dalam Bawuk T (2009) parameter prosentase sikap dan perilaku siswa dijabarkan dalam tabel 3.5.


(61)

Tabel 3.5 Prosentase Sikap dan Perilaku Kualifikasi Skor yang

Diperoleh Kategori

81% - 100% Sangat Tinggi

61% - 80% Tinggi

41% - 60% Cukup

21% - 40% Rendah

0 - 20% Sangat Rendah

3. Analisis lembar kuesioner

Untuk menganalisis data hasil kuesioner langkahnya adalah sebagai berikut: a. Pedoman pemberian skor

Panduan pemberian skor dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6 Panduan Pemberian Skor Lembar Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju ( SS ) 4 1

Setuju ( S ) 3 2

Tidak Setuju ( TS ) 2 3

Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1 4

b. Menghitung prosentase

Lembar kuesioner yang telah diisi kemudian dihitung skornya sehingga didapat skor total tiap siswa. Skor tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk prosentase, dengan menggunakan rumus berikut:

Prosentase = 100%

c. Mengkategorikan motivasi siswa


(62)

Tabel 3.7 Pedoman Kategori Motivasi Siswa Kualifikasi Skor yang

Diperoleh Kategori

81% - 100% Sangat Tinggi

61% - 80% Tinggi

41% - 60% Cukup

21% - 40% Rendah

0 - 20% Sangat Rendah

I. Indikator Keberhasilan

Target pencapaian hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut: Tabel 3.8 Target Pencapaian

Variabel

Target

Motivasi Belajar 75% motivasi siswa tergolong kategori tinggi Hasil Belajar:

1. Skor Rata-Rata Kelas

2. % Capaian KKM

1. Siswa memperoleh rata-rata kelas sebesar 70.

2. Sebanyak 70% siswa mencapai KKM


(63)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta mulai tanggal 9 September 2013 sampai dengan tanggal 17 September 2013. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-2 dengan total jumlah siswa 33 siswa, tetapi pada saat pengambilan data terdapat 3 orang siswa yang tidak hadir, sehingga subyek pada penelitian ini hanya berjumlah 30 siswa..

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan treatment secara langsung kepada para siswa yang menjadi subjek penelitian. Pemberian treatment berupa kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Adapun deskripsi penelitian sebagai berikut.

1. Pra Tindakan

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi terkait dengan pembelajaran Biologi kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam observasi peneliti menanyakan beberapa hal terkait dengan mata pelajaran Biologi, seperti : situasi dan kondisi siswa ketika pembelajaran, metode guru dalam mengajar, dan hasil belajar siswa pada ranah kognitif pada semester gasal. Observasi ini dilakukan supaya peneliti benar-benar mengetahui kondisi dan masalah yang benar-benar terjadi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dari observasi tersebut peneliti melihat terdapat permasalahan pada hasil belajar ranah kognitif siswa untuk mata pelajaran Archaaebacteria dan Eubacteria dimana terlihat masih banyak


(64)

nilai siswa yang berada di bawah KKM. Selain hal tersebut, guru juga menceritakan tentang kondisi siswa yang terkadang masih sering ribut dan lebih suka berbicara dengan temanya ketika proses belajar mengajar berlangsung karena siswa masih kurang memiliki motivasi internal dalam belajar. Setelah melakukan wawancara dengan guru peneliti kemudian menemui kepala sekolah untuk meminta ijin akan melaksanakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Kepala sekolah menanggapi rencana peneliti dengan senang hati dan memberikan ijin pada peneliti.

Setelah mengkaji permasalahan yang dihadapi, peneliti kemudian mendiskusikan permasalahan tersebut bersama dosen pembimbing dan melakukan studi pustaka terkait hal-hal yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Setelah melakukan studi pustaka peneliti mulai menyusun langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti memberikan surat ijin pelaksanaan penelitian kepada pihak sekolah.

2. Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan peneliti memulai dengan menyusun semua instrument yang dibutuhkan, meliputi instrument perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data.

1) Instrumen Perangkat Pembelajaran


(1)

147

Lampiran 22

ANALISIS NILAI POSTTEST SISWA SIKLUS I

No Kode Siswa Hasil Posttest I Keterangan

1 Siswa 1 20 Tidak Tuntas

2 Siswa 2 75 Tuntas

3 Siswa 4 75 Tuntas

4 Siswa 5 30 Tidak Tuntas

5 Siswa 6 70 Tidak Tuntas

6 Siswa 8 20 Tidak Tuntas

7 Siswa 9 55 Tidak Tuntas

8 Siswa 10 35 Tidak Tuntas

9 Siswa 11 15 Tidak Tuntas

10 Siswa 12 15 Tidak Tuntas

11 Siswa 13 75 Tuntas

12 Siswa 14 30 Tidak Tuntas

13 Siswa 15 50 Tidak Tuntas

14 Siswa 16 40 Tidak Tuntas

15 Siswa 17 35 Tidak Tuntas

16 Siswa 18 45 Tidak Tuntas

17 Siswa 19 75 Tuntas

18 Siswa 20 60 Tidak Tuntas

19 Siswa 21 45 Tidak Tuntas

20 Siswa 22 15 Tidak Tuntas

21 Siswa 23 70 Tidak Tuntas

22 Siswa 24 70 Tidak Tuntas

23 Siswa 25 30 Tidak Tuntas

24 Siswa 26 25 Tidak Tuntas

25 Siswa 27 70 Tidak Tuntas

26 Siswa 28 25 Tidak Tuntas

27 Siswa 29 65 Tidak Tuntas

28 Siswa 31 45 Tidak Tuntas

29 Siswa 32 70 Tidak Tuntas

30 Siswa 33 35 Tidak Tuntas

Nilai rata-rata 46.17

Nilai Terendah 15

Nilai tertinggi 75


(2)

148

Lampiran 23

CONTOH HASIL POSTTEST SISWA SIKLUS I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

152

Lampiran 24

ANALISIS NILAI POSTTEST SIKLUS II

No Kode Siswa Nilai hasil Posttest II Keterangan

1 Siswa 1 65 Tidak Tuntas

2 Siswa 2 75 Tuntas

3 Siswa 4 65 Tidak Tuntas

4 Siswa 5 75 Tuntas

5 Siswa 6 75 Tuntas

6 Siswa 8 75 Tuntas

7 Siswa 9 70 Tidak Tuntas

8 Siswa 10 55 Tidak Tuntas

9 Siswa 11 70 Tidak Tuntas

10 Siswa 12 75 Tuntas

11 Siswa 13 75 Tuntas

12 Siswa 14 65 Tidak Tuntas

13 Siswa 15 75 Tuntas

14 Siswa 16 75 Tuntas

15 Siswa 17 75 Tuntas

16 Siswa 18 80 Tuntas

17 Siswa 19 75 Tuntas

18 Siswa 20 75 Tuntas

19 Siswa 21 75 Tuntas

20 Siswa 22 80 Tuntas

21 Siswa 23 75 Tuntas

22 Siswa 24 75 Tuntas

23 Siswa 25 70 Tidak Tuntas

24 Siswa 26 75 Tuntas

25 Siswa 27 75 Tuntas

26 Siswa 28 70 Tidak Tuntas

27 Siswa 29 75 Tuntas

28 Siswa 31 75 Tuntas

29 Siswa 32 95 Tuntas

30 Siswa 33 75 Tuntas

Nilai Rata-Rata 73.67

Nilai Terendah 55

Nilai Tertinggi 95

% Pencapaian KKM 73.33%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 LUBUK PAKAM.

0 6 33

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Pe

0 2 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Pe

0 1 12

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA SUB KONSEP EKOSISTEM PANTAI.

0 0 38

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista.

1 2 245

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

1 7 170

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ditinjau berdasarkan motivasi, keterlibatan dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.

0 0 295